Mohon tunggu...
Namira Salsabila
Namira Salsabila Mohon Tunggu... Penulis - Creative Writer

Esports addict tapi tak pandai main game.

Selanjutnya

Tutup

Games Pilihan

Deft, Si Gamer from Zero to Hero dalam Penantian 10 Tahun

6 Juli 2023   19:01 Diperbarui: 11 Juli 2023   15:57 1292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"The important thing is the unbreakable spirit", kutipan tersebut kini menjadi sebuah mantra bagi warga negara Korea Selatan termasuk bagi timnas sepakbola Negara Ginseng setelah memenangkan pertandingan Piala Dunia 2022 melawan Portugal.

Siapakah sosok dibalik pencipta mantra tersebut?

Turnamen Esports League of Legends (LoL) menjadi salah satu di antara pertandingan MOBA games yang memecahkan rekor penonton bahkan hingga meraih angka 5,147,699 di akhir tahun 2022 (berdasarkan data dari reuters.com). Terdapat alasan mengapa bisa turnamen tersebut dapat memecahkan rekor penonton. Kita layaknya perlu tahu bahwa ada tokoh utama dibalik ini semua.

Pada tanggal 6 November 2022, tim DRX berperang dalam saling menghancurkan Nexus dengan tim terbaik dan tak terkalahkan yaitu T1 dan menjadi pertandingan terakhir dalam perebutan trofi Worlds yang diselenggarakan di Chase Center, San Fransisco, Amerika Serikat. Dengan hasilnya, DRX berhasil mencabik T1 dengan 5 games (skor 3-2) sekaligus menjadi tim perwakilan dari LCK (Korea Selatan) yang meraih juara Worlds.

"Saya telah bermimpi tentang diri saya memenangkan kejuaraan dunia, pergi ke final, memenangkan pertandingan terakhir, tetapi itu hanyalah mimpi. Tetapi sekarang saya berhasil jadi saya sangat bahagia sekarang."

Ucap Kim "Deft" Hyuk-kyu, AD Carry asal Korea Selatan dalam interview pasca pertandingan final Worlds 2022 bersama timnya, DRX. Faktanya, Deft harus menunggu selama 10 tahun untuk bisa mengangkat Summoner's Cup.

AD Carry yang penuh cobaan sejak debut

Deft mengawali karirnya sebagai pemain AD Carry pada Februari 2013. Ia memulai debut kompetitifnya dengan tim MVP Blue. Ketika melawan OLYMPUS dalam turnamen Champions Spring 2013, Blue gagal lolos ke babak group. Kemudian Blue menghadiri kompetisi HOT6iX Champions Summer 2013, namun kembali gagal ke grup.

Si AD Carry kemudian bergabung dengan Samsung Blue di tahun 2014. Di sini Deft mulai mendapatkan prestasi pertamanya, LCK Spring 2014. Kemudian berhasil menuju babak semifinal Worlds 2014, namun langkahnya harus terhenti setelah dibantai oleh tim adiknya, Samsung White dengan skor 3-0.

Tahun 2015 hingga 2016, Deft memutuskan untuk berkarir di LPL (Tiongkok) dengan bergabung Edward Gaming. Gamer yang dijuluki Alpaca ini setidaknya mulai membuahkan hasil prestasi yang cukup banyak. Gelar domestik dua kali (LPL Spring 2015 & Summer 2016), Demacia Cup sebanyak empat kali (Spring 2015, Summer 2015, Grand Finals 2015, 2016), dan tak lupa Mid-Season Invitational (MSI) di tahun 2015 dengan mengalahkan tim immortal Korea Selatan, SK Telecom (sekarang T1).

Deft bersama dengan roster Edward Gaming ketika memenangkan MSI 2015. Sumber foto: Mobafire
Deft bersama dengan roster Edward Gaming ketika memenangkan MSI 2015. Sumber foto: Mobafire
Sayangnya, Sang Alpaca bersama Edward Gaming gagal dalam Worlds 2015 & 2016 yang selama dua tahun berturut-turut tersebut harus tersangkut di babak perempat final.

Dia akhirnya kembali ke kampung halamannya dan mengabdi bersama tim KT Rolster selama dua tahun (2017 & 2018) dan membangun prestasi yang cukup memuaskan, LCK Summer 2018.

Lagi dan lagi, di tahun 2017 tertimbun di babak kualifikasi Worlds sedangkan di Worlds 2018 juga harus kembali tertancap di perempat final.

Di tahun 2019 sampai 2020, Sang Alpaca move on ke tim Kingzone DragonX / DragonX (sekarang DRX) sekaligus tim tersebut memperkenalkan beberapa pemain rookies. Summer Split 2019 dimulai dengan baik oleh Kingzone, berfluktuasi antara urutan ke-1 dan ke-3 klasemen, sebelum akhirnya mendadak anjlok di posisi ke-7 yang mengecewakan.

Kingzone diberi kesempatan untuk bisa mendapatkan slot di Worlds 2019 tetapi kandas setelah berjuang melawan Damwon Gaming dengan skor 3-2 dalam Regional Qualifier.

Disamping itu, Si AD Carry bersama dengan Kingzone setidaknya meraih dua pencapaian, di antaranya KeSPA Cup 2019 dan Rift Rivals 2019 bersama dengan tiga tim LCK (SK Telecom, Damwon Gaming & Griffin).

Kemudian di tahun 2020, bersama dengan para pemain muda dan dua di antaranya adalah rookies, Deft kembali berhasil menuju Worlds 2020 yang bertuan rumah di Shanghai, Tiongkok.

Namun, DragonX kembali takluk di perempat final dengan skor 3-0 dengan villain besarnya, Damwon Gaming.

Setelah tragedi tersebut, AD Carry yang telah meraih Pentakills sebanyak tiga kali ini kemudian mengabdi bersama Hanwha Life Esports di tahun 2021.

Tidak ada hasil yang memuaskan bagi Deft di tahun itu. Setidaknya hanya satu, bisa kembali mendapatkan slot di Worlds 2021 bertempat di Reykjavik, Islandia. Sayangnya, bersama Hanwha Life dia hanya mampu bertanding hingga babak perempat final (lagi) setelah dibantai oleh T1 dengan skor 3-0.

Dengan ini, Deft menjadi pemain pertama yang menghadiri turnamen Worlds dengan lima tim yang berbeda.


Si Alpaca dan perobohan babak perempat final

Kerap dijuluki Alpaca karena penampilannya menyerupai dengan hewan tersebut, Deft pada akhirnya di tahun 2022 memilih untuk kembali ke tim DRX.

Tim yang begitu identik dengan warna biru ini juga memanggil beberapa pemain underrated untuk menemani perjalanan Si AD Carry, seperti Hwang "Kingen" Seong-hoon sebagai top laner, Hong "Pyosik" Chang-hyeon sebagai jungler, Lee "Juhan" Ju-han sebagai jungler cadangan, Kim "Zeka" Geon-woo sebagai mid laner, dan Cho "BeryL" Geon-hee sebagai support.

DRX roster 2022 (dari kiri ke kanan: BeryL, Kingen, Deft, Juhan, Pyosik, dan Zeka). Sumber foto: Riot Games
DRX roster 2022 (dari kiri ke kanan: BeryL, Kingen, Deft, Juhan, Pyosik, dan Zeka). Sumber foto: Riot Games
Padahal sebenarnya, perjalanan Si Alpaca dan DRX juga kurang lebih sama seperti sebelum-sebelumnya. Hasil di Spring Split yang kurang memuaskan dan posisi jeblok di urutan ke-6 klasemen sebelum menuju babak Playoffs Summer LCK. Kemudian, mereka masih diberi peluang untuk bisa terbang menuju Worlds 2022 bertuan rumah di Meksiko dan Amerika Serikat.

Kembali stuck di babak Playoffs, DRX terlempar menuju ke Regional Qualifier. Disitulah Deft dan DRX berhasil menggagalkan KT Rolster dan Liiv Sandbox sehingga berhasil merebut slot terakhir Worlds 2022 setelah tim Damwon KIA, T1, dan GenG yang merupakan perwakilan dari LCK.

DRX mulai mendapatkan julukan The Underdog setelah bertanding tak terkalahkan pada babak Play-Ins Worlds di Meksiko yang membuatnya otomatis ke babak Group Stage dan terbang ke New York, Amerika Serikat. Di Hulu Theater ini, mental Sang Alpaca beserta DRX benar-benar diuji. Si AD Carry harus melawan kedua mantan rekan satu timnya dari Edward Gaming, Lee "Scout" Ye-chan dan Tian "Meiko" Ye di babak perempat final, babak yang terkutuk dalam sepanjang karirnya.

Para fans pun tampak khawatir, sebab jika Sang Alpaca kembali gagal di babak ini, ia memutuskan untuk pensiun. Ternyata takdir berkata lain.

DRX berhasil melakukan reverse sweep setelah sebelumnya Edward Gaming memimpin skor 2-0 dan tim Naga Biru ini bersusah payah melakukan balas dendam yang diakhiri dengan skor 2-3. Inilah setelah delapan tahun, Deft kembali melangkah ke babak semifinal tepat di tanggal 23 Oktober 2022, hari ulang tahunnya yang ke-26.

Berlayar menuju Atlanta, Georgia untuk berkompetisi di semifinal yang kembali melawan mantan rekan satu timnya kali ini dari DragonX 2020, Choi "Doran" Hyeon-joon dan Jeong "Chovy" Ji-hoon.

Meraup skor 3-1, sulit dipercaya oleh semua orang. Kemudian Sang Alpaca dan DRX melanjutkan destinasi ke Stadion Chase Center, San Francisco untuk mencoba memenangkan pertandingan final. Iya, final. Impiannya selama ini.


Deft, DRX, Summoner's Cup, dan semangat yang tak terpatahkan

"They have been doubted, they have been discounted, they have been dismissed. But DRX are your 2022 World Champions!"

Begitulah lolongan dari CaptainFlowers, salah satu shoutcaster yang berperan dalam pertandingan final yang sangat masif antara DRX dengan T1. Sebanyak kurang lebih lima juta penonton di seluruh dunia, termasuk Indonesia juga turut menjadi saksi DRX dalam peraihan trofi Summoner's Cup.

Ada dua hal yang menarik dari babak final ini, pertama, Deft harus beradu dengan Lee "Faker" Sang-hyeok, mid laner terbaik sepanjang masa. Sekaligus teman semasa sekolah menengah atas, Mapo High School. Pasalnya, mid laner bergelar The Unkillable Demon King ini juga berjuang selama lima tahun untuk bisa kembali menuju ke panggung final Worlds dan berusaha memborong Summoner's Cup untuk keempat kalinya.

Faker & Deft bersama dengan roster T1 & DRX dalam Opening Ceremony Worlds 2022 final. Sumber foto: LoL Esports
Faker & Deft bersama dengan roster T1 & DRX dalam Opening Ceremony Worlds 2022 final. Sumber foto: LoL Esports


Kedua, Ryu "Keria" Min-seok, support dari T1 yang pernah menjadi rekan satu tim bersama DragonX 2020, menangis penuh penyesalan usai bertanding melawan sahabatnya sendiri ini. Sebelumnya ia berjanji kepada Sang Alpaca di tahun 2020 untuk bersama-sama bisa memenangkan Worlds. Plot twist, Deft mengangkat Summoner's Cup bersama DRX namun tidak bersamanya.

"Bahkan di Play-Ins, jika seseorang bertanya apakah DRX bisa memenangkan Worlds, saya rasa saya tidak bisa menjawab "ya" untuk pertanyaan dengan percaya diri. Tapi tim tampaknya berkembang, untuk setiap pertandingan yang kami mainkan. Dan itu terasa sangat menyenangkan. Dan ada kutipan, kayaknya saya salah kutip tapi sekarang menjadi sangat keren, "Yang paling penting adalah semangat yang tidak terpatahkan (The most important thing is the unbreakable spirit)."

Sang juara dunia AD Carry berucap kepada para pihak wartawan setelah memenangkan pertandingan itu dengan senyuman khas Alpacanya.

Deft mencium trofi Summoner's Cup pasca turnamen final Worlds 2022 melawan T1. Sumber foto: nerdstreet.com
Deft mencium trofi Summoner's Cup pasca turnamen final Worlds 2022 melawan T1. Sumber foto: nerdstreet.com

Perjalanan Deft dan DRX menjadi satu-satunya yang terbaik dari segala era League of Legends yang kerap dijuluki Cinderella Story oleh para shoutcasters. Kisah ini sampai dikaitkan oleh fans dengan Ash Ketchum dan Pikachu dengan sama-sama memiliki ending yang begitu indah setelah perjalanan bertahun-tahun yang penuh dengan peluh dan air mata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Games Selengkapnya
Lihat Games Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun