Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apakah Netizen Mudah Khilaf?

16 Juni 2019   01:20 Diperbarui: 16 Juni 2019   02:29 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Media sosial adalah tempat termudah untuk berekspresi, bahkan orang yang berkarakter pendiam pun bisa menjadi pribadi yang ramah dan lucu ketika sudah berada di dunia maya.

Belakangan, media sosial bukan hanya tempat untuk mengekspresikan perasaan senang, sedih, bahagia ataupun marah, tetapi juga menjadi tempat untuk meluapkan emosi. Tidak percaya? Kita bisa lihat dari berita bahwa banyak netizen yang kena komentar pedas oleh para selebriti ataupun tokoh politik, bahkan ada juga netizen yang masuk ke ranah hukum karena kenyinyirannya sudah melampaui batas normal.

Tidak hanya nyinyir, belakangan banyak juga netizen yang masuk dalam kategori menghujat. Rasa takut menyakiti perasaan orang lain atau segan membuat hati orang terluka sepertinya sudah menurun. Bahkan bisa dibilang tidak ada.

Contoh kasusnya yang paling seru saat itu adalah Dian Nitami yang dihina oleh pemilik akun instagram Corissa Putri, yang mengatakan, "itu hidung nya jelek.bgt...melar bgt..jempol kaki,jg bs masuk..waduh..operasii lha....katany artis..masa duit buat perbaiki hidung gag ada..waduh..", kemudian Anjasmara yang merasa tersinggung istrinya dihina, langsung berkomentar bahwa Corissa Putri harus membuat permintaan maaf di sosial media ataupun di Koran Kompas sebanyak satu lembar penuh. Permintaan maaf tersebut ditunggu 2x24 jam, kalau tidak Corissa Putri akan dilaporkan ke pihak berwajib. Kemudian, melalui DM dan Instastorynya yang di tag ke akun Instagram Anjasmara dan Dian Nitami, Corissa Putri meminta maaf dan mengatakan bahwa ia khilaf, dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.

Ada juga seorang netizen bernama Syaibah Mawal menghina Ulama Gus Mus di akun Facebooknya, "Sesat nii orang jgan diikutin yg bginian, kcuali klo islam lo cm KTP cm diakui negara bkan Allah. kitab suci dihina kok minta maaf slsai, goblog,dah mau msuk liang lahat aj msih keblingerr.". Setelah komentarnya di status Facebooknya viral, ia meminta maaf melalui Facebook, "Terkait postingan saya soal bpak kh. maimun zubair yg saya tdk sependapat mohon maaf seluas2nya dan sebesar2nya, saya kebawa emosi..andai ni dosa besar mohon dibukakan pintu maaf..tlong di share yaa. triakasih".

Tidak hanya selebriti dan ulama saja yang kena nyinyiran netizen karena tidak sependapat, Presiden, orang yang menjadi simbol negara pun, sudah tidak lagi dihormati, selain nyinyiran, beliau juga mendapatkan ancaman pembunuhan dari HS melalui akun sosial media.

"Dari Poso nih, siap penggal kepala Jokowi, Jokowi siap lehernya kita penggal kepalanya. Demi Allah."

Setelah ditangkap dan akan dijerat hukuman, HS meminta maaf dan mengaku khilaf.

Berdasarkan 3 contoh konkret diatas, saya menemukan persamaan yakni kekhilafan karena terbawa emosi setelah membaca informasi, kemudian auto ngetik, dan terbawa emosi saat demonstrasi, jadi auto ngomong tanpa filter ketika kamera smartphone sudah ready untuk merekam.

Saya menjadi penasaran dengan kata khilaf, kemudian saya mendapatkan definisinya, menurut KBBI, khilaf adalah keliru atau salah (yang tidak disengaja). Masih penasaran, saya mencari lagi pengertiannya, Khilaf dalam bahasa Arab berarti (1) tidak menyetujui, menyangkal (sesuatu yang dikatakan),(2)  berlawanan, berlainan dengan (aturan), (3) mendurhaka, tidak patuh kepada (Allah), dan (4) melanggar, tidak menepati (janji)

Apabila nyinyiran dan hujatan di sosial media adalah suatu kekeliruan yang tidak disengaja, saya menjadi bertanya-tanya, selama berselancar di sosial media, para netizen yang senang mengomentari negatif dan menghujat itu setengah tidur atau setengah pingsan, ataukah sedang setengah mabuk?  Atau ada roh lain yang hampir memasuki tubuhnya, jadi setengah tidak sadar kalau perbuatan tersebut bisa menyakiti hati dan pikiran orang lain?

Ilustrasi korban nyinyiran | Sumber : Gulfnews.com
Ilustrasi korban nyinyiran | Sumber : Gulfnews.com
Sekarang sudah banyak artikel, iklan di TV, dan media sosial yang menghimbau untuk stop bullying melalui sosial media, dan mereka menayangkan bahayanya nyinyiran dan hujatan kepada orang lain. Korban bisa bunuh diri, rasa percaya diri berkurang bahkan bisa menguap begitu saja, kemudian korban juga bisa mendapat gangguan jiwa.  Tapi himbauan seperti itu hampir lewat seperti angin berhembus, tetap saja ada netizen yang suka nyinyir dan menghujat. Belakangan, ada juga pasal yang mengatur hukuman bagi orang yang melakukan bully di sosial media. Tapi tetap ada saja netizen yang masih tetap nyinyir.

Dilansir dari Msn.com. seseorang yang senang mencela memiliki rasa iri hati yang terpendam, dan hanya ingin menunjukkan bahwa dirinya lebih unggul dari orang yang dicelanya. Padahal orang yang senang mencela adalah bukti bahwa ia sedang mencela dirinya sendiri.

Selain itu, menurut Parenting.orami.com, seseorang mudah mencela orang lain karena merasa kecewa dengan hidup dan lingkungannya, sehingga mereka membutuhkan sesuatu untuk melampiaskannya. Kemudian, setelah mencela, orang tersebut tidak merasa perlu bertanggung jawab, dengan kata lain netizen yang suka nyinyir dan menghujat adalah orang yang tidak memiliki rasa tanggung jawab.

Bila dilihat dari sisi psikologis, berarti netizen yang nyinyirnya melampaui batas normal, bahkan sampai ke arah menghujat bahkan mengancam, itu sudah tidak bisa mengaku khilaf ketika meminta maaf, tetapi ada gangguan psikologi dalam dirinya, hingga ada keinginan untuk mem-bully orang lain, sampai orang lain yang tidak dikenal pun harus merasakan rasa sakit yang sama seperti yang dideritanya.

Jadi, apakah netizen yang hobi nyinyir dan menghujat itu mudah khilaf atau sebenarnya ada tekanan jiwa?

Pendidikan untuk bersosial media nampaknya perlu dimasukkan dalam kurikulum pelajaran saat ini, agar nantinya sikap sebagai seorang netizen jauh lebih bijaksana dalam menunjukkan ketidaksetujuan, berupa kritik dan saran dengan bahasa yang sopan dan santun.

Salam

Referensi

Tribunnews.com. 3 Januari 2019. 5 Fakta Kasus Dian Nitami dan Netizen yang Mengejeknya di Instagram, Anjasmara Resmi Lapor Polisi. Diakses tanggal 15 Juni 2019 pukul 23.23 WIB

Brilio.net.  27 November 2016. Perempuan bernama Syaibah Mawal ini Mengaku sangat Menyesal. Diakses tanggal 15 Juni 2019 pukul 23.26 WIB

Detiknews.com. 12 Mei 2019. Jadi Tersangka, Ini Tampang Pria yang Penggal Jokowi. da Diakses tanggal 15 Juni 2019 pukul 23.57 WIB

Kompas.com. 13 Mei 2019. 5 Fakta Kasus HS Ancam Penggal Kepala Jokowi Mengaku Khilaf hingga Nasib Pria Mirip HS di Kebumen. Diakses tanggal 16 Juni 2019 pukul 00.04 WIB

Kbbi.web.id. Diakses tanggal 16 Juni 2019 pukul 00.13 WIB

fitk.uinjkt.ac.id. 26 September 2016. Khilaf dan Menyesal, Manakah yang Duluan dan Adakah Korelasinya?. Diakses tanggal 16 Juni 2019 pukul 00/23 WIB

Msn.com. 8 Juli 2018. Tentang Mereka yang Senang Mencela. Diakses tanggal 16 Juni 2019 pukul 00.46 WIB

Parenting.orami.com. 14 Desember 2018. Ternyata inilah 5 Alasan Mengapa Orang Gampang Menghina di Media Sosial. Diakses tanggal 16 Juni 2019 pukul 00: 52 WIB

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun