Mohon tunggu...
Desi Namora
Desi Namora Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger Belajar Bisnis

Menikmati hidup dengan berbagi tulisan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bahkan, Sariawan Juga Punya Anugerah

18 Maret 2014   21:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:47 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Mulut adalah satu dari lima panca indera yang memiliki peran penting dalam kehidupan kita. Dianugerahi-NYA kita satu paket lengkap, dengan  mulut kita bisa menikmati berbagai macam rasa makanan, dengan mulut kita bisa menyampaikan pujian secara langsung kepada sahabat atau orang tua kita, dengan mulut juga kita bisa senyum selfie termanis dengan maksimal.

Terlebih bagi saya yang berprofesi sebagai pengajar. Hanya dengan bantuan mulut saya bisa mengeksplorasi kelas dengan baik. Dengan bantuan mulut saya bisa menyampaikan materi ajar dengan baik dan fasih. Selain sebagai penulis dan pembuat craft yang banyak mengandalkan bantuan tangan, saya butuh mulut yang sehat setiap harinya untuk mampu hadir dan berdiri di kelas dan bertemu dengan siswa-siswa saya.

Pernah dulu, kesehatan mulut saya terganggu. Saya mengalami sariawan. Uuuhhh, manusia terkadang hanya bisa mengeluh saat-saat tidak menyenangkan seperti itu. Meringis juga tidak menyelesaikan masalah. Malas dan puasa ngomong menjadi solusi ampuh menurut saya waktu itu. Ya, dengan tidak mengurangi rasa hormat saya dengan lawan bicara saya, mengaku sedang mengalami sariawan sesaat setelah dia selesai ngobrol, menjadi senjata mematikan bagi lawan bicara saya untuk melanjutkan obrolan. Agak tidak sopan memang, tapi.. jika berlagak terus seperti orang sehat juga akan berujung tidak baik bagi kedua belah pihak. Puasa ngomong dan menghindari tempat yang ramai menjadi pilihan yang tepat bagi saya jika sedang sariawan.

Saat sariawan, yang menjadi masalah selanjutnya adalah ketika sedang makan. Makan yang seharusnya menikmati rasa, berubah menjadi menikmati lara. Satu, pilihan makanan pedas hilang dalam menu. Dua, makan tanpa masakan pedas, ibarat masakan tanpa garam, hambar. Tiga, mengatur makanan dalam mulut agar tidak masuk wilayah kekuasaan sariawan. Lengkap sudah lara-nya. Bukan menikmati rasa, tapi menikmati lara.

Memang pengalaman menjadi guru yang sangat berharga. Derita sariawan berbuah ilmu. Ilmu untuk bisa lebih baik menjaga kesehatan, agar kejadian serupa tidak terulang lagi. Menilik ke belakang, saya sadar sudah tidak memenuhi hak tubuh untuk istirahat dan hak tubuh untuk asupan bergizi. Kegiatan yang cukup banyak mengurangi jatah istirahat dan lupa waktu makan. Kealpaan ini yang menjadi pemicu sariawan yang saya alami. Biasanya jika sedang  sariawan, saya menambahkan konsumsi buah jeruk setiap waktu makan. Cara ini saya lakukan berdasarkan nasehat teman saya. "Asupan vitamin C akan membantu meredakan sariawanmu", begitu nasehatnya. " Oiya, saat ini, sudah beredar tablet herbal untuk mengobati sariawan. Bahannya terbuat dari daun saga, herba timi, akar manis, bunga seruni, dan akar alang. Semuanya memakai bahan- bahan alami asli Indonesia. Kuldon Sariawan namanya. It's better for you to know it" tambahnya.  Saya coba mengingat nama obat herbal tersebut. Buat saya, penanganan penyakit secara alami akan lebih baik hasilnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun