[caption id="attachment_216356" align="alignnone" width="300" caption="Timun Laut"][/caption] Setelah selesai mengikuti acara reunian, sebagai seorang diver saya ingin mencoba menyelam di Olele, salah satu tempat wisata selam di Gorontalo yang akhir2 ini banyak dibicarakan para penyelam. Sebetulnya tempat ini sudah lama diketahui memiliki coral2 yang cantik, tapi masih sebatas pada para nelayan dan pencari kerang secara tradisional. Baru pada tahun 1999 seorang penyelam asal Amerika, Rantje Allen menemukan lokasi ini  pada eplorasinya yang pertama. Ada beberapa titik penyelaman yang mempunyai koral2 yang indah, dan dia yakin bila dikelola dengan baik akan menjadi tujuan wisata penyelaman yang tidak kalah menariknya seperti tempat2 wisata selam ditanah air. Tetapi baru pada tahun 2003 desa Olele mulai dipublikasikan keluar. Pada acara Konfrensi WOC tahun 2009 di Manado, pemerintah propinsi Gorontalo dalam hal  ini Gubernur Ir. Fadel Mohammad bekerja sama dengan photograhs William Tan, Takako Uno dan Stephen Wong, dan tentu saja Mr. Rantje Allen, meluncurkan sebuah buku yang cukup eksklusif " Gorontalo Hidden Paradise". Dalam buku tsb, tertera foto2 koral dengan ikan2nya yang cantik. Ada golden sponge raksasa yang jarang ditemui didaerah lain, ada salfador dali yang unik2, dan masih banyak lagi biota yang cantik yang hanya bisa ditemukan disni, tentu saja si cantik nemo dan nudibrandch yang selalu saya cari setiap kali saya dive. Oh ya ada juga kapal Portugis yang karam pada abad ke 16 yang sudah berobah menjadi koral yang banyak dihuni oleh ikan2. Pada acara Sail Bunaken yang diselenggarakan di Manado bulan Agustus tahun lalu, dimana saya adalah salah satu pesertanya, saya mendapat informasi dari teman2 anggota POSSI (Persatuan Olah raga Selam Seluruh Indonesia) cab. Gorontalo mengenai keindahan bawah laut Olele. Dan saya berjanji, suatu saat apabila pulang kampung saya akan menjajalnya. Saya sudah banyak mendatangi tempat2 penyelaman, tapi belum pernah ke Olele. Hal ini membuat saya penasaran, karena saya yang asli Gorontalo kok tidak tau dengan keindahan bawah lautnya. Wah, ironis pikir saya. Dan pada acara reunian ini barulah niat tsb terlaksana. Setelah menghubungi teman dan menyampaikan niat saya akan diving. Saya diberikan alamat dan nomor ponsel salah satu pengelola diving center. Usaha diving centre disini hanya sedikit, tidak seperti di Bali atau Bunaken yang sudah lama terkenal. Saya memilih Gorontalo Diving Centre yang dikelola oleh pegawai Dinas Kelautan. Saya dihubungkan dengan pak Andong. Kesepakatan kami jatuh pada hari Sabtu jam 8 pagi, dengan dua kali penyelaman, karena pada hari Sabtu beliau tidak berdinas. Sabtu pagi saya datang lebih awal, sambil mengajak adik2 dan ponakan2, dengan maksud memotifasi mereka untuk mencintai dunia bahari kita. Kebetulan hari itu tidak ada tamu lain yang akan ikut dengan kami, hanya ada tiga orang anggota Brimob Polres Gorontalo yang biasa latihan SAR. Penyelaman sesi pertama hanya saya dan pak Andong sebagai budy atau master divenya. Cuaca sedikit mendung. Turun dengan scuba bertekanan 200 bar kami hanya menyelam antara 10 sampai 18 meter. Setelah lebih kurang 40 menit menjelajah dan tekanan discuba saya sudah menunjukkan tinggal 50 bar, saya memberi sinyal untuk keatas. Setelah istrahat dan makan siang, sesi kedua penyelaman kami turun berlima dengan para anggota Brimob. Siang itu biarpun cuaca cukup terang tapi sudah mulai angin dan berombak. Saya diinformasikan kadang2 didaerah ini sering lewat ikan Hiu dan rombongan ikan Napoleon, nah pada sesi ini kami berharap akan bertemu Hiu atau ikan Napoleon. Kali ini dengan berbekal scuba yang bertekanan 200 bar, kami turun langsung kedalaman 30 sampai 38 meter. Karena makin dalam kita menyelam tekanan udara pada tabung akan cepat berkurang, maka kami seolah ngebut mencari hiu, ikan Napoleon dan Nudibranch yang tadi belum ketemu. Benar saja, belum lima menit pak Dody dari Brimob mencoel tangan saya sambil menunjuk serombongan ikan Napoleon yang lumayan besar ukurannya sedang melintas disamping kami. Wah mujur sekali pikir saya bisa bertemu dengan mereka. Mau mengejar tapi pak Andong memberi kode tidak perlu. Karena kami masih menjelajah lagi mencari Hiu. Tapi sayang sekali, mungkin bukan musim Hiu melintasi perairan ini, sampai tabung menunjukkan 50 bar kami tidak bertemu. Cukup terhibur dengan Salvador Dali, Timun Laut, Nemo yang lucu dan biota unik lainnya, kami mengahiri penyelaman sesi kedua ini. Begitu kami naik, ombak dan angin sudah reda, cuaca agak mendung. Rasa puas menggelayut dihati setelah menyaksikan keindahan bawah laut Olele. Disini, menurut saya belum perlu ada usaha konservasi terumbu karang, karena masih banyak terumbu karang yang utuh dan terpelihara. Walaupun hanya dua titik penyelaman yang bisa saya datangi kali kesempatan ini, tapi sudah cukup gambaran bagi saya, Olele memang indah. Tinggal bagaimana usaha pemerintah dan para pelaku usaha pariwisata daerah Gorontalo untuk lebih mengoptimalkan promosi wisata daerah ini. Sebagai informasi apabila tertarik untuk datang keGorontalo adalah sbb. Ada 2(dua) cara menjangkau daerah Gorontalo, yaitu dari Jakarta via Makassar (Lion Air, Batavia dan Sriwijaya Air) dan dari Manado. Dari Manado bisa dijangkau dengan kenderaan mobil lebih kurang 10 jam perjalanan darat. Dengan pesawat udara (Express Air dan City Link) lebih kurang 45 menit. Diving centre yang beroperasi, satu berlokasi di Hotel Oasis yang dikelola oleh Mr. Rantje Allen hp 085240047027 dan Gorontalo Diving Centre pak Andong, hp 08124423984. Silahkan menghubungi kedua tempat ini dan mencari informasi yang lengkap tentang waktu2 diving yang nyaman dikota ini. Foto dokumentasi pribadi Sekian, semoga tertarik dan salam kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H