Mohon tunggu...
namina orien
namina orien Mohon Tunggu... -

senang membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jaringan Pembaca Buku Cipanas

25 Desember 2014   05:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:30 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Jaringan Pembaca Buku Cipanas

Di samping rumah saya, terdapat sekolah SMA dan SMP. Kebetulan Bapak buka warung di depan rumah. Jadi, hari Sabtu atau Minggu ketika libur kerja, Saya bebas nongkrong di depan warung itu. Sebutlah namanya Dini. Kelas dua SMA IPA, cantik dan pintar. Saya lihat dia jarang sekali jajan, kebiasaannya duduk-duduk di warung sembari membaca buku. Kebetulan kemarin ketika sedang membereskan warung, saya lihat dia sedang serius menatap sebuah buku. Saya ajaklah ngobrol-ngobrol. Saya tanya dia sedang membaca buku apa. Ternyata, dia memang mempunyai hobi membaca buku, kegemarannya adalah novel-novel fiksi. Karena bertemu dengan sesama penggila buku, kami banyak membicarakan cerita ini itu, mulai dari karya-karyanya Andrea Hirata, Helvi Tiana Rosa, Tasaro, sampai perkembangan buku-buku teenlet yang sekarang sedang merebak. Obrolan berlanjut dengan saya mengajak Dini ke dalam rumah dan melihat koleksi buku-buku saya.

“Wah… hebat!! koleksi buku kakak banyak sekali” ujarnya “Boleh saya pinjam?” timpalnya. “Tentu” akhirnya saya mengiyakan. Berawal dari Dini, selanjutnya semakin banyak anak-anak yang sering meminjam buku. Anak-anak ini mengingatkan masa lalu saya ketika keranjingan membaca cerita, dan merasa sangat kesulitan untuk mendapatkannya. Karena kami tinggal di daerah, yang layanan perpustakaan sekolah juga tidak memadai, apalagi perpustakaan daerah. Tidak ada yang tahu di mana keberadaannya. Jika beruntung sedang bepergian ke Bogor atau Jakarta, barulah kami bisa membeli buku di Gramedia, itu pun dengan harga yang jauh di bawah kemampuan kami sebagai anak-anak petani yang tinggaldi bawah kaki Gunung Gede Pangrango, Kecamatan Cipanas.

Selanjutnya, terbesitlah mewujudkan sebuah keinginan yang terpendam sekian lama. Saya mulai menertibkan kegiatan pinjam meminjam buku ini. Saya mendata anak-anak yang selama ini sering meminjam buku, ternyata mencapai 73 orang. Setiap orang diberi formulir untuk diisi setiap kali melakukan peminjaman. Buku-buku koleksi pribadi pun saya data, dan disampul supaya anak-anak bisa menjaga kerapihannya.

Untuk peminjaman satu buku, dikenai biaya 2000 rupiah selama satu minggu, nantinya uang tersebut akan dibelikan buku baru untuk penambahan koleksi sesuai request judul buku yang ingin mereka baca. Namun, beginilah rasanya hidup di tengah pengapnya tuntutan ekonomi, tidak jarang ada anak yang tidak mampu membayar biaya sewa, bahkan saya pernah mendapati Sarah, dia menangis karena malu tidak mampu membayar sewa buku “5 cm” yang sudah dibacanya. Sungguh pedih menyaksikannya, mungkin, tidak ada yang bisa membayangkan bahwa di salah satu kecamatan dari kota penyangga Jakarta, ternyata masih ada anak sekolah yang sehari diberi bekal hanya 1000 rupiah. Mmm…. L

Untuk memudahkan komunikasi, saya membuat group di Facebook dengan nama Peminjaman Buku Teh Orien (biasanya anak-anak memanggil saya dengan sebutan “teh orien”). Untuk anak yang bisa membuat resensi dan diposting di group, saya beri reward peminjaman gratis, kadang saya hadiahkan buku baru jika resensinya bagus dan menarik.

Intinya, melalui goup FB ini, mereka belajar untuk mereview kembali apa yang sudah mereka baca, kesan setelah membaca sebuah cerita dan menuangkan pikirannya mengenai apa yang dibacanya itu. Mereka bebas menuliskan apa saja khas anak-anak yang tidak terpikirkan oleh orang dewasa.

Terperosok di dunia peminjaman buku, membuat saya belajar tentang semangat. Saya berharap ajang “Indosat Blog Competition Share Your Dream” pun bisa mewariskan semangat yang sama. Semangat tentang belajar tanpa henti. Tak terbayangkan jika tempat penyewaan buku yang saya kelola sekarang disediakan akses internet gratis. Tentu anak-anak akan senang luar biasa, terbayang wajah Andi, salah seorang anggota PBTO, anak seorang TKW dari daerah Mariwati yang bercita-cita ingin menjadi dokter itu pasti bisa leluasa belajar sains sepuasnya dengan mengakses internet. Andi selalu membuat saya kewalahan karena ingin membaca buku-buku berbau sains dan jatuh cinta dengan kisah-kisah inspiratif tokoh dunia, sedangkan koleksi buku saya terbatas, semoga internet bisa memuaskan dahaga keingintahuannya.Ada juga Nurul, dia keranjingan dengan filsafat. Buku filsafat ‘Dunia Sophie’ setebal 600an halaman pun dilahapnya dengan hebat. Padahal, saya yang membeli buku itu empat tahun silam pun sampai detik ini belum pernah menamatkannya, terlalu pusing membacanya, he… seringkali Nurul menanyakan hal-hal berbau filsafat yang kadang saya tidak mampu memberikan jawaban yang menandinginya.

Memang, selain tempat peminjaman buku, kamar ini saya sulap jadi perpustakaan mini. Untungnya kamar ini mempunyai pintu yang langsung ke halaman, jadi anak-anak bisa leluasa untuk keluar masuk, atau duduk-duduk sambil diskusi. Kebiasaan diskusi terjadi begitu saja ketika kami sudah berkumpul, ada saja hal yang kami bahas terkait dunia buku dan pengetahuan, jika ada layanan paket internet gratis, tentu memudahkan kami mencari informasi tentang banyak hal, membrowsing buku terbitan terbaru yang sedang booming, membaca kisah hidup penulis-penulis ternama, atau sekadar membantu Cepi yang seumur hidupnya katanya belum pernah melihat komputer, dia ingin sekali mempunyai akun facebook seperti yang selalu dibicarakan teman-temannya.

Bila sekiranya nanti proyek internet gratis ini berjalan, anak-anak mungkin akan belajar sekaligus menerima kegembiraan. Tugas kita adalah membimbing, mengajari, dan yang paling penting, menjaga semangat mereka.

Kata orang pandai, ide paling buruk adalah ide yang tidak dilaksanakan. Dan ide yang paling baik adalah ide yang dibagi. Ke depan, saya membayangkan para pembaca di PBTO ini bisa merangkul semua anak muda se-Cipanas, tidak hanya murid-murid di dua sekolah dekat rumah saya saja. Arau bahkan mungkin menjadi jaringan pembaca se-Kabupaten Cianjur, kita bisa saling bertukar buku via online, menggunakan jasa messangger, atau sekadar berbagi cerita dan kesan buku yang sudah dibaca dan semua oraang bisa mengaksesnya dengan mudah, karena gratis, hehehehe…

“Salah satu cara untuk berbahagia adalah dengan terus memperjuangkan apa yang kita yakini benar” –Subcomandante Marcos

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun