Waktu saya menjalani pendidikan pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Saya memiliki teman laki-laki bernama Robi Saputra, Robi sendiri mengalami kesulitan dalam belajar.
Robi saputra berumur 15 tahun adalah salah satu anak yang harus memiiki disleksia untuk seumur hidupnya. Kondisinya dicurigai mulai muncul saat usia 4,5 tahun, dan baru terdiagnosa disleksia pada usia 6 tahun. Berbagai macam terapi telah dijalaninya, dan pada akhirnya kini Dawwi telah duduk di bangku SMP. Banyak sekali perjuangan yang harus dilalui Dawwi dalam menjalani hari-harinya dengan disleksia.
Robi pernah dibawa ke dokter dan didiagnosa mengalami penyakit disleksia.  Dokter sendiri menyarankan untuk robi menjalankan terapi-terapi seperti terapi  perilaku dan terapi remidial untuk melatih pemahaman dari Robi.
Bapak/Ibu guru sudah menghubungi orang tua dari robi untuk mengetahui perkembangan dari Robi.
Orang tua dari Robi mengisahkan bahwa pada usia sebelum masuk SD, Robi memang memiliki kesulitan dalam berkomunikasi. Namun berkat terapi yang diberikan Robi tetap bisa lulus dan terus melanjutkan pendidikannya.Â
Orang tua Robi menceritan kepada Bapak/Ibu guru mengatakan bahwa kuncinya adalah untuk memberikan kepercayaan diri terlebih dahulu kepada anak dan baru kemudian merubah pola asuh. Hal tersebut penting agar anak tak minder dengan kondisinya dan bisa bergaul dengan orang lain.
Orang tua Robi menekankan bahwa dalam mengasuh anak-anak yang spesial, harus menggunakan cara yang spesial pula. Orang tua tentu harus ekstra sabar menerima keadaan anak dan mau lebih capai bekerja sama dengan guru dan dokter dalam memberikan bimbingan.
Robi yang bercita-cita menjadi pemilik kerata api Indonesia, katanya kalau kereta api dimiliki swasta nanti jadinya bagus seperti pesawat. Ini tandanya kan anak ini pintar. Maka sebagai orang tua kita harus tetap bangga dan menyayangi anak kita.Â
Dalam menjalankan pendidikan pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) Robi, selain mengalami kesulitan belajar juga mengalami kesulitan dalam mendapatkan teman. Robi juga terkendala dalam berinteraksi dengan orang lain termasuk teman-teman di sekolah.
Robi sering kali mengalami perundungan atau diolok-olok oleh teman-teman kelasnya di sekolah. Namun berkat tekad yang kuat dari robi, dia mampu terus melanjutkan sekolahnya hingga sekarang. Walaupun banyak yang merundung Robi tidak sedikit juga yang peduli dan mau berteman dengan Robi. Bapak/Ibu guru juga ikut andil sangat besar dalam perkembangan pendidikan Robi. Bapak/Ibu guru selalu menjelaskan atau memberi pemahaman tentang pelajaran kepada Robi dengan sabar. Hal tersebut membuat atau menambah semngat dari Robi untuk melanjutkan pendidikannya.
Banyak hal yang bisa mempengaruhi dalam hal masalah yang dialami oleh Robi. Baik itu dari pengaruh Lingkungan ataupun dari keluarga. Untungnya semua hal yang berpengaruh, semuanya mensuport dari kemajuan belajar Robi.