"Kau ingin perkara ini segera tuntas, apa tidak?" kancil bertanya.
"Tentu! Tetapi...."
"Kalau begitu segera masuk ke dalam perangkap!" kata kancil lagi sambil memberi sebuah isyarat dengan matanya.
Walau masih ragu, laki-laki itu mulai masuk pelan-pelan. "Ini memang lari dari alur dongeng itu, tetapi kancil adalah hewan 1001 akal yang selalu punya kejutan," kata laki-laki itu kepada dirinya.
"Nah, sobatku harimau, aku ucapkan selamat menikmati!" kata kancil sambil berjalan pergi.
"Hah??! Hai,kancil! Kancil! Apa yang kau lakukan ini! Lepaskan! Lepaskan aku...!"
Namun kancil semakin jauh. Jauh, dan akhirnya menghilang di balik pohon-pohon.
Bapak-bapak dan ibu-ibu, hadirin sekalian! Bagaimana nasib laki-laki itu, bapak-bapak dan ibu-ibu tentu sudah bisa menebak.
Apakah bapak-bapak dan ibu-ibu masih ingin mendengar pendapat saya tentang keadilan, khususnya yang berlaku di kampung kita ini? ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H