Masa darurat COVID-19 tak disangkal lagi telah merubah kebiasaan sosial budaya masyarakat Indonesia. Masyarakat yang hangat dan terbiasa berkumpul, bercengkerama dan bergotong-royong dalam kegiatan sosial, kini harus rela berdiam di rumah (stay at home) untuk menangkal penyebaran COVID-19. Perubahan yang paling kentara di dalam masyarakat adalah menjaga pola hidup bersih dan sehat bagi diri dan orang lain. Masyarakat kini terbiasa mencuci tangan sebelum masuk toko dan tempat umum lainnya.
Karena kesehatan menjadi tolak ukur terkena tidaknya seseorang dari virus Corona, alat tes suhu tubuh sekarang digunakan di banyak tempat. Demikian ini sebenarnya berat bagi masyarakat menerima perubahan hubungan sosial ini. Ketika suhu tubuh tinggi maka muncul kekhawatiran apakah terkena virus Corona atau tidak. Rasa was-was inilah yang menjadikan suhu tubuh meningkat  saat dites menggunakan alat.
Inilah rupanya yang dianggap 'ribet' bagi orang desa, orang awam dan tidak terbiasa bersingguhan dengan alat kesehatan. Namun pada akhirnya karena kemaslahatan yang lebih diutamakan akhirnya mereka menerima hal ini sebagai sesuatu yang baru namun wajib ditaati. Maka mau tidak mau masyarakat harus menerima keadaan yang memaksanya mengikuti prosedur ini. Setiap kali berkunjung ke tempat umum; perbelanjaan, perkantoran, dan tempat penting lainnya, harus dicek suhu tubuhnya.
Mengenal Fungsi Cek Suhu Tubuh
Alat pendeteksi suhu tubuh ini banyak dijumpai di tempat keramaian seperti bank, mall, pintu masuk kantor, bandara, dan instansi pemerintah hingga swasta. Alat ini digunakan sebagai upaya pencegahan virus Corona. Bagi yang terdeteksi suhu badannya tinggi, di atas 38 derajat Celcius maka dilarang masuk ke suatu tempat. Alat ini biasa disebut termometer tembak karena bentuknya mirip pistol.
Termometer ini menggunakan infrared tidak seperti termometer konvensional yang menggunakan cairan. Dengan membidik objek, termometer ini dapat mendeteksi suhu badan kita. Hanya saja akurasinya tergantung jauh dekatnya objek dari alat ini. Lalu apa fungsi cek suhu tubuh ini?
Tentu saja sebagai cara menghindari penyebaran virus Corona. Jika seseorang terdeteksi suhu tubuhnya tinggi, maka orang tersebut dinyatakan dalam keadaan kurang sehat. Artinya tidak boleh berdekatan atau berkerumun dengan orang lain yang dinyatakan sehat versi alat ini, yakni bersuhu tubuh di bawah 38 derajat Celcius.Â
Dengan mengetahui siapa yang normal dan abnormal suhu tubuhnya, satu langkah pencegahan telah dilakukan. Walaupun belum diketahui orang yang suhu tubuhnya tinggi ini sedang dalam kondisi sakit apa. Atau mungkin karena terlanjur lelah berlebihan, sehingga infrared yang dipancarkan ke tubuh orang tersebut mendeteksi suhu tubuhnya tinggi.
Maka jelas fungsi cek suhu tubuh ini untuk pencegahan. Mencegah lebih baik daripada mengobati. Begitu kata orang bijak. Maka janganlah takut jika dihadapkan pada alat cek suhu tubuh ini. Dengan mengetahui suhu tubuh ini, kita bisa lebih menjaga kesehatan atau segera mengobatinya sesuai gejala yang dialami.
Tidak Salah Mengecek Suhu Tubuh
Bagi orang awam ataupun orang yang memilih tidak atau mengurangi keterlibatan dalam dunia medis atau serba obat dan alat kesehatan modern, akan merasa aneh dan tidak lazim dengan prosedur ini. Mereka menganggap prosedur ini menyusahkan. Namun setelah diberi pemahaman dan penjelasan secukupnya oleh petugas, mereka menerima hal ini sebagai bentuk pengamanan diri dari wabah virus Corona. Maka dapat dikatakan cek suhu tubuh menjadi sebuah keharusan di masa darurat COVID-19 ini.
Sesuatu yang mengubah kebiasaan lama kadang menuai penolakan karena dianggap tidak lazim. Namun seiring berjalannya waktu dan tumbuhnya kesadaran masyarakat bahwa penanganan COVID-19 adalah kewajiban bersama antara rakyat, petugas, sukarelawan dan pemerintah, maka hal seperti ini menjadi lumrah dan sebuah keniscayaan.
Masyarakat Peduli Kesehatan
Suatu pelajaran penting yang bisa dipetik hikmahnya adalah bahwa masyarakat Indonesia kini semakin peduli dengan kesehatan diri, keluarga, lingkungan dan orang banyak. Masyarakat terbiasa mencuci tangan dengan hand sanitizer sebelum makan, setelah memegang benda dan menyentuh benda lainnya ataupun bersentuhan dengan orang lain. Maka budaya hidup sehat mulai muncul secara serempak dimana-mana.
Memang dimana-mana ada pemberitaan penolakan jenazah positif Corona yang ditolak. Namun itu semua tidak dapat diartikan sebagai anti sesama. Di sinilah pentingnya sosialisasi kepada masyarakat awam dari sisi kemanusiaan, keagamaan dan kesehatan.Â
Bahwa menguburkan jenazah adalah kewajiban muslim yang hidup adalah ajaran yang wajib dipatuhi. Dan bahwa menguburkan jenazah segera penderita Corona ini adalah untuk memutus penyebaran virus adalah penting dari sisi kesehatan. Ini disebabkan bersamaan dengan mayat dikubur, penyakitnya pun ikut terkubur.
Kembali kepada kesadaran masyarakat. Masyarakat yang sadar akan berusaha memberikan pemahaman kepada masyarakat lainnya yang masih acuh dengan keadaan. Atau bahkan cenderung pasrah tanpa ikhtiar. Misal setelah memegang benda kotor langsung makan dengan dalih biasanya orang kampung seperti itu. Ikhtiar itu perlu, hasilnya Tuhan yang menentukan nasib kita apakah sehat atau sakit.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H