[caption caption="still waiting next talk show di panggung komunitas"][/caption]
Jam saya sudah menunjukkan pukul 17.08, hari sudah sore. Namun suasana di panggung komunitas masih saja ramai. Usai Ngobrol bareng PT.KCJ, akan ada Qutubuku yang akan ikut berbagi di panggung komunitas. Kompasianer masih saja enggan beranjak dari tempat duduk masing-masing. Masih setia menunggu ngobrol bareng lainnya.
Talk show diawali dengan pembacaan puisi oleh Mba Elisaa Koraag dari komunitas Ladiesiana dengan judul puisi : KATA.Â
[caption caption="Puisi Kata oleh Mba Elisa "]
Asal mula adalah kata
Gagas tersusun dari kata
Dibalik itu, hanya ruang kosongÂ
Kita takut kepada momok karena kata
Kita cinta kepada bumi karena  kata
Nasib terperangkap dalam kata
Karena itu, kita bersembunyi di dalam kata
Dan menenggelamkan diri tanpa sisa
Â
Sore itu, panggung komunitas akan diiisi oleh 3 kompasianer yang baru launching buku terbaru.  Mengenai proses kreatif menulis dan melahirkan buku. Sang moderator memberikan waktu selama 5 menit  (kurang lebih) untuk masing-masing penulis.
[caption caption="Bersama 3 kompasiner yang sudah menjadi penulis buku "]
Â
Â
Cipta Dinata
64 artikel dari 64 kompasianer telah melahirkan sebuah buku dan berhak memilikinya masing-masing berkat ide Pak Cipta Dinata. Hal tersebut sesuai dengan amanat dari Pak Cipta, bahwa buku menjadi warisan abadi bagi anak cucu. Usia buku lebih panjang daripada warisan berupa uang. Â Uang hanya menjadi kebanggaan sesaat. Buku menjadi kebanggan abadi. Pak Cipta memacu diri untuk menulis One Day One Article. Â Dimana pun beliau, dia luangkan waktu untuk menulis. Baik di taksi, di pesawat , dimana saja ia menulis. Bahkan pernah, ia merogoh kantong sebanyak 20 dollar hanya untuk bisa mempublish sebuah postingan. Karena pada saat itu, beliau sedang menginap di hotel dan ide sudah berkeliaran. Dengan senang hati demi sebuah postingan ia mengeluarkan biaya tersebut. Pesannya, at least kita punya cadangan satu artikel untuk bisa posting setiap harinya.Â
Prinsip beliau, "Satu Buku sebelum Mati". Dan hal itu terbukti dengan lahirnya buku tersebut.Â
Pak Taufik
Rezeki yang maha dahsyat dipilihkan Tuhan untuk Pak Taufik. Bagaimana tidak, Beliau bisa mengunjungi mesjid-mesjid di berbagai belahan dunia. Pengalamannya ersebut dituliskan dalam bukunya yang berisi 56 artikel tentang pengalamannya beliau mengelilingi mesjid di berbagai tempat. Pengalaman pertama yang beliau ceritakan adalah saat mengunjungi Athena tahun 2008. Susahnya menemukan mesjid disana, karena mesjid sudah berubah menjadi museum.  Negara Argentina menjadi negara yang sangat mudah untuk menemukan mesjid meskipun penduduknya 95 % merupakan non muslim. Ada juga  kota Rwanda di Afrika, yang mesjidnya diubah karena suaka politik. Saat di Perancis, mesjid dijadikan tempat berlindung agar aman dari bahaya. Pak Taufik tergerak untuk menuliskan pengalamannnya berkat dorongan dari Bang Dede dan Bang Iszet. Dorongan dari sahabat ini  menjadi penguat Pak Taufik  untuk melahirkan buku perdananya ini.Â
Saya sangat penasaran dengan cerita unik  beliau lainnya dalam buku tersebut.Â
Iskandar Zulkarnaen
Berikutnya tentang pengalaman Pak Iskandar Zulkarnaen dalam bukunya "Mandeh, Aku Pulang" . Unplanning but with grand design, begitu jawabannya ketika ia ditanya tentang penulisan novel ini. Pesan beliau yang sangat mendalam dan terpatri di ingatan adalahÂ
Lelaki yang kuat adalah lelaki yang mencintai ibunya, maka ketika ia mencintai istrinya ia akan mencintai perempuan tersebut sebagaimana ia mencintai ibunya.Â
Quote yang kedua adalah :
Cinta adalah refleksi. Ketika refleksi dan amplitudonya sama antara dua insan, maka itulah yang disebut cinta.
Â
Waktu dan cerita yang benar-benar real, itulah yang menjadi kekuatan novel ini. Semuanya benar-benar terjadi dan dialami sendiri oleh Pak Iskandar. Novel ini bercerita tentang refleksi cinta seorang anak pada ibunya. Penasaran sama bukunya? Belilah :)Â
[caption caption="Tanggapan Seno Gumira kepada 3 penulis "]
Tak tanggung-tanggung, Seno Gumira diundang ke panggung untuk memberi tanggapan tentang ketiga penulis yang lahir dari rahim netizen, kompasiana. Passion dan obsesi, begitu kata Seno Gumira. Dua hal yang tanpa disadari oleh ketiga penulis tersebut yang terus menyala di dalam jiwa. Dua sumber motivasi utama yang yang kerap hadir di jiwa saat menulis, meski tak ada niat untuk menjadi seorang penulis sebuah novel atau buku. Passion dalm jiwa menulis, kontinuitas untuk terus berbagi lewat tulisan telah menganarkan ketiga penulis hingga menjadi benar-benar seorang penulis. Passion dan obsesi yang mengalir dalam darah hingga menjadikan mereka  seorang penulis seperti seorang ini. Â
Â
[caption caption="Kuliner-an dulu yuk di food truck nya Kompasianival  :) "]
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H