Mohon tunggu...
Naluri Zulfi
Naluri Zulfi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang

Currently saying yes to new adventures

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Empati, Kata Hati, dan Segala Hiruk-pikuknya

21 November 2021   20:00 Diperbarui: 22 November 2021   10:28 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://images.app.goo.gl/G5ye8MSPFQoGHUt57

Judul Buku               : Bising

Penulis                      : Kurniawan Gunadi

Tahun terbit           : 2020

Penerbit                   : Bentang Pustaka, Yogyakarta

Jumlah Halaman  : 156 halaman

ISBN                           : 978-602-291-760-1

                     “Bising” merupakan karya Kurniawan Gunadi. Seorang alumni FSRD ITB angkatan 2009 yang kini menekuni dunia kepenulisan. Beliau sangat berminat dalam diskusi tentang dunia kepenulisan, komunitas, agama dan sosial, industri kreatif, pengembangan diri, generasi muda, dsb. Beliau sedang membangun rumah kreatif untuk menjadi rumah produksi karya-karyanya di yang bernama Langitlangit.

                      Tidak seperti karya Mas Gun (sapaan akrab Kurniawan Gunadi) sebelumnya seperti “Hujan Matahari”, “Lautan Langit”, dan “Menentukan Arah”. Buku ini bukanlah satu cerita yang utuh, namun ada sekitar 63 cerpen yang ditulis oleh Kurniawan Gunadi untuk mengisi buku tersebut. Semua ini adalah cerita yang sering kita jumpai dalam hidup. Buku ini bercerita tentang kekhawatiran, ketakutan, masalah keluarga, karier, dan persahabatan.

                     Buku ini tidak memberikan solusi untuk semua masalah. Namun, penulis memiliki ide yang menarik dan mengajak pembaca untuk melihat cerita dari sudut pandang yang berbeda untuk memahami kondisi kehidupan yang mereka alami. Pembaca juga secara tidak langsung didorong untuk berefleksi dan membangun empati, karena tidak semua orang dapat mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi. Oleh karena itu, sebelum berkomentar, kita perlu berhati-hati dan tidak langsung menebak keadaan seseorang hanya dari cover mereka.

                     Buku “Bising” ini mengajarkan kita tentang bagaimana cara untuk menghadapi perkataan tajam yang dialami dalam hidup seseorang. Dalam hidup kebanyakan orang pasti pernah mendengar suara seperti. Ngapain sih, kerja mulu? Engga kasihan apa sama anakmu?, Kenapa enggak nyicil rumah saja? Daripada kontrak melulu. Tuntutan, cercaan, dan komentar ini biasanya didengar dari teman, rekan kerja, saudara, bahkan keluarga inti. Mereka mengatur segalanya dengan berbagai pertanyaan seolah-olah keputusan yang dibuat dan diambil salah. Mereka tidak melakukan apapun untuk membantu kita menjalani kehidupan lebih baik, justru mereka hanya menambah beban pikiran.

                     Poin utamanya adalah bagaimana cara menyikapi dan bagaimana mengambil keputusan dengan segala risikonya. Bagi mereka yang saat ini sedang berjuang, buku ini memberikan semangat untuk terus berpikir positif. Semua perlu waktu, dan yang perlu diingat kita hanya perlu berusaha menjalaninya dengan penuh semangat, fokus pada tujuan, dan berserah diri pada penguasa alam semesta. Jika tidak dapat menyangkalnya karena lelah, Kita bisa istirahat sejenak, menarik diri dan melihat hidup dari perspektif yang berbeda. Kita hanya perlu menjalani versi terbaik diri sendiri. Memang suatu hal yang baik jika memiliki keinginan untuk membahagiakan orang lain, namun seseorang tidak bisa benar-benar membuat semua orang bahagia.

Teks favorit saya dari buku berjudul “Bising”:

  • Masalah-masalah yang datang, sejatinya hanya kita hadapi sendiri, semua orang yang ada di sekitar kita, tidak harus kita akui, kehadiran mereka setidaknya membuat kita merasa tenang karena punya tempat untuk bercerita. (hal. 42)
  • Tidak apa-apa mengalami kegagalan, tidak apa-apa kalau kebingungan. Tidak apa-apa kalau masih bingung dengan tujuan. Boleh kalau mau istirahat sejenak. Boleh kalau mau menangis dan marah kepada semua orang yang tak mampu memahami. Asal, jangan dulu menyerah. (hal. 50)
  • Hidup ini tidak selamanya tentang salah dan benar. Kalau kita berhasil melewati masalah, bukan berarti mereka yang gagal adalah orang yang salah. Bisa jadi, mereka sedang dilatih kesabaran untuk menjadi pribadi yang lebih baik di masa depan. (hal. 51)
  • Kita tidak bisa menyenangkan semua orang, dan bukankah kita juga tidak disenangkan oleh semua orang? Kita tidak perlu berjuang keras untuk disukai semua orang karena bukankah kita juga tidak menyukai semua orang? (hal. 125)

                     Buku Bising ini memiliki sampul buku bernuansa merah, mengilustrasikan jalinan benang yang terjalin kusut membuat saya tertarik dengan masalah yang diuraikan dalam buku ini. Mengingat isinya yang pendek dan tidak terlalu tebal, buku ini sangat cocok untuk dibawa kemana-mana dan dijadikan teman untuk membaca ketika ada waktu luang yang sedikit. Dalam buku ini, penulis menyajikan cerita yang relate dengan kehidupan sehari-hari dan menggunakan pilihan kata yang tepat serta gaya bahasa yang sesuai (tidak kaku) sehingga pembaca dapat mengerti maksud cerita dengan mudah. Dalam buku ini terdapat banyak ungkapan yang bisa digunakan sebagai pengingat dan penyemangat diri. Buku ini  menyadarkan kita untuk selalu mengikuti kata hati dan tidak terlalu memikirkan perkataan orang lain.

                     Buku Bising juga tidak lepas dari kekurangan, yakni solusi pada sebagian cerita yang terkesan menggantung sehingga pembaca sedikit bingung saat membaca bagian tersebut. Seperti contohnya pada bagian cerita “Anak” pada halaman 16-17. Cerita pada bagian ini hanya sampai pada pemikiran orang tua tentang didikan mereka kepada anak sehigga orang tua sulit memahami jalan pikiran si anak. Akan lebih baik jika penulis memberikan ulasan lebih tentang bagaimana pendapat si anak dan mengapa hal tersebut terjadi agar bisa dijadikan pelajaran bagi pembaca tentang parenting.

                     Saya merekomendasikan buku Bising ini kepada pembaca. Bahasa buku ringan sehingga orang awam bisa menikmati bacaan. Buku ini diharapkan agar pembaca bisa memahami hiruk-pikuk kehidupan, selalu mengikuti kata hati dan meningkatkan rasa empati kepada sesama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun