Mohon tunggu...
Desi Namora
Desi Namora Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger Belajar Bisnis

Menikmati hidup dengan berbagi tulisan

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Bebaskan Langkah Menuju Setiap Passionmu

1 November 2016   23:00 Diperbarui: 1 November 2016   23:24 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Siapa yang bermanfaat bagi orang banyak, maka ialah manusia sejati”.

Hal yang sering saya dengar saat masih kecil dulu. Ketika itu saya masih memakai seragam merah putih. Duduk bersandar di salah satu tiang rumah. Posisinya dekat dari dapur. Menjaga makanan agar tidak diganggu oleh kucing. Kebetulan menu pengajiannya ada lauk ikan. Jadi perlu seseorang yang ‘dikorbankan’ untuk mengawasi makanan. Saya masih kecil, jadi bisa “dikorbankan”.

Saya memang gak suka main sejak kecil. Kata tetangga, anak rumahan. Saya sukanya belajar dan membaca. Jadi pekerjaan menunggu dengan ditemani buku bukanlah pekerjaan yang memberatkan untuk saya secara pribadi. Saat membaca buku, telinga saya juga bisa mendengarkan ceramah secara bersamaan. Kemampuan auditori dan visual saya cukup baik perkembangannya.

“Ya ibu-ibu, berusahalah untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi orang banyak. Bagi keluarga. Bagi tetanggamu. Bagi lingkungan. Maka nantinya kehidupan kita akan menjadi baik. Mau ibu-ibu?’’. Pertanyaan yang selalu diucapkan oleh Pak ustadz di akhir ceramahnya. Mungkin untuk mmemastikan kalo pesan beliau sampai dan didengarkan oleh murid-muridnya.

Passion untuk  mengajar 

Pada masa itu tak ada bayangan dalam diri saya, profesi seperti apa yang akan bermanfaat bagi orang lain. Jadi ustadz mungkin. Waah berat juga brarti kalo mau jadi orang bermanfaat, fikir saya sederhana.

Saat masih kuliah, saya belajar untuk berbagi ilmu bahasa Inggris. Saya nyambi mengajar di sebuah bimbingan belajar. Pekerjaan yang saya geluti sebelum saya mendapat pekerjaan tetap. Harapan seorang anak kuliah yang baru lulus adalah bekerja di tempat yang sesuai dengan jurusan yang diambil. Biasalah idealismenya masih kuat.

Tujuh hari dalam seminggu, diwarnai dengan tingkah siswa, candaan siswa, pembahasan soal-soal, dan keseruan mengajar di dalam kelas.

“ Ooohh, ternyata sederhana ya mba materi tenses itu, Saya suka pusing sendiri dulu Mba”.. ucapan dari salah satu siswa. Kalimat sakti yang menjadi obat lelah saat mengajar. Sekaligus menjadi kalimat ampuh yang menguatkan hati untuk selalu berada di lingkungan dunia mengajar.

Kepuasan hati yang tak terkira, saat siswa saya mampu memahami materi yang saya ajarkan. Merasa nyaman untuk bertanya materi apapun termasuk soal curhat-curhat colongan. Nilai bagus yang mereka peroleh menjadi bonus buat saya. Nilai menjadi bukti tertulis untuk orang tua dan lembaga mengajar.

Dari hal tersebut, saya meyakinkan diri selama saya masih sanggup untuk mengajar saya tidak pernah meninggalkan dunia berbagi ilmu ini.

Passion untuk  menulis di blog   

 Kerja di belakang meja di sebuah perusahaan konsultan gizi, tak membuat saya merasa cukup puas. Dunia mengajar tetap saya perhatikan. Saya mengajar sepulang dari kantor. Lokasi tempat ngajar yang tidak jauh membuat perjalanannya menjadi lebih mudah. Mengajar itu memang bisa menyembuhkan hati.

Di perusahaan konsultan tersebut, saya mulai mengenal dunia tulis menulis. Selain urusan administrasi, saya juga diamanahi untuk mengelola website perusahaan.  Urusan menulis artikel di sebuah website menjadi tanggungjawab saya. I said “Welcome My New World” .

Berawal dari situ saya menjadi lebih rajin menulis di blog gratisan yang isinya dominan curhatan. Mulai naik kelas ceritanya J. Saya menulis artikel yang lebih serius. Mengenai gizi, kesehatan, dan mengajar. Dunia yang akrab dengan saya pada masa itu.

Tulisan makin banyak bertambah hari demi hari. Menyatu dengan hobi yang disenangi oleh kakak ipar saya. Kita berdua sering sharing tentang dunia blog. Mulai belajar ikut-ikut lomba non serius, kayak giveaway. Karena tulisan yang saya submit menjadi salah satu pemenang lomba, saya pun menjadi ketagihan nge-blog.

“Saya pengen menang lomba lagi. Saya pengen punya banyak temen-temen di dunia blog”.

Rasa bahagia mendapat komentar pertama di tulisan yang saya publish  masih terbayang dalam hati dan ingatan. Nge-blog itu nagih, dan memenangkan lomba itu pun nagih. Saya pun menjadi blogger.

Trus bermanfaat untuk orang lain letaknya dimana?

Awalnya saya nge-blog memang untuk memuaskan passion saya di dunia menulis. Sama halnya dengan dunia mengajar yang saya geluti hingga sekarang. Manfaat untuk orang lain saya tau setelah  beberapa komentar positif yang saya terima.

Dari hal tersebut, saya makin berasa makin nagih untuk nge-blog.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Passion untuk  berbisnis

Trus, sudah sampai situ saja Des? Tanya saya pada diri sendiri.

Saya merasa ada panggilan jiwa yang masih perlu dipuaskan. Apa itu? Setelah berkontemplasi. Saya akhirnya menemukan passion saya yang lain yang perlu dipenuhi. Saya ingin menjadi pengusaha.
 Namun pengusaha apa? Mau jual apa? Produknya apa? Itu pertanyaan terbesar bagi pemula seperti saya. Saya tak punya modal yang banyak untuk memulai sebuah perusahaan. Usaha yang dijalankan harus bisa mendukung kegiatan mengajar dan ngeblog saya juga. Itu yang jadi kriteria utama.

Akhirnya mulai dari tanggal 29 September lalu, saya memulai usaha dengan menjadi reseller sebuah produk outer. Dan media yang saya pilih untuk berjualan adalah Instagram. Sebuah media sosial  yang menjadi online shop numpuk. Saya harus bersiap untuk memasuki dunia persaingan online shop yang tidak sedikit itu.

Nyemplung saja dulu, itu kata sebuah pebisnis muda yang pernah saya baca. Setelah nyemplung ke dunia bisnis lalu pelajari polanya. Berbenah sambal belajar bisnis itu lebih utama daripada belajar terus tapi gak mulai-mulai bisnisnya. Dari situ akhirnya saya membuat akun Instagram saya khusus untuk jualan produk outer. Yuk, sekarang mari kita belajar jualan.

Pilihan nama untuk akun jualan tersebut adalah @hijab_isme. Namun, dengan alasan untuk lebih mudah menangkap pasar saya mengganti namanya menjadi @outer_isme. Ceritanya biar lebih fokus.

Kenapa saya pilih produk berupa outer? Karena saya suka miris liat hijaber yang memakai gamis namun lekuk tubuhnya masih terbentuk. Kalo dengan pakai outer maka lekuk tubuhnya akan menjadi tertutup. Itu idealisme saya memakai produk outer sebagai produk yang saya jual.

Selain hal diatas, insy trend outer akan terus berkembang. Itu menurut pikiran  dan pemahaman saya. Outer itu kan bisa membuat penampakan wanita  menjadi lebih elegan daripada tidak. Hehe kenapa jadi kayak soft selling yak .

Dan saat ini saya terus berbenah diri untuk mempelajari ritme jualan di Instagram. Alhamdulillah kemarin, saya diajak untuk mengikuti sharing tentang bisnis online. Hasil kegiatan itu juga saya share di blog yang kini sudah dapat views 250 meski baru dua hari publish. Senengnya bisa bermanfaat sharingnya.

Dan ilmu yang saya didapat dari sana, perlahan-lahan saya terapkan untuk bisnis saya. Saat ini lagi tahap penambahan follower. Dengan harapan, bertambahnya follower maka omset penjualan bertambah. Isi rekening bertambah insy berkarya lebih banyak lagi, dan insy bisa bermanfaat lebih banyak lagi. Kini followernya sudah berjumlah 165 orang dalam waktu kurang dari 1 bulan. Follow request di akun tersebut terus bertambah. 

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Mimpi besarnya nantinya adalah untuk memiliki sebuah perusahaan clothing. Sebuah perusahaan tentunya memerlukan proteksi perlindungan layanan asuransi. Saah satunya bisa menggunakan jasa FWD insurance agar tidak gampang goyah di tengah persaingan dunia bisnis. 

Kalo kamu apa passion yang kamu miliki dan belum terpenuhi? Sharing yuk :) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun