Mohon tunggu...
Namira Aminatuzahra
Namira Aminatuzahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga (20107030040)

Beginner

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Usaha Batu Bata Tetap Eksis di Tengah Pandemi

21 Juni 2021   18:40 Diperbarui: 21 Juni 2021   20:24 1613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut penuturan Daryono, proses pembakaran batu bata ini menghabiskan waktu yang cukup lama, yaitu sekitar dua hari satu malam. Hal itu dilakukan karena semakin lama proses pembakarannya akan semakin matang batu bata. Sehingga, nantinya menghasilkan batu bata yang berkualitas bagus dan memiliki daya kekuatan yang baik pula.

Batu bata yang sudah matang tersebut harus melalui proses pendinginan terlebih dahulu sebelum nantinya dikirim atau dipasarkan. Batu bata hasil produksinya biasanya dipatok dengan harga mulai Rp 700 bila di hari-hari biasa. Ia juga menambahkan, pada masa Covid-19 batu bata hasil produksinya selalu habis terjual, bahkan beberapa kali mengalami peningkatan dari yang biasanya hanya mentok di harga Rp 700 menjadi naik sebesar Rp 800 per bijinya. Kemudian, hasil keuntungan penjualannya ia bagi dengan para karyawannya sebanyak 25%.

dokpri
dokpri
"Batu bata hasil produksi saya biasanya saya pasarkan di daerah lokal sekitar Batang-Pekalongan saja. Meski di sini juga banyak yang produksi bata, saya bersyukur pelanggan masih banyak yang beli di tempat saya. Kalau zaman sekarang kan sudah canggih, media sosial bisa dijadikan tempat promosi, harapan saya ke depannya saya mau coba manfaatin media sosial untuk memasarkan bata. Sebetulnya, saya kurang ngerti kalau soal teknologi, tapi nanti bisa dipandu sama anak saya” Tuturnya.

"Enggak enaknya kalau lagi musim hujan. Produksi batu bata terpaksa harus dikurangi, bahkan waktu itu sampai pernah berhenti karena diguyur hujan berhari-hari. Biasanya, sih kalau musim hujan kami cuma bisa bakar dua bulan sekali. Memang, produksi batu bata sangat tergantung dengan kondisi cuaca.” Tambahnya.

Dapat diartikan bahwa produktivitas batu bata ketika musim kemarau akan lebih banyak dibanding ketika musim hujan. Dijelaskan olehnya, meski di masa pandemi Covid-19 ia tetap bertahan menekuni usaha produksi batu bata, di mana sistem pengerjaannya juga tidak berkumpul dengan banyak orang. Di samping itu, permintaan akan batu bata selama pandemi ini juga tetap stabil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun