[caption caption="Spanduk di Stasiun Bogor"][/caption]Saat itu, tahun 2003. Stasiun Cikini menjadi stasiun yang pertama kali saya tuju dengan menggunakan jasa kereta api. Saat harus bertolak dari rumah tante saya, yang dekat dengan stasiun Cilebut. Salemba menjadi daerah jajahan saya kala itu, saat pertama kali mengunjungi kota Jakarta. Berbekal semangat untuk menempuh pendidikan di sebuah kota besar, saya dipilihkan keluarga sebuah bimbingan belajar di daerah Salemba untuk mempersiapkan diri mengikuti SPMB, ujian seleksi masuk perguruan tinggi.
Excited, itu yang saya rasakan saat pertama kali merasakan angkutan Jakarta ini. Maklumlah, anak kampung :D. Mata tak henti melihat kesibukan orang lain yang ada di dalam kereta. Kebetulan saya menaiki kereta saat malam hari.
Saya langsung teringat kalo saya berada di kampung, jam-jam malam begini tentu sudah duduk santai sedang makan malam sambil menonton TV. Dunia perkotaan memang gak ada matinye ya. Kesibukan di dalam kereta masih terus terjadi. Jakarta oh Jakarta.Â
Kala itu, masih ada penjaja makanan yang masih berkeliling menghabiskan sisa penjualan hari ini. Makanan serba lima ribu atau serba sepuluh ribu cukup menjadi pilihan para penumpang,. Murah meriah bukan? Dengan selembar uang lima atau 10 ribuan, tomat besar 4 buah, pir 3 buah, salak 1 keranjang plastik kecil berpindah ke tangan.
Selain itu, kita juga biasa dibagikan kacang telur, permen jahe, buku, atau benda kecil lainnya oleh si penjual. Kalo mau beli, tinggal tuker dengan uang. Namun kalo tidak mau, tak perlu sungkan, tinggal memberikan kembali makanan atau benda yang dibagikan tersebut. Oiya, penjual jepitan rambut juga turut meramaikan keriuhan di dalam kereta. Lapak tempat jepitan-jepitan rambut digantung lumayan mengambil tempat, sehingga sangat mengganggu penumpang.
Akibatnya, sampah bertebaran dimana-mana. Sampah daun sisa lontong, botol kemasan air mineral, plastik bekas makanan, kertas pembungkus gorengan dan lainnya.
***
Sekarang, tahun 2015. Sangat banyak transformasi yang telah dilakukan oleh PT. KAI Commuter Jabodetabek dalam usaha untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Â Lihat saja parkiran ini, penuh kan?Â
[caption caption="Lahan Parkir"]
Parkiran mobil ini tepatnya di stasiun Bogor. Penuhnya mobil yang berjejeran disini menjadi bukti nyata bahwa commuter line menjadi moda transportasi pilihan masyarakat urban. Penumpang yang memiliki mobil atau motor masih menjatuhkan pilihan untuk menggunakan commuter line menuju tempat kerja di kota Jakarta. Bebas macet. Alasan utama yang dimiliki setiap penumpang untuk tetap menggunakan commuter line. Lihat saja, jam-jam sibuk saat berangkat atau pulang kerja, mobil pribadi seakan tumpah ruah menumpuk memenuhi jalanan. Pilihan menggunakan commuter line menjadi pilihan yang tepat.Â
Waktu, hal yang sangat mahal dalam hidup. Waktu menjadi hal utama yang menjadi dasar pemilihan pemakaian layanan commuter line. Dengan menggunakan commuter line, waktu tempuh dari Bogor ke kota Jakarta menjadi lebih efektif karena bebas dari macet. Hemat waktu, berangkat pagi-pagi kalo sudah dalam commuter line bisa melanjutkan tidur. Sebaliknya, kalo sudah jam pulang kerja, bisa menggunakan waktu sore untuk istirahat atau tidur di dalam commuter line.Â
[caption caption="Pintu Masuk"]
[caption caption="Hanya butuh 20 menit menempuh jarak kurang dari 25 km"]
Selain itu, pilihan commuter line adalah pilihan yang hemat. Misalnya saja, saya berangkat dari stasiun Bogor menuju stasiun Bojong Gede, tempat saya bekerja. Kalo naik commuter line saya hanya perlu mengeluarkan uang sebesar Rp. 2.000 dan untuk angkot membayar Rp. 5.000 untuk sampai ke tempat saya mengajar. Sedangkan kalo saya memilih untuk naik angkot, saya perlu 3 kali ganti angkutan umum. Dan merogoh kocok lebih dalam sebesar Rp. 12.000. Kalo dikalikan sebanyak 30 hari( agar perhitungan lebih gampang aja), saya bisa hemat sebesar Rp. 150.000 setiap bulannya untuk biaya transportasi. Pilihan yang hemat bukan? :)Â
[caption caption="See, hemat banget kan kalo naik commuter line? "]
Sistem ticketing yang ada sekarang, sangat terasa manfaatnya. Para calon penumpang menjadi sangat tertib sebelum masuk stasiun. Tidak ada lagi, penumpang tanpa tiket atau penumpang yang pura-pura tidur karena gak punya tiket. :) Kalo inget zaman dulu, pembelian tiket terbagi-bagi, mulai dari yang ekonomi, ekonomi AC atau eksekutif. Jadi ada kalanya antrian ekonomi penuh banget, atau antrian ekonomi AC yang lagi rame.Â
[caption caption="sistem ticketing di commuter line yang juga mendukung untuk memudahkan penumpang"]
Ticketing system juga mendapat feedback dari beberapa bank swasta dengan menyediakan kartu multi trip yang langsung terkoneksi dengan keuangan nasabah di bank yang bersangkutan.Â
[caption caption="Tap e-Ticketing"]
Tap dulu Kartu Multi Tripnya di gate sebelum bisa naik commuter line. Yang tertib ya :)Â
Setelah tap kartu di gate, kita akan disambut suasana penghijauan yang kini tampak sangat cantik. Pohon sapu tangan yang memiliki nama latin Maniltoa grandiflora dan tanaman Ipomea batatas yang berwarna hijau muda dan  tampak perdu mampu menyegarkan mata. Kalo dulu, gak bakal ketemu yang hijau-hijau di stasiun Bogor.Â
[caption caption="Mata jadi seger liat yang ijo-ijo :) "]
Untuk meningkatkan pelayanan yang semkain baik lagi terhadap penumpang, PT. KJC sedang melakukan persiapan berupa pembangunan rel kereta untuk penambahan gerbong menjadi 12 gerbong. Semakin banyak gerbong kereta, maka akan semaakin banyak pula penumpang yang terangkut oleh commuter line. Jadi, harap bersabar untuk merasakan perubahan dan manfaatnya.Â
Penumpang dimanjakan dengan adanya announcer saat perjalanan. Adanya announcer yang sangat membantu menginformasikan nama stasiun selanjutnya. Jadi gak ada cerita lagi, saya salah turun stasiun atau nanya-nanya penumpang sebelah di setiap stasiun. Setiap penumpang sudah bisa mempersiapkan diri sebelum turun di stasiun selanjutnya. Dulu sebelum ada info tentang loop stasiun, atau informasi stasiun di dalam kereta, saya suka pasang muka tembok nanya –nya ke penumpang lainnya. Hihi maafkan dan terimakasih ya mba-mba :)Â
Selain itu, poster yang berisi informasi jalur stasiun dari Bogor ke Jakarta sangat membantu saat announcernya lagi istirahat :). Â
[caption caption="Hmm.. saya baru tau ternyata ada masinis wanita "]
[caption caption="anak SD aja sudah bijak memilih commuter line sebagai moda transportasinya"]
[caption caption="Ini, contoh anak lainnya yang juga berperan dalam pengurangan kemacetan di jalan raya"]
Gak ragu lagi, kalo commuter line memang the best choice for urban transport.
Oiya, karena saya cinta commuter line, saya mau share sedikit saran untuk commuter line. Bukankah setiap pecinta tak segan memberikan saran yang terbaik, halah :D
Yang pertama : Penambahan dua lorong kereta khusus untuk penumpang wanita pada jam-jam pulang kerja. Misalnya diberlakukan pada pukul 16.30 sampai pukul 18.30. Pengkhususan tersebut diberlakukan untuk dua lorong kereta di kereta bagian depan dan kereta bagian belakang.
Pengalaman saya sewaktu mengikuti training di Jakarta, stasiun Manggarai dipenuhi lautan manusia. Mulai dari yang menumpuk sedang sholat di musholla, sedang menikmati makan mi di pinggiran stasiun, dan lebih menumpuk lagi yang sedang menunggu di tepi rel kereta. Gak kebayang kalo tiap hari saya harus melewati masa-masa perjuangan kayak gitu. Menurut saya, penerapan jam khusus ini akan sangat membantu mengurangi penumpukan penumpang di stasiun Manggarai.
Yang kedua, Terkadang handle /gantungan yang didapat dari sponsor gak bisa dibuat pegangan, malah jadi menyusahkan penumpang. Jadi, sebaiknya lebih diperhatikan bentuk benda yang dijadikan gantungan di kereta dari sponsor.
Last but not least, tetap dan terus berbenah diri buat commuter line. Apa jadinya saya, warga Bogor, mau enjoy Jakarta tanpa commuterline yang tau banget kondisi kantong saya. :)Â
Aku sich cinta dan lebih milih commuterline. Kalo kamu?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H