Ia yang memacu pedal, melawan kemacetan demi mudahkan penumpang,
Ia yang menghibur saat pelupuk mata menghangat oleh air mata,
Ia yang menyandang senjata di daerah perbatasan,
Ia yang mengobati luka tubuh, dengan sabar bersahajanya,
Ia yang mengubah lautan tinta menjadi abjad terbaca dan menambah wawasan,
Ia yang dengan tampan wibawanya menjadikan buta huruf segan dan tak mau mendekati anak-anaknya,
Mereka semua adalah Ayah.
Yang berpeluh, yang berteduh di bawah mentari, yang menunggu penumpang, yang menjajakan dagangan, yang gagah, yang berwibawa, yang baik hati.
Bisikkan perlahan, mereka semua adalah Ayah.
Terima Kasih, Ayah...
Dan di suatu hari nanti yang ada dalam pusara itu....