Mohon tunggu...
Nabilah FJ
Nabilah FJ Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Manusia yang suka jalan-jalan. Suka sejarah, sosial, dan budaya. Sekarang sedang mengejar impian di departemen humaniora.

Selanjutnya

Tutup

Book

Resensi Buku Rahasia Nusantara: Candi Misterius Wangsa Syailendra

23 Juni 2024   07:08 Diperbarui: 23 Juni 2024   07:10 838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul Buku           : Rahasia Nusantara

Penulis                  : Asisi Suhariyanto

Penerbit                : Gagas Media

Tahun Terbit        : Cetakan pertama, 2024

Tebal Halaman    : 276 halaman

Ukuran Buku       : 13 19 cm

ISBN                       : 978-623-493-272-0

 

Buku "Rahasia Nusantara: Candi Misterius Wangsa Syailendra" merupakan buku pertama yang ditulis oleh youtuber sekaligus jurnalis sejarah, Asisi Suhariyanto. Peluncuran perdana ini disambut denagn antusias oleh para pemirsa youtube ASISI Channel, termasuk saya sendiri. Hingga tulisan ini dipublikasikan, Rahasia Nusantara jilid 1 akan menerbitkan cetakan ketiganya.

Buku yang mengupas candi-candi dan peradaban era Kerajaan Medang ini dibagi menjadi 12 bab. Mulai dari Medang era Jawa Tengah yang diprakarsai Wangsa Syailendra, hingga perpindahannya ke Jawa Timur oleh Dinasti Isyana.

Wangsa Syailendra yang didirikan pertengahan abad 8 Masehi oleh Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya banyak membangun candi-candi megah Hindu-Buddha seperti percandian Dieng yang diulas pada bab pertama buku ini, Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan masih banyak lagi. Akulturasi budaya antara India dan Jawa kuno pun terjadi. 

Candi-candi yang dibangun oleh Kerajaan Medang memiliki corak yang khas yakni perpaduan dari arsitektur candi India dengan karya kreatif para silpin Jawa. Selain itu, masyarakat yang kala itu memeluk agama Hindu-Buddha masih memegang adat budaya asli Austronesia.

Setelah pusat Medang dipindahkan ke Jawa Timur oleh Sri Maharaja Rake Hino Dyah Sindok atau Pu Sindok, agaknya pembangunan candi-candi megah tak lagi menjadi prioritas. 

Pada era ini terdapat sebuah karya sastra yang fenomenal yaitu Lontar Calon Arang. Hingga kini kengerian Calon Arang nampaknya masih dirasakan oleh orang-orang Bali. Kisah Calon Arang berkembang menjadi kesenian tari Rangda dan Barong Ket. Calon Arang yang dianggap sebagai penyihir ini akhirnya dikalahkan oleh Pu Baraddah.

Kisah kejayaan Medang dalam buku ini diakhiri dengan bab yang menjelaskan tentang kehidupan magis masyarakat pada masa itu. Medang mengalami mahapralaya, kemudian Raja Airlangga yang merupakan cucu raja Dinasti Isyana ke-3, Sri Makuta Wangsa Wardhana, berhasil mendirikan kerajaan baru. 

Namun, pada akhirnya kerajaan tersebut dibagi menjadi dua yaitu Panjalu dan Janggala yang konon batas-batasnya disegel secara magis oleh Pu Baraddah supaya tidak terjadi perang saudara antara para pangeran Raja Airlangga.

Perjalanan penulis dalam menelisik candi-candi tersebut dikemas dengan epik, namun cukup santai. Penulis menguraikan teori-teori kesejarahan yang diambil dari berbagai pendapat para ahli, serta turut memaparkan opini ilmiahnya untuk membuka tabir misteri yang menyelimuti peradaban Medang. Di samping itu, penulis yang kerap disapa Mas Asisi itu membumbui tulisannya dengan dialog bersama sang istri, Selviya Hanna. Mbak Selvi mempunyai peranan penting dalam "perburuan" ini.

Sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas bahwa Mas Asisi adalah seorang youtuber yang Channel-nya bernama ASISI Channel. Isi dari buku ini merupakan naskah dari beberapa video yang sudah ditayangkan di channel tersebut dan ditambah dengan sekelumit cerita Mas Asisi saat menelisik situs-situs bersejarah. 

Hal lain yang menambah daya tarik buku ini adalah segmen infografisnya. Mas Asisi menyelingi tiap bab buku dengan informasi singkat mengenai situs-situs Medang yang tidak masuk dalam bab buku. Gambar-gambar kartun yang ditampilkan juga membuat buku ini semakin atraktif dan seru untuk dibaca.

Gaya Bahasa yang digunakan terkesan santai namun penulisannya agak rancu. Kemungkinan karena tulisan ini adalah sebuah naskah video yang seharusnya disampaikan secara lisan. Jadi, jika ditulis begitu saja sebagai buku sejujurnya kata-katanya agak ganjil. Barangkali kalau dipoles sedikit, maka akan semakin runut dan lebih mudah dipahami.

Akan tetapi perlu diingat bahwa buku karya Mas Asisi ini cukup informatif. Menurut saya pribadi, nilai plusnya terletak pada tampilan gambarnya dan opini-opini penulis yang dapat menambah sudut pandang pembaca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun