Mohon tunggu...
Nada Salsabila
Nada Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Soon to be professional writer

life freely

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Rasisme, Penyakit yang Mendarah Daging di Dunia

8 April 2021   03:00 Diperbarui: 8 April 2021   03:02 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bagaimana Rasisme Dapat Terjadi?

Rasisme merupakan isu yang sangat kental dalam kehidupan manusia, baik warga negara Indonesia maupun dunia. Peristiwa ini tak luput dari supremasi kulit putih atau Kaukasia, yang menjadi akar permasalahan rasisme di seluruh dunia hingga saat ini. 

Hal ini sering sekali terjadi, dimulai pada pertengahan abad ke 15. Saat itu, masyarakat atau orang-orang Afrika dijadikan budak oleh kaum Portugis diluar dari negara itu sendiri. 

Dari situ, lahirlah maraknya perbudakan berjuta-juta kaum Afrika di wilayah Amerika dan Eropa. Karena rata-rata orang Afrika berkulit hitam dan mereka diperbudak, orang-orang yang memiliki ras kulit putih mulai menganggap ras mereka lebih tinggi derajatnya dibanding ras kulit hitam tersebut, yang kemudian lebih dikenal sebagai supremasi kulit putih (white people supremacy).

Pada saat yang sama, di Inggris, mereka menganggap bahwa Irlandia merupakan ras rendahan. Karena itu, Inggris mulai merampas kemerdekaan orang-orang Irlandia, dan memberinya julukan savage. 

Hal ini merupakan tombak dalam sejarah rasisme besar-besaran di Inggris, yang juga memengaruhi banyak pihak bahkan Afrika dan Indiana, suku asli di Amerika.

Inggris membuat kontrol sosial secara resmi bertajuk Penal Law yang membuat mereka dengan ganasnya memusnahkan identitas kesukuan orang-orang Irlandia, merebut lahan-lahan mereka, dan melakukan kekejaman kepada para pekerja yang merupakan orang Irlandia.

Penal Law sendiri juga digunakan oleh Inggris untuk melakukan kebengisan pada Afrika dan Indian. Undang-undang tersebut nantinya dikembangkan lagi oleh Amerika.

Bagaimana dengan Rasisme di Indonesia?

Di Indonesia sendiri, rasisme bukan main maraknya dan dapat ditemui kapan saja, di mana saja. Bukan hanya orang dewasa, anak kecil bahkan lansia pun sering ditemui melakukan tindak kekejaman ini, mengikuti paham dari leluhur mereka sebelumnya. Contoh kecilnya adalah stereotip terhadap suku tertentu. Misal, suku A dianggap pandai mencari uang, suku B dianggap dianggap temperamental dan brutal, atau suku C yang dianggap pekerja keras. Saking seringnya terjadi, orang-orang bahkan tidak menyadari bahwa stereotip yang mereka percayai merupakan sebuah tindakan yang tidak wajar.

Tidak hanya sampai di situ saja, tindak rasisme di Indonesia juga mencakup pengucilan suku tertentu seperti Papua atau etnis Tionghoa di Indonesia. Tidak jarang mereka dikucilkan, direndahkan, bahkan peristiwa kekerasan pun tak luput dari nalar.

Tindak rasisme terbesar dalam sejarah Indonesia yang sangat membekas terjadi pada bulan Mei tahun 1998, dilatarbelakangi oleh masalah krisis finansial Asia dan terjadilah kritik terhadap pemerintahan Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto. Pada aksi pengritikan tersebut, gugurlah empat orang mahasiswa trisakti beretnis tionghoa yang ikut melakukan demo. Kematian empat orang mahasiswa tersebut disebabkan oleh penembakan oleh apparat keamanan yang menyebabkan massa semakin menjadi-jadi.

Dari titik ini, penyiksaan terhadap etnis tionghoa merajalela. Mereka diusir dari rumahnya sendiri, mereka disiksa oleh senjata-senjata mengerikan, wanita-wanitanya dianiaya dan dirudapaksa secara kejam. Hal ini diprovokasikan oleh orang-orang yang sedari dulu memang menanam rasa tak suka terhadap etnis tersebut, karena mereka dianggap merugikan penduduk setempat atau para pribumi. Bukan hanya empat orang yang ditembak mati, korban berjatuhan dimana-mana, dari muda hingga tua. Banyak juga yang menyelamatkan diri dengan pergi keluar dari Indonesia, seperti Merry Riana, motivator terkenal, yang menyelamatkan diri ke Singapura sebelum akhirnya sukses dengan mimpi sejuta dollarnya.


Penyebab Suburnya Rasisme dalam Bermasyarakat

Sebenarnya, apa yang menyebabkan rasisme yang harusnya hanya menjadi cerita pahit dari masa lalu terus berkembang biak dengan mudahnya hingga sekarang? Bahkan, orang-orang cenderung menormalisasikan perilaku tersebut, mewajarkan tanpa mengetahui kejamnya hal yang mereka lakukan.

Masyarakat cenderung mengikuti paham dari para terdahulunya tanpa menilai baik buruknya paham tersebut. Dalam hal ini, rasisme atau stereotip pun terus bermekaran dengan subur. Mereka tetap menanamkan pikiran tersebut karena cenderung merasa tidak ada yang salah dan tidak merasa dirugikan atas paham tersebut.

Ditambah lagi, orang-orang ini kebanyakan bergaul dengan lingkungan yang memiliki pemikiran yang sama. Bukan hanya itu, mereka juga bergaul dengan orang yang memiliki latar belakang sama, seperti budaya, keminatan, dan lain sebagainya hingga menimbulkan sense of belonging yang berdampak negatif mengotak-ngotakkan suatu kaum terntentu. Selain itu kesenjangan antar satu kaum dengan kaum lainnya pun semakin jauh. Dari situ, timbullah perasaan superior juga etnosentris dimana suatu kaum merasa lebih baik dari kaum lainnya yang menyebabkan rasisme.

Selain itu, faktor materi dan kekuasaan juga dengan pekat mewarnai rasisme. Manusia memiliki naluri untuk bertahan hidup dan memenuhi kebutuhannya sebaik mungkin. Namun, terkadang mereka tak peduli jika itu berarti mereka harus merampas hak dan menindas orang lain. Hal ini juga berdampak besar pada isu yang saya bahas kali ini.


Solusi untuk Membasmi Rasisme

Guna memberantas permasalahan yang mengakar ini, pemerintah atau pihak yang berwenang harus bertindak tegas dalam menerapkan heterogenitas dalam bermasyarakat, dimana apapun ras, suku, agama, dan bahasa seseorang tidak membuatnya diperlakukan secara beda. Setiap individu juga harus memiliki hak dan kesempatan yang sama. Siapapun itu memiliki hak dan kesempatan untuk berniaga, mendapat Pendidikan yang layak, hak memilih ataupun bersuara, dan lain sebagainya. Perlu ditetapkan juga peraturan hukum mengenai seseorang yang melakukan tindak rasisme.

Selanjutnya, perlu dilakukan edukasi historis mengenai rasisme secara lebih luas dan mendalam. Setiap individu harus paham mengapa rasisme ada dan mengapa rasisme merupakan hal yang kejam, serta apa dampak dari rasisme itu sendiri. Masyarakat harus diberi pemahaman hingga jera dari tindak rasisme.

Lalu, masyarakat juga harus diberikan penyuluhan mengenai kesetaraan dan toleransi untuk menghilangkan pemikiran-pemikiran bengis buah dari rasisme.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun