Selain para publik figur, ada juga wartawan Kompas, Ahmad Arif yang melakukan tes DNA menggunakan metode mengambil sampel darah dengan saliva (air liur). Ternyata hasil tes DNA-nya menunjukkan bahwa Ahmad Arif yang merupakan orang Jawa tulen, memiliki leluhur yang berasal dari Tiongkok sekitar 9.000 tahun yang lalu.
Ada juga influencer, Gita Savitri Devi asal Palembang, dari unggahan InstaStory-nya, hasil tes DNA-nya menunjukkan bahwa ia memiliki leluhur genetik 52,1% orang Filipina (sebagian besar Palawan), 42,3% Jawa Tengah, 4% Vietnam, dan 1,6% India Utara, Pakistan dan Bengali.
Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan hasil tes DNA ini menunjukkan bahwa orang Indonesia yaa tidak ada yang murni Indonesia, semuanya memiliki keanekaragaman genetik.
Mengapa orang Indonesia memiliki leluhur yang beraneka ragam?
Berdasarkan hasil penelitian Herawati Supolo-Sudoyo, Indonesia adalah tempat yang strategis, dari zaman dahulu kala sekali, sekitar tahun 100.000-150.000 tahun lalu. Ada 4 gelombang yang datang ke Indonesia pada tahun-tahun yang berbeda, dan mereka semua saling berbaur.Â
Nah, dari dulu sudah ada gelombang migrasi, gelombang yang paling pertama datang ke Indonesia adalah orang-orang dari benua Afrika. Di Indonesia, mereka menyebar ke Kalimantan, Sumatera dan Jawa, yang pada tahun nenek moyang dulu, ketiga pulau besar Indonesia tersebut masih jadi satu, belum terpisah.
Mungkin karena bosan, atau terlalu banyak orang di tiga pulau tersebut, sebagian orang Afrika ini pindah ke Sahul, kalau sekarang Sahul itu namanya Papua dan Australia.
Setelah adanya gelombang pertama, gelombang kedua datang. Gelombang kedua ini orang-orang yang tadinya tinggal di Asia Daratan, kemudian berpindah ke Indonesia. Saat gelombang kedua ini datang, ada pembauran dengan gelombang pertama melalui hubungan pernikahan. Hal ini didapat dari penelitian tes DNA.
Berikutnya, ada gelombang ketiga yang datang, yakni orang Taiwan yang menyebar ke Filipina, Sulawesi dan Kalimantan.Â
Orang Taiwan ini pun juga berbaur dengan gelombang pertama dan kedua. Pembaurannya bisa dalam bentuk hubungan pernikahan, terpengaruh keadaan lingkungan, kebiasaan mereka yang sudah lama tinggal di Indonesia, dan makanan yang mereka makan, serta segala jenis interaksi lainnya yang terjadi di Indonesia zaman itu.
Tahun 700-1300, gelombang keempat datang ke Indonesia melalui jalur perdagangan dan keagamaan.
Nah, ini pembauran terbesar yang terjadi di Indonesia. Orang-orang dari mancanegara yang datang, antara lain Arab, Tiongkok, India, Afrika Utara, dan Eropa. Mereka biasanya berbaur dengan masyarakat lokal yang tinggal di pesisir pantai, walau tidak semua. Karena sebagian besar para pendatang itu kan bisa masuk ke Indonesia melalui daerah laut.Â