Yang namanya pemilihan umum tidak bakalan ada yang bersih 100% dari bentuk-bentuk kecurangan. Lebih-lebih di Indonesia. Istilah Jurdil yang didengung-dengengkan itu hanyalah sebagai pemanis bibir saja (karena orang kita umumnya malu bila disebut tidak jujur dan tidak adil). Padahal yang ada cuma Deeal! Contohnya saja Pileg yang barusan usai. Jujurnya menguap entah ke mana.
Kalau begitu, untuk Pilpres kali ini, kira-kira kubu mana ya, yang bakalan paling curang? Ini bukan ulasan, karena kami bukan pakar politik. Juga bukan hasil jajak pendapat, karena kami tidak punya lembaga survei. Ini cuma analisa kami sebagai hasil obrolan di warung kopi, karena minuman yang satu ini selalu serasa seperti makanan tanpa garam bila tidak dibumbui dengan soal-soal politik. Entah itu menjadi murahan, tak berbobot, kami tak perduli. Tapi yang jelas, bagi penikmat kopi warung, pertaruhan sesungguhnya selalu dimulai dari sini. Hidup Kopi !!
Pertama-tama kami mencincang kubu Prabowo. Siapa-siapa saja dibaliknya, tentu semua sudah maklum. Ada Gerindra sebagai yang empunya gawe, PPP, PKS, PAN, PBB, dan terakhir masuk Golkar. Ditambah ormas-ormas garis keras, dan beberapa tokoh pelarian, yang termakan kecewa di tempat lain.
Kubu ini juga dikenal sebagai barisan sakit hati. Tak terlampau berlebihan sebenarnya julukan itu. Sebab Prabowo sendiri diberangkatkan ke pertarungan ini oleh sakit hatinya sendiri. Belum lagi tentang bang Rhoma, Mahfud MD, Ical, dan belakangan ada Harry Tanoe, yang juga, katanya mereka-mereka ini datang dengan diantar oleh rasa sakit hati. Selain itu, di sana ada Fadli Zon, yang semua orang juga sudah tau bagimana sifat manusia satu ini, ada Amien Rais dan Fahri Hamzah yang, juga tidak terlalu simpatik di mata masyarakat.
Selain dihuni oleh manusia-manusia sakit hati, ada juga Partai sakit hati di sana. Partai yang dulu bernafsu sekali memutihankan Jakarta namun dijegal oleh Jokowi. Lihat saja fitnah-fitnah tak jelas yang sering muncul di situs mereka, didukung pula oleh VOA Islam yang terkenal lebih gila lagi dalam soal fitnah dan rasisme.
Bagaimana dengan teman-teman mereka yang lain? Setali tiga uang. Sejak awal koalisi ini memang dirancang untuk memuaskan "kehausan dan kelaparan" akan kekuasaan. Siapa dapat apa dan berapa dipampangkan dengan sejelas-jelasnya tanpa rasa malu. Saat ini saja, rakyat sudah pada tau Ical bakal dapat apa, PKS akan dapat jatah berapa kursi, PPP nantinya akan diberi apa, terus ormas-ormas pendukung akan dapat apa, semua sudah jelas.
Kalau sudah begini, dapat dipastikan, kalau kubu yang ini akan sangat bersemangat merebut kekuasaan. Apa pun bakal "dihalalkan" demi mencapai nikmat kekuasaan itu. Dan, kalau melihat sepak terjang mereka selama ini, kami, penikmat kopi warung seakan yakin, tidak akan ada yang haram bagi mereka ini. Ingat, orang yang terlanjur sakit hati, apalagi sakit itu sudah berubah jadi dendam, biasanya nekadnya selalu di luar dugaan.
Bagaimana dengan kubu Jokowi? Mari kita lihat dari kaca mata kami, penikmat kopi warung. Pengusung kubu ini kita sama sudah tau. PDIP sebagai promotor didukung oleh Nasdem, PKB (dengan gerbong yang hampir kosong), dan Hanura yang datang belakangan.
Koalisi ini dibangun dengan tanpa kontrak bagi-bagi kekuasaan. Modal dasar mereka hanya kesepahaman, dan bukan kesepakatan. Siapa dapat apa dan berapa tidak jelas di sini. Maka wajar, sedikit yang mau ikut. Jadilah mereka koalisi yang ramping.
Beda dengan Prabowo, Jokowi menjadi orang yang tampaknya terus dizolomi dan tak mau memberi perlawanan. Entahkah itu termasuk strategi, hanya mereka yang tau. Tapi, ada Ibu Mega di sana, yang kata orag sudah berpuasa selama 10 tahun dan sudah ngebet sekali ingin berbuka. Dan, kata orang juga, Jokowi adalah medianya. Kehadiran Jusuf Kalla sebagai wakil juga dipertanyakan motivnya. Dari kabar yang beredar, JK dituding telah berjanji akan setor 10 T untuk pemenangan. Nah!
Ditilik dari sepak terjang kubu Jokowi, mereka kelihatan tenang sekali. Kentara kalau mereka ini memang pemain lama yang berpengalaman. Tapi, bak kata pepatah, air yang tenang tak dapat diduga. Dan biasanya itu merupakan lubuk yang dalam. Hii!
Jadi, siapa yang bakal paling curang dalam pilpres kali ini? Selama-lamanya Mega berpuasa, toh cuma 10 tahun. Sedangkan Prabowo dari dulu sampai hari ini masih terus puasa. Jadi bisa dibayangkan, siapa yang paling haus dan lapar. Dan ini tergambar gamblang lewat tingkah polah para pendukung dan simpatisan Prabowo. Maka, menurut kami, penikmat kopi warung, dengan berat hati kami terpaksa menyatakan: Securang-curangnya kubu Jokowi, pasti akan lebih curang kubu Prabowo.
Tendensius? Tidak ilmiah? Ngaco? Ini hanya obrolan kami di warung kopi. Jangan diambil hati. Karena kopi selalu kurang nikmat tanpa yang satu ini. Bagi kami, bukan politiknya yang penting tetapi kopinya! Hidup Kopi!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H