Mohon tunggu...
Afifah Ayu Nurjanah
Afifah Ayu Nurjanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sulitnya Menjadi Seorang Perempuan

16 Maret 2023   00:00 Diperbarui: 16 Maret 2023   00:06 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pesona perempuan bukan soal kesempurnaan, tapi dari pengaruh yang mereka berikan. Perempuan dan pesonanya tidak akan redup karena ketidaksempurnaan pada dirinya. Perempuan dan pengaruhnya tidak akan surut hanya karena mitos keterbatasan. Ingatlah bahwa perempuan itu memiliki kecantikan masing-masing. Kecantikan bukan hanya dari fisik melainkan dari hati dan etika.

Selain itu, menggunakan pakaian bagi perempuan pun sering kali diatur. Seperti "Jadi perempuan jangan memakai baju yang terbuka, nanti kalo di lecehkan nyalahin laki-lakinya" Padahal sebagai perempuan pun kita berhak untuk mengekspresikan fashion kita masing-masing. Kedudukan hak perempuan dalam kebebasan mengekspresikan berpakaiannya dikemukakan dalam DUHAM meliputi hak pengakuan dimuka umum dimanapun berada (Pasal 6 DUHAM), hak perlindungan hukum tanpa adanya diskriminasi (Pasal 7 DUHAM), dan hak kebebasan berekspresi tanpa gangguan (Pasal 19 DUHAM). Dalam pelaksanaan pengawasan sistem hak asasi manusia, CEDAW atau ICEDAW (International Convention on Elimination of All Forms of Discrimation Againts Women) juga bicara tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan, dan Indonesia adalah salah satu negara yang ikut menandatanganinya.

"Perempuan kalo udah sukses, punya jabatan tinggi, pasti laki-laki minder untuk dekat" Menjadi sukses dan disukai bukan hal biasa untuk perempuan, justru kerap bertolak belakang. Kenyataan disekeliling menunjukkan, terkadang ambisi yang perempuan miliki bertentangan dengan tradisi, pekerjaan perempuan yang mengupayakan posisi dianggap hanya mementingkan diri sendiri, bahkan saat sudah berhasil dan sukses serta membawa banyak manfaat bagi orang banyak pun cibiran masih mungkin menghampiri. Menjadi berhasil bagi seorang perempuan bisa saja memicu hal negatif, dianggap begini, dinilai begitu, banyak ditakar macam-macam.

Di era modern ini, kita sebagai perempuan harus sama-sama berpegangan tangan bahwa perempuan juga bisa ditempatkan di pekerjaan yang biasanya laki-laki lakukan. Mari kita bicarakan pencapain teman kerja perempuan kita, mengapa itu perlu? Karena, "jika laki-laki di promosikan karena potensinya, maka perempuan hanya berdasarkan performa yang sudah di buktikannya". Jangan mengikuti gaya mereka, yang kerap memperkenalkan pemimpin perempuan didepan umum bukan dengan pengakuan akan keahlian, tetapi pujian karena penampilan. Jika tidak ada yang sudi mempromosikan seorang perempuan, biar. Biar sesama perempuan juga yang menjadi jurkam nya.

Mengeluh dan kecewa adalah hal lumrah, tapi tetaplah bangga dan bahagia menjadi perempuan. Jadikan dunia menjadi panggung, bukan deret tembok yang memasung. Tetaplah berekspresi, merawat diri, mengembangkan apa yang kita ahli, dan pantang mengubur ambisi. Menjadi perempuan rasanya seperti memanggul dunia. Tetapi jika kaum ini saling menguatkan, tidak ada beban yang tidak mampu kita tanggung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun