Pun selepas sahur, sebagian masjid mengadakan witir berjamaah hingga belasan rakaat. Kemudian dilanjutkan wiridan sambil menanti kumandang azan subuh.
Tidak berhenti sampai disitu, ba'da subuh, jalanan Tarim riuh ramai oleh manusia dan kendaraannya yang tengah menuju Mushola Ahlu Kisa di Darul Mustafa. Mereka hendak menghadiri pengajian Habib Umar.
Kala matahari terbit, waktunya Ahlu Tarim untuk beristirahat hingga dzuhur tiba. Tarim yang tadinya ramai pun diselimuti kesunyian.
Ramadhan kita, bagaimana?
Sebagian orang getol beribadah, yang lain termasuk saya masih terlena dan berleha-leha.
Sehabis sahur, diisi dengan tidur. Padahal di atas kepala ada Alquran yang nampak menunggu untuk dibaca pemiliknya.
Kegiatan baru dimulai sejak matahari terbit. Ada yang bekerja dan sekolah, ada pula saya yang hampir masih berleha-leha karena sudah sampai di penghujung sekolah.
Tapi saya berleha-leha sambil memikirkan dan mengerjakan beberapa kewajiban yang 'diberikan' pada saya, hehe.
Memasuki waktu dzuhur, kita melakukan salat seperti biasa. Hingga tibalah waktu ashar, jalanan mulai riuh ramai oleh manusia dan kendaraannya. Bukan untuk menuju ke majelis seperti Ahlu Tarim, namun menuju ke tempat ngabuburit.
Saat tarawih pun, kita cenderung memilih masjid atau mushola yang durasinya cepat. Kalau bisa ya 30 menit selesai. Bahkan di beberapa tempat mampu menyelesaikan tarawihnya hanya dalam waktu 7 menit saja.
Bagaimana kalau tarawihnya puluhan rakaat seperti Ahlu Tarim? Wahh bisa encok, sih.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!