Mohon tunggu...
Nabilah FJ
Nabilah FJ Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Manusia yang suka jalan-jalan. Suka sejarah, sosial, dan budaya. Sekarang sedang mengejar impian di departemen humaniora.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Menapaki Denyut Kehidupan di Dataran Pesisir Utara Surabaya

1 Juli 2024   11:09 Diperbarui: 1 Juli 2024   11:31 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pribadi (menara syahbandar)

Angin berhembus menerpa badan yang sesaat menjadi sejuk. Walaupun belum tengah hari, matahari tetap terik dan menyilaukan. Kami tetap berjalan seperti biasa, menyusuri kampung yang menyimpan berbagai kisah. Menengok ke kiri, ada kali tua Surabaya yang bermuara ke Laut Jawa. 

Sementara di sebelah kanan, berdiri bangunan-bangunan tua melawan gerusan zaman. Inilah Pabean Cantikan yang berpagarkan Kalimas, dan merupakan gerbang menuju pelabuhan yang sedari dulu telah menopang perekonomian serta menjadi jalan keluar masuknya peradaban yaitu Pelabuhan Perak.

Kawanku mulai bercerita sejarah kawasan ini.

"Dahulu, roda perekonomian berputar melalui aktivitas perdagangan rempah-rempah yang melibatkan Kalimas ini".

Hmm, sepertinya aktivitas itu masih dilakukan hingga kini. Bangunan-bangunan tua yang melimpah disana dijadikan sebagai gudang penyimpanan barang. Mungkin barang-barang yang hendak diperjualbelikan. Aku mengambil beberapa gambar dari Kalimas dan gudang-gudang itu untuk keperluan dokumentasi.

Selanjutnya, kami bergeser menuju menara tua yang seolah masih mengawasi aktivitas di sekitarnya. Menara tua itu umumnya dikenal dengan menara syahbandar. Berdasarkan google maps, sebutannya adalah Uitkijkpost in Kalimas - Menara Syahbandar - Havenmeester Surabaya. 

Mudahnya, menara ini merupakan menara pengawas yang memantau aktivitas perkapalan di dermaga atau pelabuhan. Sebagaimana yang kusebutkan sebelumnya, Kalimas menjadi jalur "parkir" kapal-kapal yang masuk ke Jawa Timur lewat pesisir utara, plus daerah tersebut menjadi kawasan transaksi masyarakat di masa lalu.

***

Semakin masuk ke dalam kampung, semakin pula aku tercengang mendapati bangunan-bangunan tua atau lebih tepatnya gudang-gudang yang masih berdiri kokoh.

 Ada rasa syukur melihatnya yang masih bermanfaat. Tapi ada perasaan berkecamuk melihat kondisinya yang seperti kakek tua dengan kulit keriput dan mendekati ujung usianya. Kumuh sekali dan tampak tak terawat. Yah, mungkin para juragan disana berpikir bahwa ini hanyalah gudang untuk penyimpanan sementara, jadi buat apa dicat ulang?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun