Mohon tunggu...
Namoet Septy
Namoet Septy Mohon Tunggu... -

adventure is my Life

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Badai Lawu yang menjadikan kita sahabat

21 Februari 2012   15:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:22 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13298390901959262918

Berawal ketika aku rewel mengajak untuk mendaki kemanapun itu dan akhirnya dengan tidak sengaja muncul ide ke Gunung Lawu. Rencana awal cuma aku,Singgih dan Angga yang saat itu masih di Solo. Ternyata ada tambahan lagi 2 personil yang kebetulan daerah dan tujuan kita sama yaitu Lawu tetapi niat kita berbeda. Ya lagi-lagi aku hanya wanita sendiri tapi itu tak menyurutkan niatku untuk tetap pergi,tak aku hiraukan apa kata orang tentang aku saat itu. Tanggal 2 Februari 2012 pukul 16.00 WIB kita berangkat dari Purwodadi yang merupakan kota kecil tempat tinggal kita. Sesampainya di Solo kita menghampiri lagi salah satu teman yang indekos di Solo karena kuliah di Solo juga yaitu Angga. Kurang lebih pukul 19.30 kita tiba di Cemoro sewu dimana jalur pendakian yang akan kita lalui. Kita sepakat untuk beristirahat dulu untuk sekedar menghilangkan rasa capek dan menghindari badai yang terjadi saat itu. Pagi harinya setelah kita mengisi amunisi tenaga,packingpun dilakukan. Sungguh perjalanan yang berat karena badai waktu itu dan tanggal tersebut adalah tanggal dimana iklim dan cuaca masih tak karuan karena pengaruh badai matahari. Kurang lebih pukul 10.35 kita start dari post setelah sebelumnya sudah melakukan pendataan terlebih dahulu. Petualanganpun dimulai dengan jumlah 5 orang yang terdiri dari 4 cowok dan 1 cewek. Carier 75 liter yang saat itu aku bawa memang tidak seberapa beratnya jikalau hanya berjalan di tempat biasa. Post bayangan perkebunan penduduk,disitu kita bertemu dengan rmbongan dari Jakarta yang tediri dari 3 orang cowok dan 1 cewek. Akhirnya dapat juga teman cewek untuk sekedar menjadi kawan sesama jenis saat itu. Waktunya solat Jumat dan kita semua memutuskan beristirahat di post 1. Disitu baru kita bertemu dengan beberapa orang yang turun yang kebetulan dari jakarta juga. Waktu solat Jumatpun sudah selesai dan perjalanan kami lanjutkan. Post 1 menuju post 2 dari jalur Cemoro Sewu adalah jalan yang panjang denga track yang bisa dikatakan lumayanlah untuk fisik. Belum ada separo perjalanan tapi kabut mulai turun dan hujan badaipun terjadi. Semakin tak dirasakan semakin deras hujan turun,akhirnya berteduh seadanya adalah jalan terbaik untuk saat itu. Dengan memikirkan agar tas tidak basah dan menjadi lebih berat lagi.  Ternyata hujan tak kunjung reda dan keadaankupun semakin kedinginan. Kuajak teman untuk melanjutkan perjalanan lagi tetapi mereka memilih menunggu sampai reda. Akupun memutuskan melanjutkan perjalanan menuju post 2 yang saat itu masih separo perjalanan lebih dari post 1 sendirian. Dengan berbekal tas ransel kecil yang sebelumnya aku tukar dengan punya teman dengan maksud lebih enteng dan mantel jaket yang aku pakai,akupun melanjutkan perjalanan seorang diri. Aku tepis rasa takutku karena melanjutkan perjalanan seorang diri bukanlah kenekatan melainkan sebuah pilihan. Jika tetap disana sedang hujan yang tak kunjung reda yang dimana tak ada tempat datar untuk mendirikan tenda. Dengan pemikiran itu akupun terus melangkah hingga akhirnya sampai di post 2. Sesampainya disana baru aku sadari perlengkapanku ada di carier yang aku tukar dengan temanku tadi. Dingin yang aku rasakan waktu itu. Semua basah termasuk apa yang aku kenakan tanpa terkecuali. Aku buka isi tas ransel yang aku bawa dan aku ingat ada plastik besar yang memang aku sediakan untuk menyimpan sampah hingga aku turun nanti. Dan memang berguna tapi bukan untuk tempat sampah melainkan untuk membungkus kaki yang saat itu aku hanya mengenakan celana pendek yang sudah basah. Dingin dan hampir membeku,itu yang aku rasakan. Dalam hati terus berdoa dan berharap agar teman yang lain segera menyusul. 1 jam lebih aku sendiri dan menunggu di post 2 dalam keadaan basah,hujan badai dan dingin yang merasuk hingga ke tulang. Akhirnya apa yang aku harapkan muncul juga,rombongan kawan dari jakarta tiba di post 2 dan mereka memilih menerobos hujan. Aku sangat bersyukur. Mereka mendirikan tenda di post 2 sedang aku hanya bisa menonton dan meminta maaf  kalau tidak bisa membantu karena semua tubuh sudah kaku. Merekapun mengerti akan keadaanku saat itu. Setelah tenda berdiri akupun dipersilahkan masuk ke dalam untuk sekedar menghangatkan tubuh. Tak lama kemudian teman-teman rombonganku tiba dan saat itu hujan badaipun belum reda dan makin deras. Kita bergabung dan makan bersama serta berbagi cerita. Pada awalnya aku merasa kecewa karena ternyata mereka tertidur dan tak menghiraukanku yang hampir mati membeku kedinginan sendiri di post 2. Tapi kenapa juga aku marah atau kecewa sama mereka toh itu pilihanku sendiri untuk melanjutkan perjalanan sendiri karena pemikiran dan alasanku tadi. Sedang asik-asiknya merasakan kehangatan, ada beberapa orang lagi yang juga memilih camp di post 2 hingga post 2 penuh. Tendapun berjajar,tanpa keluar dari tenda karena sudah merasa hangat kamipun saling sapa. Ternyata mereka dari surabaya dengan jumlah 3 orang. Pagi datang dengan cuaca cerah walau tanpa kehangatan mentari. Disini awal mula cerita kita jadi sahabat. Emang dasar aku orangnya cerewet jadi gampang akrab dengan orang baru dan kami semua saling bercengkerama. Baru aku sadari ketika aku tahu banyak orang yang naik dan ada juga beberapa yang turun, ternyata waktu itu bertepatan dengan Maulid Nabi yang dimana bagi orang-orang tertentu mereka ritual di puncak Lawu. Sepasang orang tua mendaki dengan peralatan seadanya dan membawa seekor ayam hidup yang katanya mau nasak-masak di atas yang aku kira sich untuk sesaji. Ada juga rombongan dari Cepu mungkin sekitar 10 orang lebih dan aku kira dengan tujuan yang sama yaitu ritual.Ahh masa bodoh mau pada ngapain terserah mereka dan yang jelas aku hanya meyakini ALLAH swt saja. Perut sudah terisi tapi ada 1 hal yang membuat aku kecewa yaitu ketika aku tahu bahwa Angga dan Singgih tak bisa melanjutkan perjalanan karena ada keperluan. Sementara yang lain sedang packing dan bersiap menuju ke post selanjutnya aku bersiap untuk turun. Kecewa memang tapi mau tak mau harus tetap turun karena awalnya mereka berdua teman yang mempunyai niat sama. Jadi dengan alasan solidaritas atas nama persahabatan akupun turun. Akupun turun dengan sedikit kekecewaan,kami bertiga jalan terpisah. Disaat perjalanan turun aku berpapasan juga dengan beberapa rombongan pendaki. Ya sekedar say hello. Aku tertinggal dari Singgih yang sudah duluan di depan sedang Angga masih di belakang. Aku berjalan perlahan sambil menunggu Angga karena dia baru pertama ke Lawu. Tanpa terasa Kabut mulai tebal dan gerimis mengundang. Anggapun sudah terlihat dan kita kehujanan sebentar sebelum berteduh di post 1. Hujanpun berhenti dan kita melanjutkan perjalanan dengan langkah cepat. Sesampainya di bawah Singgih sudah menunggu aku dan Angga. Hujanpun turun dengan sangat derasnya dan badai yang sangat kencangnya hingga kamipun makan dan ngopi di warung kang Agus Cemoro Sewu sambil menunggu hujan reda. Lama menunggu hujanpun reda saat maghrib. Setelah semua selesai kamipun akhirnya pulang ke Purwodadi. Sehari di rumah dan istirahat HP berdering,ternyata dari kawan Jakarta yang mengabarkan bahwa mereka terdampar di Tawangmangu karena kehabisan bus ke Solo. Akupun langsung mencoba menghubungi teman di Tawangmangu yang kebetulan aku kenal waktu di warung Kang Agus kemarin. Aku mencoba meminta tolong kepadanya dan ternyata dia sedang ada di luar kota. Terpaksa aku tidak bisa menolong sahabatku itu. Keesokan harinya HP kembali berdering dan kembali dari sahabat Jakarta yang mengabarkan mereka kehabisan tiket kereta untuk kembali ke Jakarta lagi. Mau tak mau aku harus ke Solo untuk mengajak mereka menginap di kos Angga. Ya semua aku lakukan karena mereka tidak mempunyai sanak saudara di Solo dan kebetulan mereka juga baru mengenal Lawu. Dan mungkin dengan ini besok dikala aku kesusahan ada juga orang yang membantuku. Karena aku meyakini jikalau kita menanam sebuah kebaikan pasti suatu saat kita akan memetik hasil dari kebaikan yang telah kita tanam. Dan kita akan bertemu lagi esok di petualangan selanjutnya sobat. Gede Pangrango tujuan berikutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun