Seperti halnya maksud pendidikan, yaitu memanusiakan manusia sesuai harkat martabat yang diberikan oleh Sang Maha Pencipta.
Di pesantren, semua santri diperlakukan sama. Dengan adanya peraturan yang mengatur keseharian mereka. Yang kaya, yang kurang berada, dari suku manapun harus mematuhi peraturan yang sama yang bertujuan mendidik mereka.
Mereka juga diajarkan adil dengan memakai makna menempatkan sesuatu pada tempatnya dan sesuai dengan porsinya, tidak hanya adil yang bermakna tidak pilih kasih saja. Adapun adab, sudah menjadi sebuah keniscayaan bagi santri. Al adabu fauqal ilmi. Akhlak yang baik lebih diprioritaskan.
Tiga, persatuan Indonesia.
Hubungan antara Kyai dan Santri, santri dan Kyai, santri dan para gurunya, santri dan keluarga besar pesantrennya, hingga santri dengan sesama santri tidak hanya bersatu saat dipesantren saja.
Ketika nanti sudah menamatkan pendidikan pesantren, mereka akan tetap melanjutkan hubungan mereka. Entah dengan reuni sebagai pertemuan zhahir atau dengan menyambung signal secara batin melalui tawasul, yakni senantiasa saling mendoakan biasanya dengan saling menghadiahkan bacaan surah al Fatihah.
Ittihad (persatuan) ilmunya pun tidak hanya berakhir dengan selembar ijazah saja. Melainkan ada mata rantai sanad ilmu atau nasab ilmu dari Kyai hingga kepada Rasulullah SAW. Sang pendidik sejati.
Santri optimis akan bersatu bersama para gurunya kelak di akhirat. Al mar'u ma'a man ahabba. Seseorang akan dikumpulkan bersama orang yang dicintainya.
Oh iya, contoh riilnya adalah penerapan salat berjamaah di pesantren.
Empat, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
Pesantren hingga kini terus berkembang selain karena dapat menyesuaikan diri dengan pendidikan nasional juga karena keorganisasian yang terorganisir dengan rapi.