Dalam tradisi Syawalan di kota Pekalongan, memakan lupis bersama keluarga dan teman-teman merupakan salah satu momen yang sangat berharga. Hidangan ini menjadi simbol kebersamaan dan persatuan dalam menjalankan ibadah puasa dan merayakan Idul Fitri bersama-sama.
Selain sebagai makanan yang lezat, lupis juga memiliki makna yang dalam bagi masyarakat Indonesia, terutama Jawa. Lupis sering kali dihidangkan dalam berbagai acara, seperti acara pernikahan, pertemuan keluarga, dan acara keagamaan, dan seringkali menjadi simbol dari nilai-nilai yang dihargai oleh masyarakat Indonesia.
Salah satu makna dari lupis adalah sebagai simbol persatuan dan kesatuan. Ketan, bahan dasar pembuatan lupis, merepresentasikan kesatuan karena ketan yang telah dicetak menjadi segi empat melambangkan kebersamaan dan kesatuan.Â
Selain itu, daun pisang yang digunakan sebagai pembungkus lupis juga memiliki makna yang sama, yaitu simbol persatuan dan kebersamaan.Lupis juga memiliki makna sebagai simbol kesederhanaan. Meskipun rasanya lezat dan enak, kue lupis dibuat dari bahan-bahan yang sederhana dan mudah ditemukan di sekitar lingkungan.Â
Hal ini mengajarkan kepada kita bahwa kelezatan tidak selalu tergantung pada kekayaan atau bahan yang mewah, melainkan dapat dihasilkan dari bahan-bahan yang sederhana dan biasa.Selain itu, lupis juga memiliki makna sebagai simbol kesucian dan kebersihan.Â
Penggunaan daun pisang sebagai pembungkus lupis juga memberikan perlindungan pada kue dari kotoran dan debu, sehingga lupis tetap terjaga kebersihannya dan tidak terkontaminasi oleh benda-benda asing yang tidak diinginkan.Â
Dalam konteks keagamaan, lupis juga sering dihidangkan sebagai makanan untuk para tamu yang datang ke acara keagamaan, seperti acara selamatan atau kenduri. Lupis dianggap sebagai makanan yang suci dan diberkahi, sehingga dapat menjadi sarana untuk memperkuat keimanan dan ketakwaan pada Tuhan.Lupis memiliki makna yang kaya dan mendalam bagi masyarakat Indonesia.
Secara keseluruhan, tradisi kearifan lokal syawalan di kota Pekalongan merupakan warisan budaya yang sangat berharga bagi masyarakat setempat. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama syawalan, seperti ngalap berkah, takbir keliling, dan menyediakan hidangan khas, dapat memperkuat rasa persatuan dan kebersamaan di antara warga serta memperkuat nilai-nilai keagamaan dan budaya lokal.Â
Oleh karena itu, penting bagi masyarakat Pekalongan dan pihak yang terkait untuk terus melestarikan dan mempromosikan tradisi syawalan ini kepada generasi selanjutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H