Mohon tunggu...
Nabilah FJ
Nabilah FJ Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Manusia yang suka jalan-jalan. Suka sejarah, sosial, dan budaya. Sekarang sedang mengejar impian di departemen humaniora.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Memaknai Perjuangan Kartini Melalui Film Kartini (2017)

27 Oktober 2023   08:28 Diperbarui: 27 Oktober 2023   08:51 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kartini mengajukan proposal beasiswa ke Belanda dan direstui oleh ayahnya, RM Adipati Ario Sosroningrat. Namun, hal itu ternyata menimbulkan pertentangan para pejabat dalam lingkungannya. Beberapa anggota keluarganya pun juga ada yang menentang. RM Adipati Ario Sosroningrat tidak menghiraukannya, ia tetap pada pendiriannya.

Saat ayahnya jatuh sakit, Kartini kemudian dipaksa menikah oleh Raden Ayu Moerjam. Tapi ia menolaknya. Kartini kemudian dikurung dalam kamarnya. Sang ibu, Yu Ngasirah prihatin terhadap apa yang dialami putrinya. Ia membebaskan Kartini dan mengajaknya untuk pergi ke suatu tempat. Yu Ngasirah menceritakan banyak hal kepada Kartini, termasuk kehidupannya yang akhirnya menjadi seorang “Yu”. Ngasirah mulai dipanggil “Yu” sejak suaminya diangkat menjadi seorang bupati karena ia merupakan rakyat biasa dan tidak berasal dari keluarga bangsawan. Yu Ngasirah pun menghibur dan menguatkan Kartini.

Kartini akhirnya menerima lamaran dari bupati Rembang, Raden Adipati Djojoadhiningrat dengan beberapa syarat. Raden Adipati Djojoadhiningrat pun menyanggupinya hingga akhirnya mereka menikah. Salah satu syarat yang diajukan Kartini adalah dia mengharuskan suaminya untuk mendukung cita-citanya mendirikan sekolah perempuan dan orang miskin.

Tiga hari setelah menerima lamaran bupati Rembang, proposal beasiswanya diterima. Tetapi beasiswa tersebut  diberikan pada H. Agus Salim. Kartini akhirnya berhasil mendirikan sekolah perempuan atas dukungan suaminya.

Review Film

Sosok Kartini dalam film digambarkan sebagai seorang yang berjiwa bebas, cerdas, serta “pemberontak”. Kartini melawan berbagai tradisi yang ada. Pada saat itu, kehidupan perempuan terkurung dan tidak memiliki kebebasan. Sejak kecil, perempuan dipersiapkan untuk menjadi seorang istri dan mengurus rumah tangga. Perempuan tidak bisa sekolah dan tidak bisa memilih serta menentukan nasib hidupnya. Dominasi laki-laki seolah membuat perempuan tidak berdaya. Laki-laki dapat melakukan apapun, sementara perempuan hanya bisa menurut. Kartini memiliki prinsip yang kuat bahwa ia pantang dimadu oleh calon suaminya.

Kartini rajin membaca buku sejak kakaknya memberikan kunci lemari yang berisi buku kepadanya. Pikirannya menjadi terbuka dan wawasannya luas. Meskipun tubuhnya terkurung, namun pikirannya berkelana. Kartini juga menularkan kebiasaan tersebut pada dua saudarinya, Roekmini dan Kardinah. Mereka memiliki pemikiran dan cita-cita yang sama dengan Kartini. Cita-cita untuk memperjuangkan hak-hak perempuan dan membebaskan mereka dari kungkungan tradisi yang sesak.

Kartini menulis surat-surat untuk kawan-kawannya di Belanda. Ia dengan dua saudarinya dikenal di kalangan elit Belanda di Indonesia kala itu. Derajatnya menjadi setara dengan para bangsawan laki-laki. Ia juga mendapat dukungan oleh orang-orang Belanda.

Film ini juga menampilkan dukungan orangtua beserta para saudara Kartini yang membuatnya semakin maju. Berkat semua itu, Kartini mampu mewujudkan cita-citanya.

Ibu kandung Kartini, Ngasirah merupakan sosok yang berperan penting dalam hidup Kartini. Meskipun tidak berasal dari kalangan bangsawan dan tidak dapat membaca huruf Belanda, ia tetap mendukung setiap langkah putrinya. Sikapnya yang begitu optimis seolah menjadi pemantik kobaran semangat Kartini.

Salah satu hal yang menjadi sorotan adalah ketika Kartini mengajukan tiga syarat sebelum pernikahannya. Syarat terakhir yang disebutkan Kartini adalah agar ibunya, Yu Ngasirah ditempatkan di rumah depan. Dipanggil dengan sebutan Mas Ajeng (sebutan lain untuk ibu) dan bukan dengan Yu. Kartini berusaha menaikkan derajat ibunya meskipun sang ibu tidak berasal dari keluarga bangsawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun