Mohon tunggu...
Nana Beiga
Nana Beiga Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Aku, Ibu dari seorang anak laki-laki yang luar biasa pemberian Allah dan kuharap bisa mengembalikan anakku padaNya lebih baik dari saat dititipkanNya padaku, walaupun harus kulakukan semuanya sendirian tapi aku yakin Allah selalu bersamaku untuk membantumu melalui hari-harimu anakku, Adyaraka Raisha.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tadi Malam, Maafkan Bunda Yaa...

4 Mei 2011   09:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:05 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak 20 April 2011, untuk menghindari fitnah dan konflik berkepanjangan dalam keluargaku, aku dan adya menempati rumah baru terpisah dari ibuku. hanya kami berdua, hanya aku dan adya. kami memulai hidup baru kami dari sini, ditempat ini. Hanya Aku dan Adya.

Sebenarnya, apapun yang mereka katakan tentang aku dan hidupku, mengomentari kegagalanku, aku tidak perduli komentar mereka yang katanya keluargaku. Tapi karena sudah menyangkut harga diri aku dan anakku, juga untuk ketenangan ibuku, lebih baik aku yang pergi. Aku meninggalkan bibi untuk menemani ibu dirumah, karena aku tidak mungkin meninggalkannya benar-benar sendirian. walaupun aku tahu sifat ibuku yang kadang oportunis, yang kadang bicara lain pada keluargaku tentang aku, tapi bagaimanapun dia ibuku.

Sejak terpisah dari ibuku, kegiatanku mulai pagi adalah mengantarkan adya kerumah ibuku, karena atas permintaan beliau yang mengijinkan aku terpisah asalkan anakku tetap dirumah menemaninya saat siang. lalu aku akanmenjemputnya saat pulang kerja malam harinya. kadang saat malam akan turun hujan, ibuku berkeras menahanku untuk bermalam saja dirumahnya, tapi aku sudah bertekad untuk tidak lagi mendapatkan hinaan dari keluargaku kalau sampai mereka tahu aku ada disana.

Kadang aku dan adya kehujanan dalam perjalanan pulang dari rumah ibuku yang lumayan jauh, tapi adya senang-senang saja kalau hujan, dia akan berteriak2 kesenangan. lalu sampai rumah aku harus buru-buru mengganti bajunya dan membaluri tubuhnya dengan minyak kayu putih sampai dia merasa hangat dan bilang "dah nda...(sudah bunda)'"dan dia akan kembali bermain dengan mobil2-annya. baru aku bisa mengurus diriku sendiri.

Seringnya adya tertidur dalam perjalanan pulang karena kantuk yang tidak bisa ditahannya hingga menyulitkan aku mengendarai motorku. aku harus berkali-kali berhenti di jalan untuk membetulkan posisi lehernya yang terpaksa kugantungkan di slayer dan kuikatkan dileherku agar tidak merosot terus. sedihnya kalau sudah tertidur dan gerimis turun seperti semalam, sepanjang jalan aku menangis membayangkan nasib yang kujalani bersama anakku tadi malam karena fitnah keluargaku tercinta.

Dalam kesedihanku sepanjang perjalanan, aku hanya berdoa dan berharap diberi umur panjang untuk bisa membahagiakan anakku dan menjadikannya anak seperti harapanMU,ya Allah....aku tak menginginkan apapun lagi selain kebahagiaan anakku..Robbihabliminashalihiin...

Lalu sampai dirumah dia bangun dengan mata segarnya, aku pura-pura marah karena dia tertidur di jalan tadi, nggak sangka dia bilang "map nda...(maaf bunda)" anakku yang baru 2 tahun, apa yang harus bunda maafkan, justru bunda yang minta maaf kepadamu karena memberikan kehidupan seperti ini dalam hari-hari yang seharusnya bisa lebih baik untukmu....tapi bunda janji, insya Allah, suatu hari nanti bila Allah berkenan, semua akan indah pada waktunya.

Namun demikian, sisi baik dari terpisahnya rumahku dengan ibu, aku jadi punya banyak waktu untuk beribadah, memperbanyak shalat malam dan mengaji. Dulu saat dirumah ibuku, setiap pulang kerja, aku harus menyediakan waktu untuk mendengarkannya bercerita tentang berbagai hal sampai beliau cape dan masuk kekamarnya, kadang aku sudah lelah, shalatpun hanya yang wajib, dan jarang sempat mengaji..

Hari ini tiga tahun yang lalu......maafkan bunda ya sayang.....Rabu. 04052011

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun