DI DALAM RUANG KELAS FILOSOFI
Sekelompok siswa duduk di ruang kelas filsafat, dengan penuh semangat menunggu dimulainya pelajaran mereka. Sang profesor, seorang lelaki tua yang tampak bijak, memasuki ruangan dan mengambil tempat di depan kelas.
PROFESOR:
Selamat pagi semuanya. Hari ini, kita akan mengeksplorasi filosofi tentang waktu yang menyatakan bahwa masa lalu dan masa depan itu tidak ada, dan satu-satunya realitas adalah saat ini.
Para siswa bersandar, penasaran.
PROFESOR:
Filosofi ini menantang pemahaman konvensional kita tentang waktu sebagai perkembangan linier dari masa lalu ke masa depan. Sebaliknya, ini menunjukkan bahwa waktu adalah pengalaman subjektif yang bervariasi dari orang ke orang. Menurut pandangan ini, masa lalu dan masa depan tidak ada dalam pengertian objektif apa pun, tetapi lebih merupakan konstruksi mental yang kita gunakan untuk memahami dunia.
SISWA 1:
Tapi bagaimana mungkin masa lalu tidak ada? Bukankah kita memiliki bukti peristiwa sejarah?
PROFESOR:
Memang, kami memiliki bukti peristiwa sejarah, tetapi bukti itu hanya ada pada saat ini. Saat kita membaca buku sejarah atau melihat foto lama, kita sedang mengalami saat ini, bukan masa lalu itu sendiri. Masa lalu hanya ada sebagai ingatan atau konstruksi mental, dan selalu tunduk pada interpretasi dan revisi.
SISWA 2:
Dan bagaimana dengan masa depan? Bukankah kita memiliki kendali atas apa yang terjadi selanjutnya?
PROFESOR:
Masa depan bahkan lebih tidak pasti daripada masa lalu. Meskipun kita dapat membuat prediksi dan mengambil tindakan untuk mempengaruhi masa depan, kita tidak dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan terjadi selanjutnya. Selain itu, masa depan tidak akan ada dalam pengertian obyektif apa pun sampai menjadi saat ini.
SISWA 3:
Jadi, apakah itu berarti masa ini adalah satu-satunya kenyataan?
PROFESOR:
Tepat, masa ini ialah satu-satunya kenyataan. Hal ini adalah satu-satunya hal yang ada secara objektif dan dapat dialami secara langsung. Segala sesuatu yang lain, termasuk masa lalu dan masa depan, adalah konstruksi mental yang kita gunakan untuk memahami dunia.
Para siswa duduk dalam keheningan kontemplatif, menyerap kata-kata profesor.
PROFESOR:
Implikasi dari filosofi ini sangat mendalam. Ini menunjukkan bahwa kita harus memusatkan perhatian kita pada saat ini, daripada memikirkan masa lalu atau mengkhawatirkan masa depan. Dengan hidup di saat ini, kita dapat mengalami hidup lebih lengkap dan otentik.
SISWA 4:
Tapi bagaimana kita bisa hidup di saat ini? Pikiran kita selalu berpacu dengan pikiran dan gangguan.
PROFESOR:
Itu pertanyaan yang bagus. Hidup di saat ini membutuhkan perhatian penuh dan kesadaran diri. Itu menuntut kita untuk hadir sepenuhnya dan terlibat dalam pengalaman kita, daripada membiarkan pikiran kita mengembara. Ada banyak teknik dan praktik yang dapat membantu kita menumbuhkan kesadaran, seperti meditasi, yoga, atau sekadar mengambil jeda sejenak dan bernapas.
Para siswa mengangguk, terkesan dengan diskusi hari ini,
PROFESOR:
Ingat, momen saat ini bukan hanya momen yang singkat dalam waktu, melainkan pengalaman yang berkelanjutan dan selalu berubah. masa ini adalah satu-satunya hal yang benar-benar dapat kita ketahui dan alami secara langsung, dan terserah kita untuk memanfaatkanny entah baik ataupun buruk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H