Saya mengatakan seperti itu, karena saya pernah melihat sendiri, dimana teman saya tidak mendapatkan penghargaan yang pantas atas kinerjanya, karena ketahuan ia sering menjelek-jelekkan perusahaannya tempat ia bekerja. Saya juga pernah mendapat curhat dari pasangan teman, yang tidak tahan dengan teman saya karena tidak pernah membahas kekesalan langsung pada dia, namun lebih sering memberitahu kepada media sosial.
Kemudian, cap sebagai anak yang tidak tahu terima kasih, karena sering menjelekkan orang tua, padahal masih numpang tidur dan makan di rumah orang tua, akan mendapatkan krisis kepercayaan dari orang lain, "orang tua yang kasih makan gratis dan masih bisa numpang tidur gratis saja, dijelek-jelekkan, apa yang dipikirkannya tentang kita."
Kemudian, tidak baik juga bila kita membagikan konten, misal betapa mesranya kita terhadap pasangan secara terus menerus, ataupun belanja Rp 1.000.000,- sehari itu adalah hal wajar. Apabila itu  benar adanya, akan lebih baik tidak sering di upload, karena bisa menimbulkan kecemburuan sosial. Kalau tiba-tiba Anda dirampok, bagaimana? Sekali-sekali tidak masalah membagikan momen, tapi kalau terlalu sering dan tidak sesuai kenyataan, image yang Anda bangun akan hancur begitu saja kalau sampai orang lain tahu kenyataan diri Anda yang sebenarnya. Ingat dengan pribahasa "Nila Setitik Rusak Susu Sebelanga"?
Personal Branding itu diperlukan dalam media sosial kita, tidak perlu muluk-muluk harus seperti selebriti ataupun selebgram, yang penting terlihat bahwa diri kita memiliki karakter pribadi yang baik, menunjukkan diri kita kompeten secara real dan tidak dibuat-buat, dan bisa saling membagikan hal-hal yang positif kepada teman-teman kita di media sosial, nantinya akan bermanfaat bagi diri kita sendiri.
Seperti, pekerjaan kita tidak terancam akan dicopot, kita mudah mendapatkan pekerjaan, karena zaman sekarang konten media sosial kita, pasti diperiksa terlebih dahulu oleh perusahaan yang akan menerima kita bekerja. Kemudian, hubungan dengan pasangan tidak terganggu, misalnya. Lalu, juga tidak ada lagi penghujatan "cebong", "kampret", yang kalau disebut terus-terusan bisa menimbulkan perkelahian pada cyber world, ujung-ujungnya tidak ada manfaat sama sekali bagi kita, kecuali kepuasan emosi, itupun kalau dapat. Juga, isi pikiran kita mungkin bisa lebih positif dan kreatif karena kita terbiasa menshare hal-hal yang bersifat positif.Â
Jadi, akan lebih baik tentukanlah personal branding yang ingin Anda sampaikan kepada teman-teman Anda, agar eksistensi Anda sebagai seseorang  yang memang kompeten dan berkepribadian positif bisa diakui, tidak hanya secara real life, tetapi juga di media sosial. Karena pengaruh media sosial terhadap penilaian orang terhadap karakter dan kompetensi kita, sama besarnya dengan pengaruh orang-orang yang mengenal kita secara offline.Â
Regards
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H