Kasus penyiraman air keras pada wajah Novel Baswedan 2017 silam, seperti tenggelam ditelan bumi. Bahkan seperti tidak ada gaungnya sama sekali.Â
Andai ada yang menanyakan kemajuan penyidikan untuk kasus Pak Novel, sepertinya sia-sia belaka. Karena pemeriksaan yang dilakukan juga seperti main-main belaka.
Coba kita perhatikan kasus pelanggaran HAM, seperti kasus pembunuhan Munir, Marsinah, Penculikan aktivis pro demokrasi, dan sebagainya, yang paling banyak ditunggu penyelesaiannya adalah kasus pembunuhan Munir, sampai sekarang sama sekali tidak ada penyelesaiannya kan? Seperti yang sudah tertebak sebelumnya, hal ini juga terjadi pada kasus Novel Baswedan.
Jadi, kalau ada yang bertanya dan berkomentar tentang kasus ini, hmm... itu sepertinya hanya membuang-buang tenaga saja. Kalau perlu, malah kita saja sebagai orang netral tanpa kepentingan, yang menyidiknya. Karena dipastikan pasti selesai, sekaligus bisa jadi nyawa kita ikut selesai. Hehe... mungkin.
Tadi pagi, saya membuka Twitter, dan hal yang pertama menarik perhatian saya adalah cuitannya Tempo tentang kasus buku merah yang berisi catatan transaksi keuangan yang memuat nama Tito Karnavian dan sejumlah pejabat instansi pemerintah. Tempo juga memuat video CCTV yang merupakan salah satu hasil penelusuran Indonesia Leaks.
Dalam video tersebut ada 6 orang penyidik KPK, yang namanya masing-masing disebut siapa saja. Orang yang paling banyak melakukan gerakan mencurigakan adalah Harun dan Roland. Mereka men-tip ex dan merobek beberapa lembar halaman buku merah dengan cara membelakangi kamera CCTV. Dalam video tersebut setiap gerakan yang terjadi memiliki keterangan apa yang sedang orang-orang tersebut lakukan.Â
Video yang berdurasi 5 menit 19 detik itu, saya putar ulang dua kali. Karena sempat terpikir, bisa jadi orang-orang yang melakukan hal tersebut hanya melakukan pekerjaan saja, dan yang mengartikan gerakan orang-orang dalam CCTV itu berlebihan saja.
Saya bisa berpendapat seperti ini, karena dalam video diterangkan bahwa beberapa dari mereka melihat ke arah CCTV dengan jelas. Rasanya tidak logis, orang-orang yang sadar ada CCTV, malah berusaha untuk menghilangkan barang bukti depan kamera, walau mereka melakukannya dengan membelakangi CCTV. Ceroboh sekali kan?
Kecuali kalau mereka pikir video CCTV tersebut sudah terhapus, ternyata malah sebenarnya masih tersimpan. Hehe.. kan di film-film suka ada yang begitu tuh.Â
Video berikutnya, saya tonton di YouTube-nya Tempo, dan menjadi lebih jelas, mengapa Indonesia Leaks bisa meyakini bahwa yang gerakan keenam orang tersebut yang terekam dalam CCTV sangat mencurigakan. Dalam video ini dijelaskan alur mengapa buku merah bisa berhubungan dengan kasus penyiraman air keras Novel Baswedan. Silahkan Anda menontonnya terlebih dahulu, supaya mata Anda sedikit terhibur dengan gerakan visual.Â
Dari video tersebut, kita bisa melihat begitu erat hubungannya sang buku merah dengan penyiraman air keras Novel Baswedan. Buku merah yang sempat memuat nama Tito Karnavian, sang Jenderal Polisi, dan kemudian hilang begitu saja.