Sekarang zamannya penampilan diutamakan. Brand make up bertebaran, beauty vloggers banyak memberikan tutorial cara bermake up gaya ini dan itu, baju-baju fashionable dijual dengan harga yang murah menarik minat pembeli.
Salon-salon kecantikan pun bertebaran, menawarkan harga promo, dengan begitu visi misi untuk membuat wanita selalu tampil cantik dan salonnya mendapatkan profit, bisa tercapai.
Tidak itu saja, wanita pun kini rata-rata menjaga berat badannya atau melangsingkan tubuh di pusat kebugaran setempat.
Bila ditanya, mengapa mau nge-gym? Ada yang menjawab untuk kesehatan, ada juga yang jawab biar tidak gendut, kan bagusan langsing, dan sebagainya.
Bila ada waktu, kita bakal kepo sama hal-hal yang di sosial media, biasanya hal-hal yang berbau dengan kecantikan, fashion ataupun hal-hal yang menunjang kecantikan fisik.
Akan tetapi, ada hal yang terlupakan oleh kita, para wanita. Cantik dan punya lekuk tubuh yang bagus tidak menjadikan kita akan jauh lebih percaya diri atau membuat kita merasa berharga, serta tidak membuat kita juga bisa "mengikat" kekasih hati kita untuk tidak berpaling pada orang lain.
Sadar tidak, hampir semua wanita sekarang cantik secara penampilan. Rata-rata sudah memiliki keautentikan diri dalam berpenampilan, atau juga sangat mahir mengikuti gaya idola wanita tersebut.
Namun ada hal yang tidak banyak dimiliki oleh para wanita, yakni percaya diri, menghargai diri sendiri dan memiliki prinsip hidup, serta wawasan yang luas.
Saya bahas ini karena saya ceritanya observasi kelanggengan hubungan kekasih, dan saya membandingkan dua wanita yang sama-sama cantik, tapi memiliki perbedaan dalam menyayangi dirinya sendiri.
Wanita pertama, sebut saja Bella. Cantik, ramah dan sangat pintar, namun sayang Bella ini sama sekali tidak percaya diri. Ia selalu menganggap dirinya biasa saja, dan sama sekali tidak pintar.Â
Wanita kedua, sebut saja bernama Lisa. Cantik juga, tapi masih lebih cantik Bella sebenarnya, ramah dan pintar juga. Yang menjadi perbedaan adalah Lisa sangat percaya diri, tapi tidak over.
Kedua wanita ini sama-sama sudah berumah tangga dan memiliki anak yang lucu-lucu.
Kita bahas si Lisa dulu.
Lisa tipe orang yang menganggap kalau pengetahuan adalah makanan pokoknya. Ia harus membaca perkembangan berita setiap hari, dan minimal sebulan sekali, dia harus habis membaca satu buku.
Bukunya yang dibaca tidak selalu berat, biasanya tentang hal-hal yang berhubungan dengan dirinya dan lingkungannya, seperti motivasi diri, parenting dan sebagainya.
Dalam memilih pasangan, kita bahas waktu Lisa ini belum menikah. Cinta, memang menjadi standar wajib dalam hubungan pernikahan, tapi ia juga punya standar lebih, yakni hubungan dia dan suami nantinya harus selalu membangun dan saling mendukung, ia juga ingin pasangannya sebagai partner, bukan sekadar teman hidup.
Sampai di situ cukup dulu, kita beralih ke Bella.
Rasa tidak percaya dirinya membuat ia merasa tidak mampu berbuat apa-apa. Sehingga nilai-nilai dalam kehidupannya berdasarkan apa yang menjadi standar orang di sekitarnya.
Ibu rumah tangga sebaiknya urus anak dan suami saja, tidak perlu sekolah tinggi-tinggi.
Standar suami ketika ia belum menikah hanyalah cinta. Dengan cinta akan mengalahkan segalanya dan bisa memperbaiki segala yang kurang baik, dan sebagainya seperti standar novel percintaan.
Pada awalnya hubungan pernikahan Bella dan suaminya, serta Lisa dan suaminya sama-sama bahagia.
Tapi setelah dua tahun menjalani, tentu akan ada pasang surut dan adaptasi antara kebiasaan pasangan baru.
Lisa dan suaminya memiliki kenaikan jabatan dalam pekerjaannya masing-masing. Dan kagetnya, mereka memiliki resolusi dan goals yang harus mereka lakukan.
Semua permasalahan yang terjadi di antara keduanya, menjadi bahan tukar pikiran saat sudah tenang.
Kedua pasangan ini juga seringkali membahas tentang pekerjaan masing-masing apabila menemui kendala, jadi jawaban setiap masalah kantor  yang mereka hadapi tidak cuman, "sabar ya", "kamu tenang saja ini mungkin cobaan dari Tuhan". Mereka saling membahas secara intelektual, tanpa saling mendominasi.
Berbeda dengan Bella.
Dua tahun pernikahannya sudah mulai pasang surut mengarah ke perceraian.
Suami Bella menuntut Bella harus pintar seperti A, kemudian Bella harus cantik seperti B, dan sebagainya.
Ketika mereka belum menikah, padahal sang suami sudah ada perjanjian di rumah ibadah untuk menerima sang istri apa adanya.
Tuntutan yang suaminya lontarkan tidak berhenti disitu saja, bahkan sempat terucap kata penyesalan si suami bingung kenapa dulu bisa menikah dengan Bella.
Jahat banget sih itu... menurut saya. Suami seperti sama sekali tidak menghargai Bella.Â
Akan tetapi, dari perbedaan di atas, saya mengambil kesimpulan dan belajar, serta saya harap para wanita di Indonesia juga tidak mengandalkan kecantikan saja sebagai standar kebahagiaan hidup kita.
Eksistensi kita bukan berkibar karena cinta pasangan kita saja. Sifat manusia bisa berubah kapan saja, karakter manusia saja juga bisa berubah. Oleh karena itu, rasa cinta juga bisa berubah, perlu ada hal yang dibangun agar perasaan yang membahagiakan ini selalu ada.
Kita, sebagai wanita, harus menanamkan rasa percaya diri, percaya kalau diri kita berharga baik dengan pasangan ataupun tanpa pasangan.
Karena pria lebih menyukai wanita yang memiliki rasa percaya diri, ketimbang sekadar cantik. Pria lebih suka dan penasaran terhadap wanita yang memiliki harga diri, daripada yang mengemis cinta dan memaksa si pria harus selalu dipelukannya.
Bagaimana cara menumbuhkan rasa percaya diri?
Sebagai saran saja, jangan mempercantik diri karena ingin menyenangkan pasangan, tapi percantiklah diri karena Anda suka melihat diri Anda terlihat cantik.
Kedua, perbanyaklah membaca buku tentang motivasi diri, pengetahuan dan sebagainya, termasuk menonton hal-hal yang bisa membangun karakter dan memperluas wawasan kita, kalau sinetron atau reality show bolehlah sekali-kali buat hiburan.
Ketiga, berhenti  berbuat sesuatu hanya untuk menyenangkan pasangan saja. Boleh saja Anda mengalah dan beradaptasi dengan pasangan, namun bukan berarti Anda sampai kehilangan jati diri karena keinginan pasangan, bukan keinginan diri sendiri.
Kalau nanti sudah mengubah diri, ternyata tahu-tahu si pria merasa kurang puas dan pindah ke lain hati, nah lho..
Jadi, hai para kaum wanita, mari mempercantik diri kita sambil mengisi terus wawasan kita, meningkatkan kepribadian kita menjadi lebih baik dan percaya bahwa diri kita berharga. Tapi bukan berarti menjadikan kita malah tidak menghargai suami dan bersikap mendominasi. hoho.. tidak begitu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H