Mohon tunggu...
Nana Suryana
Nana Suryana Mohon Tunggu... -

nana suryana. kini berkaca mata minus. berjiwa so’ muda mesti tampang tampak tua. masih betah tinggal di bandung. tiap hari keluyuran mengelilingi tiap sudut kota kembang bersama angkot dan damri. kalau pun sesekali ke luar kota, cuma bermodalkan ktp untuk naik kereta krd atau kelas ekonomi lain.\r\n\r\nkritikus, provokator, pengeluh, pelamun, pembual dan pemimpi nomor wahid. pembaca setia mahabharata, ramayana, karl marx, paulo freire, jurgen habermas, hasan hanafi, abed al-jabiri, gusdur, pramudya ananta toer, andrea hirata, wiro sableng, freddy, anny arrow, dan apa pun! bahkan sesobek koran pembungkus terasi belanjaan pagi.\r\n\r\npengidap insomnia yang akut. penikmat musik classic dan film kolosal. so’ romantic and puitis. sungguh tak punya selera. pemalas, jorok, urakan, norak, dan tak suka diatur. penghisap rokok djarum super bareng kopi mocacino di tiap pagi, saat mulut masih berbau mimpi. kini, tengah belajar untuk mencintai situasi apa pun.\r\n\r\nym = nana_suryana\r\n

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

HARI KARTINI, MOMENTUM HAPUS DISKRIMINASI!

21 April 2011   17:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:32 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Hidup itu akan indah dan berbahagia apabila dalam kegelapan kita melihat cahaya terang”, adalah sepotong kalimat yang diucapkan R.A Kartini semasa hidupnya. Ungkapan ini mampu memberikan arti dan spirit tersendiri bagi kaum perempuan dalam perjuangan meraih persamaan dan kesetaraan gender atau yang disebut juga emansipasi.

Memperingati hari Kartini, harus dijadikan inspirasi, dorongan, energi positif, dan motivasi bagi perempuan untuk mengenali konsep diri berdasarkan potensinya. Perempuan sebagai komponen masyarakat harus diposisikan secara profesional. Kalau sudah begitu, bentuk diskriminasi dan tindakan kekerasan bisa dikurangi bahkan dihilangkan.

Peringatan Hari Kartini pada 21 April ini, harus juga dijadikan momentum untuk menghapus praktik diskriminatif terhadap kaum perempuan. Peringatan kelahiran pejuang perempuan Indonesia ini harus dilihat secara substantif, bukan sekadar hari kelahiran seorang perempuan yang mampu mendobrak hegemoni laki-laki pada zamannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun