Tak percaya. Kagum. Pemilik tubuh agak gemuk di atas panggung tersebut hanya lulusan SMA. Tak sebanding dengan ilmu kualitas tinggi yang sedang dibagikannya setiap minggu di acara pekanan Bogor Berdaya yang biasa saya ikuti.
Dengan suara yang menghentak dan berapi-api, Kang Rendy mengajak semangat kami, seluruh peserta, agar bangkit dari ke'mikroba'an usaha semakin menghujam di dada.Â
Umur beliau  baru beranjak kepala tiga. Tak berbanding lurus dengan ilmu yang membangunkan amygdala otakku untuk bangkit dan bergerak. Sistem limbik otak semakin aktif mengantarkan sinyal-sinyal ke sinap-sinap. Selalu menginspirasi dan tak saya saja yang selalu terinspirasi. Tanpa fikir panjang, beberapa pengusaha yang saya kenal mengajak ia dan tim nya ikut belajar di kelas Bogor Berdaya setiap senin. Hari senin waktunya menyerap motivasi, agar produktifitas meningkat, harapan mereka penuh pada setiap pertemuan.
Kang Rendy, begitu setiap orang menyapa beliau. Baik dari yang muda hingga yang tua. Panggilan penghormatan untuk beliau meski usianya masih tergolong muda.
Sempat mengecap kuliahdi  ITB dengan jurusan Teknik Perminyakan, tapi beliau memilih untuk tidak meneruskannya karena panggilan hatinya di dunia bisnis lebih besar, begitu pengakuannya saat menceritakan kisahnya di salah satu pertemuan.
Salah satu ciptaan Tuhan yang tak biasa, fikirku. Iya, temani kami untuk naik kelas, saya tanpa sadar mengaminkan dalam hati.
Tentang Usaha MikrobaÂ
Mikroba, adalah sebutan yang diberi nama oleh Kang Rendy untuk usaha-usaha dengan nilai omset rendah. Buat saya pribadi, mendengarkannya itu sangat menyedihkan. Saya langsung teringat ketika saya bekerja sebagai analis di lab kimia dan mikrobiologi. Aahh, betapa kecilnya makhluk Tuhan itu.
Tapii.. itu kenyataannya. Tak ada niat jelek dari Kang Rendy untuk me'ngata-ngatai' atau mengejek setiap jenis usaha yang sedang diperjuangkan oleh saya dan teman-teman. Niatan Kang Rendy tulus hanya untuk menyentil kami agar bisa naik kelas dan terus berjuang.
Berdasarkan apa yang ditetapkan oleh pemerintah, usaha mikro adalah kriteria untuk usaha yang memiliki asset kurang dari 50 juta hingga 300 juta. "Kita butuh pengusaha-pengusaha yang bisa menyebarkan cahaya kepada lebih banyak orang lagi. Banyak teman, keluarga, dan masyarakat yang membutuhkan untuk punya kerja, agar punya kehidupan yang lebih baik dan lebih mapan"."Kita jangan tutup mata mengumpulkan kekayaan hanya untuk kantong kita sendiri", tambahnya.
Berjejaring di Bogor Berdaya Hingga Serikat Saudagar Nusantara
Bersama relawan-relawan yang merasa terpanggil sebagai panitia inti di Bogor Berdaya. Alhamdulillah kami sangat dimanjakan setiap pekan di hari senin. Tinggal datang, dan terima ilmu. Semua dilakukan secara swadaya.
Bogor Berdaya menjadi wadah tempat kami berkumpul. Sesuai dengan tagline kami di setiap pekan, Bertemu, Bertumbuh, dan Berbagi. Pertemuan demi pertemuan tiap minggu depannya, membuat kami bertumbuh dengan suguhan ilmu dari banyak narasumber keren, dan ilmu yang didapat akan dibagi dan diterapkan dalam usaha kami.
Jeleknya, Â saya memiliki karakter thinking. Buat saya semua harus benar-benar 'on set' dulu baru 'take action'. Tapi, nasehat ini hanya baik dan berlaku bagi saya saat menjadi analis atau guru. Saat belajar menjadi pengusaha, yang diperlukan lebih dulu adalah 'action' dulu. Menyelam dulu, nanti baru akan bertemu dengan dunianya.
Bismillah, akhirnya saya memberanikan diri untuk take action menjadi agen dari sebuah produk makanan sehat.
Berawal dari situ, saya mulai melahap buku demi buku. Setelah menjadi agen, so..what's next? . Dari situ, saya menyadari bahwa menjadi pengusaha adalah hal yang sangat mudah. Yang tidak mudah adalah bagaimana mengembangkan usaha dan terus berjuang dalam dunia usaha. Welcome to the jungle, saya menyemangati diri saya sendiri, karena saya sadar, saya bukan satu-satunya pengusaha yang memulai dari bawah.
Belajar dan terus belajar. Hari-hari yang saya lewati setelahnya. Setelah Bogor Berdaya, Lahirlah komunitas berdaya lainnya di masing-masing kota. Mulai dari Depok Berdaya, Jakarta Berdaya, Tangerang Berdaya hingga Bekasi Berdaya. Dari satuan-satuan tersebut dibentuk sebuah kekuatan besar dalam dunia saudagar yang diberi nama oleh Kang Rendy Serikat Saudagar Nusantara.
Sebuah Rantai KebaikanÂ
Tak mudah untuk naik kelas ,memang.
Tapii.. naik kelas bukanlah hal yang mustahil bagi siapa pun. Itu yang menjadi energy saya setiap pagi. Hanya soal waktu saja. Yang penting terus berjuang dan pantang menyerah.
Pada awalnya saya melakukan semua proses penjualan secara sendirian. Masih buta banget. Setelah beberapa bulan jungkir balik di dunia penjualan ini, ada satu dua sahabat yang tertarik menjadi reseller. Dari hal tersebut, saya mulai kepikiran untuk membangun pasukan reseller. Hal yang ternyata sudah banyak dilakukan oleh pengusaha lain untuk mendongkrak omset penjualan.
Jalan ini pun ternyata tak gampang. Masyarakat kita masih termasuk yang masih menomorduakan makanan sehat. Yang penting adalah enak dan gurih. Oiya, satu lagi harga produk harus murah. Hehe.
Tapi, saya berterima kasih. Saya menemukan jalan lain untuk mengenalkan produk ini. Saat ini saya lagi membukajalan rezeki selanjutnya masih di dunia penjualan dan memanfaatkan sistim bundling dalam proses pemasarannya. InsyaAllah bundlingnya dengan produk fashion yang juga menjadi ketertarikan saya.
Pengennya bundling dengan produk hasil kreatif saya. Tapi.. berhubung masih ngumpulin modal. Saya mencoba untuk memanfaatkan apa yang ada di sekitar saya dulu. Saya ingat, teman-teman di Bogor berdaya produknya beraneka ragam. Mulai kuliner, fashion, properti dan tekno. Saya mengamati beberapa produk yang bisa saya pahami. Harapannya, saya bisa menangkap target pasar baru dan mencegah kebosanan dari customer saya.
Saat ini, meski baru mulai, ada beberapa reseller yang juga mau join ikut memasarkan. "Mba, bantu saya belajar bisnis ya, semoga bisa membantu saya untuk membiayai kuliah saya ini" salah satu isi chat yang bikin saya terenyuh.
Ya Allah berikan hamba ilmu dan mampukan hamba untuk menjadi jalan kebaikan bagi orang-orang yang membutuhkan, doa saya mematri dalam hati.
Terimakasih Kang Rendy untuk setiap energi positif yang telah diberikan dan dipancarkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H