Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Efek dari Proses Hidup Minimalis

19 Juli 2019   13:54 Diperbarui: 20 Juli 2019   20:36 1381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hidup minimaslis (Sumber: envato.com)

Sekitar 2 minggu lalu, saya menulis tentang mencoba hidup minimalis, dan ketika itu saya baru membaca 68 halaman. Dari 68 halaman yang saya baca, saya langsung mempraktikkan meminimalisasi barang di ruang kerja. Barang yang saya lihat sudah lagi tidak terpakai, ataupun barang yang tadinya saya merasa sayang untuk membuangnya, saya keluarkan semua dari ruang kerja. Efeknya saya menjadi lebih bersemangat bekerja di hari itu, dan jauh lebih berkonsentrasi.

Dua hari kemudian, buku "Goodbye Things" saya lahap habis, sekaligus langsung saya praktikkan untuk kamar saya.

Saya mulai dari laci kerja di kamar. Laci tersebut selalu penuh dengan barang dan dokumen, serta alat tulis. Bila sudah dirapikan, tidak perlu menunggu 1 minggu. Dalam dua hari saja, laci tersebut pasti sudah berantakan karena ada dokumen, barang, ataupun hal lainnya lagi yang saya tumpuk di sana.

Mumpung sedang semangat 45, saya bongkar habis laci kerja. Dalam buku "Goodbye Things", hal yang perlu dibuang adalah barang-barang yang sebenarnya sudah tidak terpakai lagi, tapi kita merasa sayang membuangnya. Daripada memenuhi tempat, lebih baik dibuang atau dijual saja. Jadi yang kita pertahankan hanyalah barang yang memang kita gunakan saja.

Dalam waktu setengah jam, saya membagi barang menjadi 3 kategori, yakni barang yang masih digunakan, masih bisa digunakan tapi tidak pernah diingat keberadaannya, dan barang yang sama sekali tidak terpakai.

Barang yang sama sekali tidak terpakai, seperti kertas kosong atau map yang sudah sobek, langsung saya buang. Barang yang masih bisa digunakan, tapi saya tidak ingat pernah membelinya, seperti pulpen ataupun buku tulis, saya pisahkan untuk saya berikan pada orang lain. Dan barang yang masih saya gunakan, saya letakkan kembali ke laci kerja. Plooonggg! 

Beralih ke meja rias. Meja rias saya penuh dengan alat make-up, kunciran rambut, jam tangan, dan sebagainya. Saya bagi lagi menjadi 3 kategori yang sama, masih digunakan, masih bisa digunakan, dan tidak terpakai lagi. Saat itu saya baru sadar, ternyata saya hanya memakai sedikit peralatan make-up, selebihnya hanya mejeng begitu saja. Dan alhasil, meja rias saya, plooongg..! 

Kemudian, lemari pakaian. Saya bagi lagi menjadi 3 kategori. Terpakai, masih bisa dipakai, dan sama sekali tidak dipakai. Ternyata banyak yang tidak bisa saya pakai, karena saya suka membeli baju "penyemangat". Saya pernah menonton bahwa supaya kita bisa berhasil menurunkan berat badan, kita harus memiliki baju "penyemangat", yakni ukuran baju ideal berat badan kita. 

Tapi ternyata hal tersebut tidak berefek pada saya, berat badan saya naik-turun sesuai dengan mood saya. Jadi, saya memilih untuk menjual para baju "penyemangat" tersebut. Kalau pakaian yang masih bisa dipakai, saya taruh di lemari yang berbeda, siapa tahu suatu hari masih bisa digunakan. Perjalanan hidup minimalis saya masih proses. Hehe.. belum bisa sepenuhnya minimalis. 

Karena selain yang saya baca di buku Goodbye Things, ada beberapa artikel dan tontonan YouTube yang memuat tentang hidup minimalis, pakaian yang yang digunakan untuk para minimaliser adalah pakaian yang nyaman dikenakan, tanpa perlu mengikuti model yang sedang trend, dan pakaian yang memang benar digunakan. 

Kategori beres-berberes saya baru ditahap sana. Karena saya belum ada waktu lagi untuk beberes. 

Tapi ada beberapa efek yang saya sendiri kaget sekali bisa muncul dalam diri saya. 

Ketika bangun pagi, saya jauh lebih bersemangat. Bahkan langsung membereskan tempat tidur. Biasanya saya akan membereskannya setelah pulang kerja. Kemudian, ada rasa bersyukur ketika saya bangun di hari itu, saya masih bisa bangun pagi dengan sehat, dan bisa minum air putih sebotol. Menurut saya ini aneh sekali, karena seumur-umur baru kali ini saya merasakan hal seperti itu, apalagi rasa syukur untuk hal kecil. 

Barang-barang yang telah saya gunakan pun, akan saya kembalikan ke tempat semula dengan baik. Rasanya kamar saya benar-benar homey sekali, dan memberikan ketenangan.

Makanan saya dalam seminggu ini | Foto : Dokpri
Makanan saya dalam seminggu ini | Foto : Dokpri
Dalam hal diet, saya tidak perlu lagi menghitung kalori, atau berpikir harus makan A B C, supaya diet saya lancar. Dalam buku Goodbye Things, Fumio Sasaki mengatakan bahwa hidup minimalis secara tidak sadar akan bisa menurunkan berat badan, karena space ruangan kita lebih lapang dalam bergerak, kemudian kita makan hanya untuk supaya mengisi energi tubuh. 

Setiap harinya ia biasanya memakan makanan yang hampir sama, yang penting bisa mengenyangkan perut dan memiliki rasa syukur karena masih memiliki rezeki untuk makan.

Hal yang sama telah saya rasakan dalam seminggu ini, saya hanya makan sesuai dengan kebutuhan tubuh saya saja. Saya tidak perlu lagi memikirkan banyak resep diet sehat. Saya cukup merebus sayur dengan bawang putih dan merah, ditambah sedikit rempah. Kemudian memanggang ikan yang telah dibumbui. Sudah selesai. Yang penting saya merasa kenyang, dan saya sudah memiliki energi lagi untuk beraktivitas.

Saya juga tidak lagi tergila-gila pada makanan ataupun minuman manis, saya merasa yang penting sehari sekali, saya minum kopi manis, sudah cukup. 

Dalam pekerjaan, hal yang sama juga saya rasakan seperti awal saya membereskan barang di ruang kantor, bersemangat dan lebih bisa berkonsentrasi. Juga saya lebih tenang, ketika banyak pekerjaan yang menumpuk. Bahkan lucunya, di tengah pekerjaan yang sedang menumpuk bahkan hectic, saya bisa bersyukur karena memiliki pekerjaan yang bisa memenuhi kebutuhan hidup saya sehari-hari, yang membuat saya terus bergerak supaya aliran darah saya lancar, dan yang membuat otak saya bekerja sehingga bisa mengurangi efek pikun di masa tua nanti. 

Saya juga sering berpikir positif terhadap hal-hal diluar dari ekspetasi saya, dan menjadi jarang mengeluhkan hal-hal yang tidak sesuai dengan pemikiran saya. Dan yang paling membuat saya senang adalah saya menerima diri saya apa adanya, hal yang selama ini ingin saya capai, tapi belum pernah berhasil, karena saya sering memikirkan pendapat orang lain.

Pada prinsipnya, hidup minimalis sebenarnya mengajak kita untuk lebih efisien dan efektif, serta sistematis dalam berpikir maupun mengambil keputusan, baik dalam memilih barang yang sebenarnya kita perlukan, pekerjaan yang kita miliki, teman ataupun pasangan. Dengan kita memilah dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan kita, kita akan memupuk pikiran positif dalam diri kita, serta menimbulkan rasa syukur terhadap apa yang telah kita miliki.

Buku Marie Kondo | Foto : Dokpri
Buku Marie Kondo | Foto : Dokpri
Hidup minimalis belum semuanya saya jalankan, masih dalam proses menuju prinsip hidup minimalis yang sebenarnya. Tapi saya merasakan efek yang sangat baik dalam diri saya, maka saya memutuskan untuk melanjutkannya, karena hal-hal yang selama ini saya cari seperti berpikir positif, menerima diri saya apa adanya, dan menurunkan tensi emosi saya, saya dapatkan ketika menjalankan prinsip hidup minimalis ini.

Bila Anda tertarik untuk menjalani hidup minimalis, Anda bisa mencarinya di internet, ataupun buku "Goodbye Things" karya Fumio Sasaki dan Seni Beres-Beres dan Metode Merapikan ala Jepang karya Marie Kondo. Dan siapa tahu Anda juga bisa merasakan efek yang sama seperti yang saya rasakan dalam hidup.

Salam 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun