Presentasi. Sebuah kata untuk mewakili maju kedepan, membawa materi pembahasan, dilihat banyak mata, grogi, belajar public speech, dan siap menerima lontaran pertanyaan dari teman yang kritis.
Sesederhana itu presentasi bisa terjadi. Tidak usah menunggu adanya active class projector, power point, dan sinar laser kesana kemari sebagai kepanjangan dari jari telunjuk.
Cukup dengan black board dan kapur tulis, atau white board dengan spidol marker hitam. Tak lupa, teman-teman yang duduk berbaris melingkar yang siap mendengar presentator berorasi.
Khidmat merupakan suasana yang tercipta. Mereka tertuju pada salah satu teman yang ditunjuk, yang mereka panggil dengan sebutan Rais (رئيس). Tugas Rais adalah sebagai pemimpin sekaligus presentator materi.
Materi presentasi diambil dari kitab kuning yang merupakan kurikulum pembelajaran pesantren. Sesuai jadwal yang ditetapkan madrasah di pesantren, maka itulah kitab yang mereka pelajari.
Teknis pelaksanaan presentasi.
Mula-mula, Rais mengucapkan salam. Kemudian Rais membacakan beberapa baris redaksi kitab dalam Bahasa Arab. Lalu, mengalih bahasakan ke dalam Bahasa Indonesia atau bahasa keseharian yang memahamkan.
Setelah itu, Rais menjabarkan maksud yang terkandung dalam redaksi sesuai pemahaman Rais. Terkadang Rais juga akan menulis atau mengilustrasikan di papan tulis untuk mendukung penyampaian pemahaman kepada teman-teman.
Menjadi Rais pelajaran memang menuntut adanya persiapan yang matang sebelum berhadapan dengan teman-teman. Apalagi yang menjadi Rais 'Aam, maka setidaknya dia adalah orang yang kompeten dalam beberapa disiplin ilmu.
Mau tak mau dia akan berusaha selangkah lebih maju dari teman-temannya agar ketika ada pelajaran yang belum bisa dipaham, maka Rais 'aam lah yang menjadi rujukan sebelum nantinya kemusykilan dibawa keatas meja guru di kelas.
Oh iya, mari berkenalan dengan para Rais (pemimpin belajar) sebelum melanjutkan Teknis presentasi ala pesantren. Jadi, ada yang namanya Rais 'Aam (رئيس العام)dia adalah pemimpin umum yang membawahi Rais-Rais pelajaran.
Dia bertugas didampingi dengan Wakil Rais 'Aam. Kemudian dibawahnya, terdiri atas beberapa jumlah Rais, sesuai jumlah pelajaran. Seperti, Rais Fathul Qarib, Rais al Imrithy, Rais Ta'limul Muta'allim, dan sebagainya. Rais pelajaran yang bertugas mempresentasikan materi sebelum belajar dimulai, diskusi, maupun musyawarah.
Oke, lanjut lagi ke teknis presentasi.
Setelah dirasa cukup, maka Rais akan memberikan kesempatan teman-teman untuk berpendapat. Mungkin ada pemahaman yang berbeda atau masih ada redaksi kitab yang belum memahamkan.
Disinilah ketelitian santri akan terasah dalam mencermati kata demi kata dalam redaksi kitab. Jika memang dirasa tidak ada titik temu pemahaman, maka keganjalan yang terjadi bisa ditanyakan kepada pengajar di kelas.
Sebenarnya, setiap pesantren memiliki cara masing-masing untuk mewujudkan pembelajaran yang komprehensif. Gambaran diatas merupakan kajian penulis berdasarkan pengalaman. Sehingga, tidak menutup kemungkinan, berbeda pesantren akan berbeda pula teknis dan metode yang diterapkan.
Akhir kata.
Demikianlah presentasi di pesantren.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H