Twenty Five Twenty One merupakan drama korea yang menampilkan kisah anak muda dalam menjalankan kehidupan persahabatan, percintaan, dan lebih menonjolkan cara masing-masing pemeran dalam mengejar impiannya saat Korea Selatan di tengah krisis keuangan IMF pada 1998.
Drama korea ini dibintangi oleh aktor serta aktris berkenamaan. Seperti Kim Tae Ri berperan sebagai Na Hee Do, seorang siswi berumur 18 tahun yang ingin mengejar mimpinya menjadi atlet anggar professional seperti idolanya Ko Yu Rim (Bona WJSN) si peraih medali emas.Â
Lalu, Nam Joo-Hyuk berperan sebagai Baek Yi Jin, seorang anak pertama yang harus berjuang mempersatukan keluarganya yang terpisah karena terlilit hutang dan harus bertanggung jawab pada hutang tersebut karena perusahaan ayahnya mengalami kebangkrutan.
Baek Yi Jin yang berusaha untuk membangkitkan keluarganya melakukan berbagai pekerjaan paruh waktu, seperti pengantar koran, Â penjaga tempat sewa buku, dan melakukan beberapa interview kerja lainnya. Namun, ia selalu gagal karena hanya lulusan SMA akibat cuti kuliah yang terdampak dari adanya krisis keuangan IMF tersebut.Â
Sampai akhirnya ia mengikuti pelatihan jurnalis dan memulai dengan reporter magang hingga diterima sebagai reporter divisi olahraga.
Dalam suatu kondisi Baek Yi Jin dan Na Hee Do menjadi cukup dekat dan saling mendukung terhadap impiannya masing-masing. Dari kisah tersebut, berikut fakta menarik mengenai reporter dalam drama korea Twenty Five Twenty One yang telah dirangkum.
- Reporter Tidak Boleh terlalu Dekat dengan Narasumber
Seperti yang sudah tertera dalam Kode Etik Jurnalistik pada pasal 1 "Wartawan Indonesia bersifat Independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk. Independen disini tidak boleh berpihak kepada kelompok atau suatu golongan tertentu." Namun, dalam drama korea ini pemeran Baek Yi Jin malah menunjukan sebaliknya.
Dalam akhir pertandingan anggar, Ko Yu Rim tidak terima jikalau Na Hee Do memenangkan medali emas sehingga ada perdebatan yang membuat Na Hee Do dibully oleh banyak masyarakat Korea Selatan. Akhirnya Baek Yi Jin memutuskan untuk membantu membela Na Hee Do dengan menyusul juri hingga ke bandara untuk melakukan wawancara sebagai klarifikasi bahwa medali emas yang diraih Na Hee Do tidak ada kekeliruan.Â
Hal tersebut membuat nilai dari independen reporter menghilang karena apa yang dilakukan Baek Yi Jin merupakan keberpihakan kepada narasumber (Na Hee Do) sebagai orang yang ia kenal dekat. Hal ini juga ditegaskan Back Yi Jin bahwa ia tidak akan melakukaan hal yang sama jika itu bukan Na Hee Do.
- Dilema Seorang Reporter
Ibu Na Hee Do sebagai News Anchor merasa dilema karena saat kematian suaminya ia harus membacakan berita sela. Begitu juga saat ia harus membacakan berita mengenai medali emas yang diraih Na Hee Do sebagai medali curian dari Ko Yu Rim karena dianggap adanya kekeliruan saat memutuskan hasil dari juri.Â
Namun, hal tersebut sebenarnya bukan hal yang benar-benar sama seperti yang ada di dalam pikirannya. Sebagai seorang ibu, ia merasa dilema karena disatu sisi ia menganggap bahwa medali emas tersebut benar-benar hasil dari anaknya sendiri. Tetapi secara professional ia tetap harus membacakan berita sesuai dengan skrip yang sudah dibuat oleh para redaksi.
- "Bad News is a Good News"
Saat Ko Yu Rim akan berganti kewarganegaraan, Baek Yi Jin sudah mengetahui terlebih dahulu sehingga ia bisa memberitakan isu tersebut lebih awal kepada khalayak dan mendapat respon positif dari para senior karena berhasil meliput berita ekslusif. Namun, di luar pekerjaannya ia merasa bersalah kepada Ko Yu Rim atas berita yang diliputnya.Â
Karena dengan pemberitaan tersebut reputasi Ko Yu Rim akan menurun dan dibully oleh masyarakat Korea Selatan. Itu membuatnya merasa bersalah, tetapi dengan begitu istilah bad news is a good news bagi reporter adalah sesuatu yang benar. Karena jika sesuatu yang buruk terjadi akan bagus diberitakan dan membuat reputasi media menjadi bertambah.
Itulah deretan fakta menarik seputar reporter yang ada di dalam drama korea Twenty Five Twenty One. Sebagai seorang reporter diharuskan memperhatian poin-poin dari Kode Etik Jurnalistik agar tidak menjadi reporter yang melanggar. Dilema wajar, namun tetap harus menjalankan tugas sebagai reporter. Karena setiap pekerjaan pasti ada resikonya masing-masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H