Ramadan sudah berada di puncak cerita, tinggal menunggu akhir alurnya. Pesantren salaf maupun Khalaf (modern) yang menyelenggarakan belajar di bulan Ramadan pun mulai mengkhatamkan pembelajaran, pertanda dapur pesantren hampir menyudahi kepulan asapnya.
Kemana civitasnya pergi?
Inilah saat liburan tiba. Ditandai dengan selesainya acara peringatan Nuzul Al Qur'an, biasanya bel liburan dibunyikan.
Saatnya santri kembali ke pelukan bapak ibu di rumah. Ada yang di jemput, ada yang mengikuti rombongan, ada pula yang secara mandiri berbondong-bondong menghiasi jalan menuju rumah. Semoga selamat sampai tujuan dan lambaian tangan saling bertukar antar teman.
Bahagia dong, pastinya.
Bagi orang tua, pastinya akan menerima kembali tanggung jawab pendidikan selama di rumah. Bagaimanapun, sekarang para santri telah berada dirumah.
Bagaimana cara menyenangkan hati putra putrinya mengingat selama ini mereka jauh di mata?
Dengan apa melepas rindu yang memorable?
Namun, yang terpenting bagaimana cara agar selama di rumah anak tetap terdidik dan tak melupakan kebiasaan baik selama di pesantren?
Inilah problematika tersendiri bagi orang tua. Perlu disadari bahwa keberhasilan pendidikan bisa tercapai saat orang tua, guru, lembaga pendidikan, dan peserta didik dalam keadaan bersinergi dan terintegrasi dengan baik. Sehingga, membuat anak tidak lupa diri saat liburan, tetap menyenangkan hati tanpa menjadikan anak lupa dengan status santrinya menjadi tanggung jawab orang tua.