Pekan-pekan ini hampir seluruh sekolah  _khususnya tingkat Sekolah Dasar (SD)_  di Tanah Air sedang disibukkan dengan kegiatan Penilaian Akhir Semester (PAS). Kegiatan ini merupakan instrumen evaluasi yang digunakan sekolah untuk mengukur sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Namun, banyak kalangan yang salah mempersepsikan fungsi dari ujian itu sendiri. Sebagian orang, khususnya orangtua siswa kadang lebih fokus pada besaran nilai yang dihasilkan anaknya setelah ujian.
Setiap orangtua pasti menginginkan yang terbaik bagi anaknya. Termasuk dalam hal belajar, orangtua terkadang menyimpan harapan anaknya dapat menguasai pembelajaran dengan baik  dan mendapatkan hasil sempurna saat ujian. Akibatnya, ketika harapan-harapan itu tidak dapat dipenuhi oleh anak, menimbulkan emosi negatif yang tertuang dalam tindakan kekerasan, baik verbal maupun fisik.
Contohnya saja, Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI PPA)telah menghimpun data dari tanggal 1 Januari 2020 sampai 23 September 2020 yang menunjukkan bahwa Kasus Kekerasan terhadap Anak (KtA) di Indonesia sebanyak 5.697 kasus dengan 6.315 korban. Kasus-kasus kekerasan tersebut salah satu penyebabnya adalah akibat kekesalan orangtua saat mendampingi anaknya belajar secara daring.
Selain itu, kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara daring seolah menjadikan budaya belajar anak berubah. Mulai dari cara menerima materi/ tatap muka dengan guru juga dalam hal penugasan. Hari-hari ini orangtua seakan mengambil alih tugas anak dalam kegiatan pembelajarannya. Dikutip dari  Antaranews.com ada orangtua yang secara terang-terangan mengerjakan tugas sekolah dan soal-soal ujian milik anaknya.
Rasa kesal dan tidak puas atas hasil belajar anak wajar saja dialami orangtua. Namun orangtua tidak semestinya menjadikan hal tersebut sebagai alasan untuk bertindak kasar dan mengecilkan usaha dan kemampuan anak. Orangtua perlu bijak dalam menyikapi emosi-emosi negatif yang mungkin timbul saat mendampingi anak belajar daring terutama dimasa-masa PAS seperti saat ini. Terlebih jika menilik beberapa fenomena pembelajaran daring selama ini, penanaman sikap jujur dan mandiri seakan menjadi sesuatu yang mahal dan jarang ditemui.
Lalu, bagaimana sikap orangtua saat mendampingi anak saat ujian? Yuk, lakukan langkah-langkah di bawah ini.
Serius tapi Santai
Rasa cemas mungkin akan dirasakan baik oleh orangtua maupun anak saat menghadapi ujian. Dalam hal ini, penting bagi orangtua untuk dapat bersikap tenang dan biasa agar anak tidak tegang saat menghadapi ujian. Jadikan kegiatan belajar menjadi kegiatan yang menyenangkan. Karena berdasarkan penelitian, anak akan lebih cepat mengerti ketika  belajar dalam suasana yang tenang dan menyenangkan. Misalnya, selingi kegiatan belajar dengan permainan-permainan kecil, bercanda, tanya jawab yang santai, dll.
Selain itu, tetap prioritaskan untuk memberikan hak tubuh dan jiwanya, seperti tidur yang cukup, makanan yang cukup dan bergizi, serta lingkungan yang nyaman. Jika tubuh, hati dan pikirannya sehat, maka anak akan lebih siap menghadapi kegiatan ujian.
Dampingi Anak Menyusun Jadwal Belajar yang Konsisten
Kegiatan belajar baiknya tidak hanya dilakukan saat anak melaksanakan ujian. Pada hari-hari biasa _diluar waktu ujian_ Â lakukan review minimal tiga puluh menit sehari terhadap materi yang sudah dipelajari hari itu. Misalnya setiap hari, orangtua sengaja meluangkan waktunya di sore hari untuk mengerjakan pekerjaan rumah atau mengulang pelajaran.
Hal ini sangat membantu anak agar saat ujian tidak terlalu banyak materi yang harus dipelajari kembali, karena sudah dicicil setiap harinya. Dimasa ujian, anak tinggal pemantapan saja. Namun boleh juga jika dimasa ujian orangtua menambahkan durasi dalam jadwal belajar anak. Misalnya, jika hari-hari biasa tiga puluh menit, maka saat ujian bisa dilakukan satu jam untuk pemantapan materi pelajaran, asalkan tetap mempertimbangkan kondisi dan kemampuan anak.
Tanamkan Sikap Jujur dan Mandiri
Ketika anak mengerjakan ujian secara daring, guru tidak secara langsung pengawasi jalannya kegiatan ujian anak. Pengawasan sepenuhnya berpindah ke pihak orangtua. Ketika mendampingi anak mengerjakan ujian, akan muncul godaan untuk memberikan bantuan.
Namun, orangtua harus mengingat kembali bahwa tujuan utama dari ujian adalah untuk mengukur tingkat pemahaman anak terhadap materi pelajaran sekolahnya. Jadi biarkan anak mengerjakan secara mandiri dan tanpa memberikan bantuan apa pun terkait jawaban ujian. Berikan kepercayaan penuh pada anak untuk mengerjakan ujiannya sendiri. Hal ini sebagai bentuk penghargaan orangtua terhadap kemampuannya. Selain itu, Â pengertian kepada anak bahwa bersikap jujur itu baik dan terhormat.
Hargai Setiap Usaha Anak
Tak salah jika orangtua memiliki harapan yang tinggi akan capaian hasil belajar anaknya. Namun, poin penting yang harus ditanamkan kepada anak adalah tentang sebesar apa usaha yang sudah dilakukannya selama melaksanakan ujian. Dalam hal ini, bagaimana anak mau meluangkan waktu untuk belajar lebih giat dan tidak bermalas-malasan.
Singkirkan ego dan ekspekstasi terhadap hasil belajar anak, berikan dukungan dan motivasi bahwa bagaimana pun hasilnya nanti orangtua akan tetap bangga karena anak sudah memperlihatkan usaha dan kemampuan maksimalnya.
Beri Apresiasi Nyata Atas Keberhasilannya
Kegiatan ujian merupakan masa yang cukup menyulitkan bagi anak. Keberhasilan anak bukan saja dapat dilihat dari nilai ujian yang memuaskan. Jika kita dapat melihat lebih dalam, dimasa ujian ini anak berusaha menekan egonya untuk membatasi waktu bermain, mau berpikir lebih keras, mau bersikap mandiri dan jujur dalam melaksanakan ujian.
Hal-hal tersebut justru lebih tinggi nilainya dari sekedar besarnya nilai ujian yang dihasilkan. Anak berhasil untuk berproses menjalankan tanggung jawabnya sebagai seorang pelajar. Berikan apresiasi atas keberhasilannya tersebut dengan mengajaknya jalan-jalan selepas masa ujian misalnya. Atau makan di luar, meski tak harus di tempat mahal. Luangkan waktu khusus untuk menyenangkan hatinya. Ucapkan terima kasih atas setiap usaha terbaiknya selama ujian.
Lakukan Evaluasi Bersama Anak
Setiap selesai melaksanakan ujian, ajak anak untuk mengevaluasi dirinya sendiri. Tanyakan bagaimana perasaannya. Tak ada salahnya membahas kembali soal-soal ujian yang sudah dikerjakan anak. Lalu cek bersama jawaban anak. Jika ada hal yang kurang sesuai dengan jawaban yang seharusnya, tanyakan apa kesulitan yang dirasakannya. Setelahnya berikan solusi-solusi atau perbaikan yang harus ia lakukan kedepannya. Selalu motivasi anak untuk tetap semangat dan besarkan hatinya bagaimanapun hasilnya.
Demikianlah beberapa hal yang dapat dilakukan orangtua dalam menyikapi masa Penilaian Akhir Semester  (PAS). Mari menjadi orangtua yang bijak. Berikan bimbingan, pendampingan, dukungan dan penghargaan  terbaik bagi anak selama ia berproses untuk menjadi lebih baik.  Semoga bermanfaat.
Â
Sumber Referensi:Â 1Â 2Â 3Â 4Â 5
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H