Halo! Kita berjumpa lagi pada artikel selanjutnya. Kali ini, saya ingin membahas terkait kepribadian. Kepribadian secara umum dibagi tiga, ada introvert, ekstrovert, dan juga ambivert. Nah yang biasanya paling dikenal banyak orang adalah istilah introvert dan ekstrovert, yang masing-masing merupakan pribadi yang bertolak belakang.
Namun, lepas dari adanya 3 kepribadian itu, selama ini mayoritas masyarakat memandang bahwa orang yang memiliki masa depan cerah adalah orang --orang yang charming, aktif bersosialisasi, menonjolkan prestasi, memiliki dominasi peran dalam kehidupan masyarakat, memiliki banyak koneksi, dan ciri-ciri lainnya yang lebih condong ke arah kepribadian ekstrovert.Â
Dengan adanya pandangan ini, maka orang tua maupun guru disekolah, cenderung mendidik dan mengharapkan agar anak anak mereka memiliki kepribadian demikian.
Apakah kamu pernah mendengar kata-kata "kamu harus aktif bersosialiasasi ya" "harus pinter bergaul" "harus pinter-pinter ngambil hati orang" "jangan diem aja, ngomong dong"
Mungkin kalimat-kalimat itu terdengar sangat wajar dan bagi sebagian orang akan berfikir "apanya yang salah?" mungkin tidak ada salahnya, tapi kamu harus tau bahwa kalimat-kalimat seperti itu dapat menjadi beban yang sangat berat bagi mereka yang memiliki kepribadian tertutup atau lebih dikenal dengan introvert.
Padahal, orang-orang terpandang yang memberikan kontirubusi dan pengaruh besar didunia ini tidak hanya orang-orang ekstrovert, justru banyak dari mereka yang sebenarnya adalah orang dengan pribadi introvert, seperti orang paling kaya didunia penemu microsoft, Bill Gates, penulis ternama; J.K Rowling, Pelopor dibidang animasi;Walt Disney, hingga ilmuwan ternama;Albert Einstein pun seseorang yang introvert.
Dari situ, dapat kita ambil kesimpulan bahwa orang introvert, bukan berarti mereka tidak bisa sukses, melainkan hanya membutuhkan tindakan penanganan yang lebih tepat. Anak dengan kepribadian tertutup tidak bisa diperlakukan sama dengan anak dengan kepribadian terbuka.Â
Jika seorang introvert yang pada hakikatnya sudah tertutup dan lebih suka sendiri di hujamkan dengan kalimat-kalimat seperti diatas, hanya akan menyebabkan mereka merasa takut dan tidak percaya diri dengan potensi yang mereka miliki.Â
Mereka akan cenderung berfikir "aku orang yang membosankan, aku bisa apa?" "aku tidak memiliki banyak teman seperti yang lain" "aku tidak secerdas dia" dan berbagai label negatif tentang dirinya sendiri, yang akan membuat anak menjadi rendah diri, menghambat kreatifitas dan potensi dirinya, dan akan membuatnya  tidak bisa mengenali diri dengan baik
Lantas harus bagaimana?
Dalam Bimbingan dan Konseling, dikenal 2 istilah, yaiitu asesmen dan diagnostik
Asesmen adalah salah satu bentuk dari kegiatan pengukuran atau penilaian. Dalam program Bimbingan dan Konseling, Asesmen memiliki definisi sebagai kegiatan mengukur suatu proses konseling yang harus dilakukan konselor sebelum, selama, atau setelah proses konseling dilakukan.Â
Asesmen adalah salah satu unsur paling penting yang ada dalam program BK. Oleh karena itu asesmen adalah kegiatan yang terintegrasi dengan proses terapi atau kegiatan BK itu sendiri.
Diagnostik adalah suatu proses dimana konselor mencoba untuk memahami kliennya, baik tentang dunia klien, ataupun interaksi klien dengan dunia disekitarnya.Â
Bila diibaratkan dalam dunia kedokteran, maka diagnosa adalah proses yang dilakukan oleh dokter untuk mengetahui penyakit apa yang sedang diderita pasiennya. Dengan kata lain, dalam BK diagnosa atau diagnostik dilakukan untuk mengindentifikasi masalah atau permasalahan yang sedang dialami pasien tersebut.
Dalam proses menjalankan program bimbingan dan konseling, asesmen dan diagnostik tidak bisa dipisahkan. Konselor perlu untuk mendiagnosa permasalahan kliennya sehingga kemudian dapat dilakukan asesmen sesuai dengan permasalahan yang dimiliki klien.
Kedua hal ini dapat diterapkan dalam menyikapi anak dengan kepribadian tertutup.
Hal pertama yang harus dilakukan adalah dengan mendiagnosa atau mencari tau penyebab dari pribadi tertutup anak tersebut. Karena pribadi tertutup bukan hanya bisa terjadi karena bawaan, bisa juga terjadi karena lingkungan. Seperti faktor keluarga, seperti karena broken home atau KDRT.Â
Atau bisa juga dari faktor lingkungan, seperti karena tidak nyaman dengan teman-teman di lingkungannya, atau bisa jadi juga ternyata anak tersebut merupakan korban bullying yang sering mendapat ancaman, sehingga anak menjadi lebih tertutup karena rasa terancam dan takut.Â
Namun dalam melakukan diagnosa ini, diperlukan kesabaran dan juga perilaku yang tepat dan tidak mengintimidasi, karena bila merasa tidak nyaman, maka anak bisa menjadi lebih tertutup dan mengatakan semuanya baik-baik saja seperti yang saya ulas di artikel sebelumnya.
Kemudian setelah mengetahui penyebab dari pribadi tertutup anak tersebut, setelah itu dapat dilakukan penanganan yang tepat untuk dapat membimbing anak tersebut sesuai dengan pribadi yang dimilikinya, berikut beberapa sikap yang dapat diberikan kepada anak dengan pribadi tertutup secara umum
1. berikan kesempatan untuk anak dapat berpikir dan bersikap dengan bebas sesuai dengan apa yang dia inginkan dan yang dia merasa nyaman, jangan terlalu banyak memberikan perintah perintah atau arahan bahwa anak harus begini dan begitu.
2. kenali bakat atau potensi anak dan bantu ia untuk mengembangkannya, tanamkan pada anak bahwa setiap anak memiliki potensi dan bakat yang berbeda-beda, tak terkecuali dengan dirinya, dengan begitu diharapkan anak tidak menjadi minder dan rendah diri, melainkan lebih percaya diri terhadap kemampuan dan potensinya sendiri.
3. kenalkan pada aktifitas sosial. Kenalkan bukan berarti harus memaksa anak untuk terlibat aktif dalam kegiatan sosial dan membuatnya tidak nyaman. Kenalkan aktifitas sosial dan biasakan anak untuk mengikuti aktifitas sosial minimal pada lingkungan sekitarnya secara bertahap, melakukan interaksi kecil dengan lingkungan sekitar, misalnya. Dengan begitu, anak akan dapat berkembang secara optimal dari sisi sosial tanpa kehilangan pribadinya yang cenderung tertutup
4. pada hakikatnya, yang paling dibutuhkan oleh anak dengan pribadi tertutup adalah dipahami dan didengarkan. Selalu sediakan waktu untuk mendengar cerita dan keluh kesahnya, pahami apa yang membuatnya resah dan jangan langsung menjudge atau memarahinya sebelum anak selesai menyampaikan resahnya. Dengan begitu anak akan lebih merasa diterima dan dapat melatih dirinya untuk menyampaikan apa yang dia rasakan.
Kurang lebih seperti itu cara menangani anak dengan kepribadian tertutup, meskipun demikian, apabila pribadi tertutup anak tersebut disebabkan oleh faktor lain yang lebih berat seperti broken home, KDRT atau bullying, maka diperlukan diagnostik dan asesmen yang lebih mendalam oleh ahlinya.
Pada akhirnya, semua orang memiliki rasa nyaman dan zonanya masing-masing. Berfikir out of the box dan sesekali keluar dari zona nyaman memang baik, tapi jangan paksakan pola pikir dan kebiasaanmu pada orang lain ya, dan jangan begitu mudah melebeli dan menjudge orang lain. Karena semua orang memiliki kondisi dan masalahnya masing-masing. Respect each other if you want to be respected. Dengan demikian, salam sukses!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI