Mohon tunggu...
Namaku Agam
Namaku Agam Mohon Tunggu... -

namaku agam. hobiku [sebenarnya] menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Harimau Belang

7 Januari 2011   00:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:53 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seekor harimau duduk di batu. Batu yang dulu diduduki bapaknya juga. Di sana ia merasa tinggi, lebih tinggi dari segala makhluk di dalam hutan. Ia merasa tidak ada yang mampu mengalahkannya, tidak ada yang sanggup menurunkannya. Harimau merasa paling hebat. Dunia berada di bawah taklukannya. Harimau belang merasa perkasa. Mewujudkan apapun yang ia cita. Tak persoalan apakah yang lain suka. Yang ia pikirkan niatnya menjadi nyata.Yan kecil-kecil diinjaknya. Yang sedang-sedang dimangsa. Yang besar-besar dimanjakannya, dimudahkan semua urusan, yang penting upeti diberikannya. Ia berjalan kemana maunya, karena hutan adalah miliknya. Ia memakan binatang apa saja karena mereka adalah taklukkannya. Semua yang dimiliki binatang lain dianggap miliknya. Semua yang dikuasai hewan lain dirasa hasil kerjanya. Hapir tidak ada kekayaan pribadi, yang ada adalah kekayaannya. Harimau memang maha kuasa. Seekor kancil hendak dimanggasa. Namun si kancil minta permisi. Katanya ia hendak berdoa sebelum akhir ajalnya tiba. Si kancil pergi ke belakang, mencari ide buat alasan. Sejurus ia lari ketakutan, terengah-engah menghadap rja hutan. Paduka, hamba kancil angkat sembah. Bukan karena ingin membantah. Tapi si sana ada yang marah. Katanya, ialah raja yang maha sembah. Harimau belang menjadi berang. Siapa gerangan yang berani tantang? Di hutan ini hanya dia seorang. Yang berhak di sembah dan banggakan. Tunjukan aku di mana dia? Mengaku raja di hutan raya. Akulah raja yang sesungguhnya, tidak ada yang lain di dalam dunia. Kancil membawa sang raja ke tengah hutan. Berjalan beriringan hinga sampai ke tujuan. Sebuah sumur tua yang airnya jernih kilau pualam. Di sana dia maharajaku. Cobalah mendekat ke sumur itu. Ia berada di dalam saja, dan akan menunjukkan taring runcingnya. Harimau datang mendekat. Ulurkan kepala ke lebih merapat. Dari dalam sumur yang jernih jelas terlihat. Seekor raja besar menakutkan. Membuka mulut tebar auman. Mata saganya menunjukkan keganasan. Ia sungguh siap menerjang. Harimau belang raja hutan, tak kuasa menahan amarah. Meliahat musuh di dalam sana, lalu terjun menerkamnya. Byurrrr...... Raja harimau masuk ke sumur. Menerkam bayangnya sendiri.

.

.

.

------------ Baca Edisi Lengkap ------------

| Bangsa Bermarga Satwa |

|Kucing | Tikus | Cecak | Elang | Bebek |Harimau |Anjing|Ular|

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun