Mohon tunggu...
Nana Aminah
Nana Aminah Mohon Tunggu... -

Praktisi Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tentangnya.. Setahun yang Lalu...

31 Juli 2012   03:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:25 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gadis itu dengan tertunduk, mengatakan lirih,"Ku simpan catatan menyakitkan ini jauh di dasar hati.. Tak sempat mengering,karena terus tertoreh kembali dengan sembilu.. Sembilu yang semakin terasa tajam karena melukaiku atas nama persahabatan, persaudaraan, dan kekuatan tekad. Semaikin menoreh luka, karena luka bagiku ternyata kebahagiaan bagi orang2 yang dahulu dekat.. Aku tak hendak meminta mereka setia kepadaku.. Aku hanya ingin mereka mengerti bahwa aku tak ingin mendengar apapun tentangnya..".

Tertunduk kepalanya, menyiratkan kesakitan yang dirasakannya. Lalu dia lanjutkan kalimatnya,"Ku habiskan masa baikku, sampai aku pertaruhkan semua yang kumiliki.. Bahkan kesempatan yang sangat baik, tak ku perhitungkan.. Semua karena aku mencintainya..".

Kalimatnya terhenti hingga kembali terdengar lirih,"semua..karena aku mencintainya..",ulangnya.. Dia angkat mukanya, memandang dengan tatapan terluka, seraya berbisik seolah bertanya pada dirinya sendiri,"Tapi kenapa mereka mengkhianatiku..melecehkan upayaku..melukai kesetiaanku.. dan memandang rendah loyalitasku.. Aku sungguh tak ikhlas atas keringatku yang menetes, kesungguhan yang tak pernah surut, totalitas.. Menyakitkan... Sangat menyakitkan..."

Air matanya memang tak sempat menetes, tetapi kesakitan yang diungkapkannya, benar-benar terasa dalam setiap tekanan kalimatnya, dalam gemetar suaranya, dan tangan yang selalu bertaut saling memberikan kekuatan. Sesaat kemudian dia melanjutkan,"Tapi biarlah.. Aku tak mau terus larut dalam kemarahan, bergerak dalam kegelisahan, berdiam dalam ketidakpuasan, dibungkam paksa, dimatikan rasa dan upaya.."

Dengan gemetar suaranya, menahan semangatnya yang tak per4nah padam, dia bertutur lebih tegas tegar dalam keyakinan,"karena aku tak mau tundukkan kepala tanpa keikhlasan.. Karena aku tak mau surutkan langkah dengan ketidakpahaman.. Karena aku tak ingin kehilangan hati.. Aku tak mau menjadi bukan aku..”.

Sesaat dia angkat mukanya dengan gurat keyakinan yang begitu kuat,”Justru, karena aku cinta.. Justru, karena aku tetap ingin menghormati dengan tulus.. Justru, karena aku tak sanggup berkhianat dengan hatiku.. Ku tinggalkan semua yang ku cintai..”

Dan dengan merdu dia nyanyikan lagu cinta penuh senyum.. Langkahnya seringan awan menemui cintanya yang baru.. Merangkai asa memulai pengabdian tulus.. Entah akankah dia dapatkan tempat indah seperti harapan. Tempat yang menyiapkan keberanian menyuarakan kebenaran. Tempat yang memberikan penghargaan bagi sekecil apapun upaya yang dilakukan. Tempat yang beraura semangat yang tak pernah padam. Dia tahu, tempat itu hanya ada dalam anagan-anagannya. Tetapi jika Allah berkehendak, dia akan ciptakan tempat sedemikian, dalam kerajaan hatinya...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun