Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anak Bangsa yang Tidak Mengenal Bangsanya Sendiri

22 November 2019   10:28 Diperbarui: 22 November 2019   10:40 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Kabarislamia.com

Saya malah lebih mengagumi bangunan tinggi dan dekorasi kekinian, dibandingkan memanfaatkan potensi alam kita secara optimal. Saya mendukung berdirinya bangunan-bangunan tinggi itu tanpa mengindahkan akan jauh lebih baik bila penghijauan dan bangunan tinggi tersebut diletakkan dengan beriringan.

Ketika adanya kebakaran hutan, ketika ada orang luar yang mengomentari kita tidak menjaga hutan sendiri, saya malah ikut menyalahkan pemerintah. Saya sendiri? Sudah melakukan apa untuk menjaga alam saya, tanah kelahiran saya sendiri. Saya seperti lebih senang berkomentar ria menunjukkan eksisnya diri dibandingkan mengulurkan tangan membantu pemerintah menata alam bangsa ini menjadi lebih baik.

Saya lebih sibuk dengan sosial media dan ikut memantau perkembangan berita hutan di negara saya, ketimbang saya ambil cuti kantor, dan siap sedia ikut memadamkan kebakaran hutan, ataupun membantu warga disana, yang merupakan saudara sebangsa saya sendiri, dimana nyawa mereka sedang terancam akibat kebakaran hutan.

Ada selebgram, seperti Awkarin yang terjun langsung kesana. Banyak orang yang ikut mendukung, tapi tidak sedikit orang yang nyinyir supaya tidak perlu memamerkan kebaikan. Saya sendiri? Hanya memperhatikan dan like saja di sosial medianya, kemudia memberikan like pada komentar-komentar yang saya setujui.

Ketika mau belanja buah dan sayur saja di pasar ataupun supermarket, saya masih saja memilih yang produk luar, bukan lokal. Dengan pikiran kualitas produk luar lebih baik, padahal jelas-jelas pestisida dan pengawetnya lebih kencang. Kan diimpor, berapa jam perjalanan tuh dari negaranya ke negara kita? Kalau tidak diawetkan, bisa layu ditengah jalan pastinya. Daging pun pasti lama sekali dibekukan, dan kualitas dari sana, saya sendiri tidak tahu, masih benar bagus atau sebenarnya sudah busuk.

Berkoar-koar pemerintah mengimpor terus barang luar dan sama sekali tidak membantu petani kita sendiri, eh, malah saya sendiri yang lebih memilih berbelanja produk luar. Coba kalau saya sendiri memilih produk lokal, bersama teman-teman sekalian. Produk impor tidak laku lagi, maka pemerintah kan pastinya berpikir dua tiga kali untuk mengimpor barang tersebut, karena tidak ada keuntungan lagi untuk mengimpor.

Apakah saya sudah membantu bangsa saya sendiri?

Kemudian, ketika polusi udara banyak terjadi di Jakarta. Banyak aktivis lingkungan yang mulai menuntut, selebgram yang menyindir tingkat polusi udara di Jakarta, dan banyak juga netizen yang berkomentar di sosial media. Hoho... dan tentu saya ikutan pula, tidak mau kalah.

Tapi apa saya sendiri sudah membantu mengurangi polusi udara tersebut?

Saya masih ikut bermacet ria dengan kendaraan pribadi, saya masih membuang sampah seenak udelnya, dan ketika melihat ada kali yang banyak sampah, saya malah membandingkan "Ah gubernur sekarang, beda banget sama gubernur  yang dulu!", tidak lama kemudian, karena tidak ada tong sampah depan mata saya, eh langsung saya buang sembarangan. 

Hiks. Betapa munafiknya saya. Pintar menunjuk orang, tapi sama sekali tidak mau menunjuk diri sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun