Saat menginjakkan kaki di Mojokerto Jawa Timur dan sekitarnya, jangan heran jika menemukan banyak daerah yang di awali dengan kata "Mojo". Ada Mojoagung, Mojosari, Mojowarno, Mojogeneng, Mojolegi, Mojoranu, Mojoduwur, dan Mojopahit sendiri yang diabadikan menjadi nama sebuah jalan, yaitu Jl. Mojopahit salah satu pusat bisnis di Kota Mojokerto.
Semua itu tak lepas dari pohon buah mojo yang tersebar di daerah Mojokerto di masa lalu. Yang kemudian menjadi legenda asal mula dinamakan Mojopahit atau Majapahit.
Sebuah imperium besar dalam dunia sejarah raja-raja di Indonesia. Bagaimana tidak? Majapahit adalah kerajaan hindu terbesar dalam sejarah Nusantara. Kekuasaannya benar-benar sangat luas hingga hampir seluruh negara Asia Tenggara pernah tunduk dibawah kekuasaanya.
Kini tinggal nama. Terlepas dari cerita rakyat dari mulut ke mulut bahwa kerajaan Majapahit hingga kini masih ada namun dalam dimensi berbeda.
Yang jelas, mari penulis ajak mengunjungi kenangan-kenangan kerajaan Majapahit yang masih nyata dan mari bernostalgia.
Semua masih terekam dalam Museum Majapahit yang berlokasi di Jl. Pendopo Agung, Ngelinguk, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Berdirinya museum ini diprakarsai oleh R.A.A. Kromodjojo Adinegoro yang menjabat sebagai Bupati Mojokerto dan seorang Arkeolog berbangsa Belanda yang bernama Henry Maclaine Pont.
Ibarat album raksasa, deretan foto peninggalan kerajaan Majapahit masih tertempel dengan baik. Begitupun peninggalan berupa arca, keramik, gerabah, koin, barang-barang kuno, dan perhiasan masa lalu. Semua menggambarkan sebuah peradaban yang besar di masa silam.
Seperti kemampuan pengrajin perak, emas, perunggu, tembaga, kuningan, dan besi yang telah memiliki skill level tinggi. Pahat memahat, ukir mengukir, dan konstruksi bangunan.
Semua hasil karya dan peninggalan masih tersimpan dengan baik dibawah naungan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Timur.
Adapula miniatur rumah di zaman Majapahit, dan sebuah peta timbul yang menggambarkan luas kerajaan Majapahit. Dimana letak pintu masuk kerajaan, dan sebagainya.
Kira-kira ada sekitar 100.000 buah koleksi tertata rapi dan terawat dengan baik disana. Jumlah itu kemungkinan bisa bertambah, mengingat hingga akhir-akhir ini masih ada kejadian ditemukannya barang-barang kuno yang di duga peninggalan kerajaan.
Terkadang, ada sawah yang saat dicangkul tiba-tiba ditemukan candi. Ada lagi, ketika ada orang yang sedang di sungai tiba-tiba menemukan koin atau perhiasan dalam jumlah yang banyak.
Maklum, menurut cerita dari mulut ke mulut. Memang orang dahulu sering melakukan perjanjian dengan penunggu. Jika telah mencapai masa yang mereka sepakati, penunggu tersebut akan pergi dan muncullah barang-barang kuno tersebut. Tak ayal, kadang sawah harus terpaksa digali guna menyelamatkan peninggalan bersejarah.
Oke, lanjut tentang Museum Majapahit.
Di sebelah selatan gedung terdapat taman museum yang begitu asri yang dapat dinikmati oleh pengunjung. Juga masih di area museum terdapat bekas pemukiman di masa kerajaan Majapahit.
Selain itu, bangunan museum terdiri dari beberapa ruangan. Diantaranya, ada gudang penyimpanan benda kuno dan peninggalan, ada ruang pamer yang terdiri atas etalase untuk menyimpan koleksi yang berukuran kecil.
Adapula disebut Pendopo, yaitu ruangan untuk memperlihatkan peninggalan yang berukuran besar dan berat. Seperti arca, artefak, dan sebagainya.
Oh iya, tiket masuk kurang lebih lima ribu rupiah perorang. Bisa juga cari informasi dengan Googling. Jika nanti menemukan tulisan tutup sementara, maka seperti nya, museum sudah mulai buka namun dengan pembatasan jumlah pengunjung.
Setelah puas melihat-lihat koleksi museum yang memang 80% adalah peninggalan kerajaaan Majapahit, lalu menyegarkan pandangan di taman, bolehlah sekarang menuju ke pintu keluar. Dan mugkin bisa menuju ke toko cenderamata majapahit yang menjual kaos, souvenir, cemilan, yang semuanya memang khas majapahit. Bolehlah untuk nanti menjadi buah tangan.
Bukti peninggalan kerajaan majapahit sebenarnya bukan di dalam museum saja. Melainkan ada yang berbentuk konstruksi bangunan. Yah, bukan piramid, bukan pula menara, melainkan beberapa candi dan satu kolam yang luas.
Tentunya hal tersebut menjadi destinasi wisata tersendiri. Ada Candi Bajangratu, Candi Brahu, Candi Wringinlawang, Candi Tikus, Candi Kedaton, Pendopo Agung, dan Kolam Segaran.
Tak lupa ada salah satu tempat berwisata religi, yaitu makam seorang Waliyullah yang merupakan leluhur dari walisongo. Beliau adalah Syekh Maulana Jumadil Kubro.
Oke, puas rasanya berkeliling. Jika lapar, maka sudah tersedia kuliner khas disana yaitu sambel wader yang begitu sedap dan gurih. Nasi putih, dengan satu stel sajiannya beruap sambal tomat, lalapan, dan ikan wader goreng yang renyah. Samua dapat dinikmati dengan kebersamaan.
Akhir kata, meminjam istilah Presiden Soekarno,
JASMERAH
Jangan sekali-kali melupakan sejarah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H