Itu karena melihat angka laba kotor perusahaan terus menipis. Padahal gaji karyawan dan beban harian harus jalan terus, sedangkan uang untuk perputaran modal dan penjualan lumayan berkurang jauh.
Untuk kita para karyawan, ya tidak perlu ditanya lagi lah ya, pusingnya seperti apa. Kita hanya bisa bersyukur, kita masih bisa makan dan bekerja, gaji pun dibayar tepat waktu. Kalau para petani, saya tidak berani berkata-kata, entah bagaimana mereka menyambung hidup, apalagi musim kemarau panjang seperti sekarang.
Utang pun dilakukan demi kemajuan bangsa Indonesia. Besarnya utang pemerintah pada per akhir Agustus 2o19 tercatat sudah Rp 5.553,5 triliun, kalau kata Bank Sentral, utang luar negeri Indonesia masih sehat kok.Â
Malah per 29 Oktober kemarin, beritanya, pemerintah cari utang Rp 7 Triliun, pelunasannya paling lama katanya 15 Juli 2047. Masih sehat, kok.Â
Dibalik kesehatan utang luar negeri, ternyata APBN pemerintah per September 2019 mengalami defisit.Â
Saya yakin pemerintah juga pusing, tidak mungkin rencana infrastruktur ini dibatalkan, jangan sampai Indonesia kalah dengan negara berkembang lainnya.
Saking pusingnya, tidak mungkin pemerintah menaikkan pajak terus-menerus kepada masyarakat, kasihan pasti masyarakat, mana sekarang perputaran ekonomi sedang lesu. Tapi tidak mungkin pemerintah menanggung beban sendirian, karena bisa pincang perekonomian negara ini, nantinya masyarakat juga yang kena.
Sepertinya, pemerintah mendapatkan ide cemerlang, dengan berbagi beban pada masyarakat melalui kenaikan BPJS, listrik, tol dan cukai rokok.Â
Kan nanti ujungnya apa yang sedang dibangun dan diprogram pemerintah saat ini, masyarakat akan menikmatinya. Maka itu pemerintah memakai peribahasa "Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul".
Demi Indonesia maju dan tidak terlalu banyak utang, mari berbagi beban kesulitan ekonomi.