[caption id="attachment_110300" align="aligncenter" width="300" caption="               Laksamana Malahayati                                       Sumber Foto: rampagoebgdj.blogspot.com "][/caption]
Perempuan special. Siapakah dia?. Ha..ha..ha..Itu Ibu saya, jawaban polos bagi anak-anak. Pacar, pilihan remaja yang dimabuk asmara. Istri, tak bisa dipungkiri jika itu pilihan tepat para suami. Benar, semua mereka adalah perempuan istimewa.
Dari perempuan jua lahir laki-laki dan perempuan-perempuan special dalam peradaban bangsa beradab. Siti Khadijah, ia perempuan pertama yang ikut berjuang menyampaikan risalah agung ajaran Agama Islam bersama Muhammad Sallahu’alaihi Wassalam. Saat masyarakatnya mendewakan kebodohan. Saat kaum perempuan dianggap sebagai aib dan hukum rimba merajalela, ia yang tetap setia dan semakin cinta pada suaminya dalam menyebarkan kebenaran.
Siti Fatimah binti Muhammad, perempuan mulia yang melahirkan Hasan dan Husein. Dua nama besar yang juga dicatat dalam riwayat pemimpin luar biasa. Fatimah adalah istri salehah yang percaya pada sabda Nabi Muhammad Sallahu’alaihi Wassalam, bahwa istri yang tersenyum manis di muka suaminya akandiperhatikan Allah Subhanahuata’ala dengan penuh rahmat. Fatimah, beliaulah sang perempuan sejati yang pantas diidolakan muslimah dunia.
Jika itu panutan perempuan untuk muslim dunia sepanjang masa, lantas adakah perempuan-perempuan istimewa yang masih dimiliki bangsa ini selain RA. Kartini yang tiap tanggal 21 April peringati itu?. Saya yakin juga banyak, hanya saja tak setenar namanya atau anak bangsanya saja yang sengaja menutup mata untuk mengenal pahlawannya.
Jauh sebelum Kartini muncul, di sebuah Kerajaan besar yang ada diPulau Sumatera, tepatnya Kerajaan Aceh. Disana sudah punya perempuan-perempuan perkasa yang memimpin Kerajaan seperti Sri Ratu Safiatuddin yang memimpin selama 35 tahun (1641-1675). Laksamana Malahayati, Pemimpin 2000 orang pasukan Inong Balee (janda-janda pahlawan yang syahid) berperang melawan penjajah belanda. Ia juga yang berhasil membunuh Cornelis de Houtman.
Lalu, Cut Nyak Dhien. Siapa yang tak kenal kisahnya. Perempuan kelahiran Lampadang, Aceh Besar 1848 yang rela keluar keluar masuk hutan demi melenyapkan kekejaman penjajah Belanda. Ia perempuan pemberani yang menolak menjadi budak Belanda.
Merunut pada masa awal-awal kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, juga banyak perempuan istimewa yang tak terkenal walaupun hidup diantara kalangan pejabat negara. Rahmi Rachim, perempuan yang saat dinikahi Bung Hatta masih berumur 19 tahun itu adalah istri yang mampu menjaga citra, harkat, dan martabat suami dan tidak terpengaruh untuk membujuk rayu suaminya yang punya power untuk hidup mewah.
Begitu juga halnya Teungku Halimah, istri seorang menteri keuangan miskin yang juga pernah menjadi presiden Republik ini. Sayangnya, Syarifuddin Prawiranegara, suaminya itu tak dianggap dan kurang dikenal oleh anak bangsanya. Ia adalah perempuan kuat yang rela berjualan sukun goreng demi mencukupi kehidupan keluarganya, walaupun posisinya saat itu ia sebagai istri pejabat.
Selanjutnya, ada Dewi Sartika. Tokoh perintis pendidikan untuk kaum perempuan yang dikenal sebagai Pahlawan Nasional. Masih banyak sebenarnya perempuan hebat yang dilahirkan dari rahim ibu pertiwi dari Sabang sampai Merauke ini. Lagi-lagi, mereka kurang dikenal khalayak ramai.
Lantas, masih adakah perempuan-perempuan mulia saat ini?. Saya yakin juga masih ada dan masih banyak jika nilai-nilai keperempuanan mulia itu masih dipegang teguh oleh perempuan masa kini.
Salam hormat untuk kaum perempuan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H