Oke. Mengapa Belanda memilih Masjid Brangkal dan Rumah Kyai Ihsan bukan bangunan yang lain? Padahal tidak jauh dari situ ada pabrik gula dengan bangunan yang lebih luas? Nah itu dia, karena masjid Brangkal ini begitu strategis menurut Belanda untuk mengontrol arah jalur lalu lintas.
Masjid ini terletak di jalur Surabaya - Jombang, tepat di sisi jalan raya. Bagi mereka dengan bermarkas disitu akan dengan mudah mengawasi lalu lintas menuju Jombang yang kala itu merupakan daerah yang dikuasai pribumi.
Beberapa tahun sebelumnya, saat awal didirikan Masjid sekitar tahun 1938 dan awal pembentukan laskar Hizbullah Mojokerto, Masjid Brangkal juga digunakan sebagai Markas Laskar Hizbullah kecamatan Sooko. Mereka berkumpul dan berlatih di Masjid sebagai markas mereka.
Memang, pada saat itu. Tunas dan batang tubuh Laskar Hizbullah itu sendiri menempati mushala dan Masjid sebagai markas konsentrasinya. Sehingga Masjid Brangkal dianggap Camp yang tepat bagi mereka.
Laskar Hizbullah saat itu adalah kumpulan para pemuda dari zonasi sekitar markas, saat harus berkumpul dan berlatih saja mereka disitu. Baru saat Laskar Hizbullah mulai berbenah semakin baik, para Laskar menempati asrama khusus dimulai dari tahun 1946. Laskar itu kemudian menempati pabrik gula Gempolkrep, Gedeg, Mojokerto.
Nah, mulai saat itu Masjid Brangkal tidak lagi menjadi Markas Hizbullah lagi. Kemudian pada saat agresi militer, kompeni yang akhlakless itu menempati Masjid Brangkal sebagai markas mereka. Tidak mengindahkan menghormati umat muslim dengan berlaku sembarangan.
pernah suatu ketika ada usaha merebut kembali masjid Brangkal yang dipimpin oleh moenasir. Namun belum berhasil karena pertahanan Belanda disitu begitu kuat.
Masjid Brangkal hingga kini masih aktif digunakan untuk beribadah dan aktivitas pendidikan diusianya yang ke 129 tahun. Masjid ini dibangun oleh serang Kyai bernama Kyai Mansyur dari Sidoresmo pada tahun 1938.
Jika anda melewati jalur arteri Mojokerto - Jombang anda akan menemui masjid dengan menara putih yang terlihat tinggi dan kokoh dengan kubah menara yang terlihat membulat. Kubahnya berwarna putih belang hitam dengan gaya yang khas. Ada pula semacam atap bertingkat disampingnya.
Gaya pagar depannyapun masih di pertahankan hingga kini. Tidak tampak modern namun jelas menandakan bahwa ada sisi historis tersendiri.