Mohon tunggu...
Neima Aulia
Neima Aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya Neima Aulia, saya adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas Muhammadiyah Jakarta. Hobi saya mendengarkan musik dan belajar hal baru. Minat saya di bidang digital dan sosial.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat dan Etika Komunikasi: Studi Kasus Senior STIP Menganiaya Junior Hingga Tewas

12 Mei 2024   10:13 Diperbarui: 15 Mei 2024   17:18 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dilansir dari kompas.tv, berdasarkan penyelidikan, ungkapnya, tersangka A berperan sebagai orang yang bertugas memanggil Putu Satria Bersama teman-temannya.

"Adapun peran masing-masing dari tersangka itu adalah pelaku FA alias A memanggil korban dengan mengatakan 'woi tingkat satu yang makai PDO (pakaian dinas olahraga) sini'. Jadi, turun dari lantai tiga ke lantai dua." ucap dia.

Setelah korban dan teman-temannya turun ke lantai dua, mereka kemudian digiring masuk ke toilet pria lantaran di sana tidak ada CCTV.

Selain memanggil korban, tersangka A juga berperan sebagai pengawas ketika peristiwa tindak kekerasan terjadi.

"Selanjutnya tersangka WJP alias W pada saat proses terjadinya kekerasan eksesif mengatakan, 'jangan malu-maluin, kasih paham'," ucap Kombes Gidion dikutip dari Kompas.com.

Sementara tersangka K berperan sebagai pihak yang menyarankan agar korban Putu Satria yang pertama kali mendapat pukulan.

"K menunjuk korban sebelum dilakukan kekerasan eksesif oleh tersangka Tegar dengan mengatakan 'adikku aja ni mayoret terpercaya'." Ujar Kombes Gidion.

Oleh karena petunjuk tersangka K, pelaku utama yakni Tegar langsung terdorong untuk memukul korban Putu Satria.

Setelah itu, Putu Satria mendapat pukulan di bagian ulu hatinya sebanyak lima kali sampai lemas dan terkapar. Tegar yang panik kemudian berusaha menolong Putu Satria dengan menarik lidahnya.

Namun, pertolongan tersebut justru membawa mala petaka bagi Putu Satria. Sebab, karena itu jalur pernapasannya tertutup hingga akhirnya korban tewas.

Dapat di simpulkan, kasus penganiayaan ini dilakukan dengan motif sepele, yaitu perpeloncoan senior. Etika memiliki maksud membantu manusia guna melakukan tindakan secara bebas, tetapi dapat dipertanggungjawabkan. Kebebasan dan tanggung jawab adalah unsur pokok dari otonomi moral yang menjadi salah satu prinsip utama moralitas (Keraf, 1998:18). Tetapi apa yang dilakukan keempat tersangka terhadap Putu sama sekali tidak mencerminkan etika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun