Aku tersenyum, “Iya, tepat. Dia orangnya. Tidak perlu aku menyebut sebuah nama, bukan? Aku lanjutkan ceritaku dulu, ya?”
Kamu mengangguk. Masih cemberut.
“Iya, benar. Tepat seperti dugaanmu, orangnya adalah dia. Cantik, iya. Putih, iya. Pintar, iya. Singkatnya, dia hampir memenuhi semua kriteria gadis idamanku.”
Kamu terbangun. Menunduk. Masih dengan muka cemberut.
Aku tersenyum.
“Dan aku kehilangannya ketika itu. Sempat jatuh. Dadaku ngilu. Aku dibakar cemburu ketika dia pergi bersama lelaki itu. Entah kenapa, bahkan film paling lucu menurut teman-temanku pun tidak ada yang bisa membuatku tertawa ketika itu. Yang jelas, saat itu aku merasa duniaku benar-benar kelabu.”
Kamu masih cemberut.
“Lalu datang kamu. Masih ingat kata-katamu waktu itu?”
Luka hari ini, bisa jadi senyum esok hari. Tidak ada yang tahu.
Katamu, kamu mengambilnya dari SHINE ON quote. Ringan, singkat, tapi mengena.
“Sampai sekarang aku masih mengingatnya. Aku pasang dalam-dalam di kepala. Kapan pun aku merasa sedih, luka ataupun jatuh, aku akan mengucapnya seperti mantra. Kamu tahu kenapa? Karena sekarang aku tahu artinya."
“Iya, dulu aku luka. Aku mengakuinya. Terlalu sombong jika aku tidak mengakuinya. Tapi lalu aku menyadari sesuatu. Kehilangan tidak harus berarti sebenarnya kehilangan. Ketika seseorang melepaskan, dia malah justru mendapatkan.”