Mohon tunggu...
Nalsali Ginting
Nalsali Ginting Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa kesehatan masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Bagaimana Peran Epidemiologi pada Negara Indonesia di Masa Mendatang?

28 Mei 2022   20:12 Diperbarui: 28 Mei 2022   20:14 1431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada masa pandemi, ilmu kesehatan masyarakat seakan makin dikenal di bidang kesehatan. Bukan hanya dokter, perawat, suster, dan nakes yang biasa selalu dilirik, ada satu bidang dimana pada masa pandemi ini, namanya kian dikenal di kalangan masyarakat. Bidang tersebut adalah ahli epidemiologi yang merupakan salah satu peminatan penting dalam penanganan covid-19. Epidemiologi adalah salah satu peminatan pada bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat yang selama pandemi bisa menunjukkan tajinya selama beberapa tahun belakangan sejak akhir 2019. Epidemiologi menjadi pusat perhatian tiap negara, di mana penanganan Covid-19, yang trennya sedang dinamis di banyak negara per tanggal 24 November 2021, tidak terlepas dari peran epidemiologi yang bisa menyimpulkan data untuk mengambil kebijakan dalam penanganan Covid-19 di berbagai belahan dunia. Tidak terkecuali negara Indonesia yang memiliki tenaga ahli kesehatan pada bidang epidemiologi pada masa pandemi maupun sebelum masa pandemi ini ada.

Prinsip dasar epidemiologi memfokuskan pada keadaan sifat populasi, distribusi yang berhubungan dengan penyakit, keadaan dan kejadian terkait kesehatan, determinan lingkungan dan sosial yang merupakan faktor eksternal pendekatan saat di lapangan, perkembangan ilmu yang diselaraskan dengan teknologi, dan dapat mengendalikan penyakit dalam hal mendeteksi sehingga dapat mengusulkan intervensi kesehatan yang tepat, praktis, dan dapat diterima dengan baik oleh kalangan masyarakat luas.

Epidemiologi pada tahap awal perkembangan memang difokuskan pada penyakit menular seperti HIV/AIDS, Tuberkulosis, DBD (Demam Berdarah Dengue), Malaria, Campak, Covid-19, dan penyakit menular lainnya. Pada masa ini, epidemiologi sudah menjadi ilmu yang berkembang, penyakit tidak menular juga sudah masuk dalam cakupan ilmu epidemiologi. Epidemiologi juga sudah diperluas dengan pengaplikasian pada perilaku kesehatan, kesehatan Ibu dan anak, kesehatan lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja (K3), dan lainnya. 

 Pada kesehatan masyarakat, perilaku dan perubahan perilaku pada masyarakat menjadi hal yang penting untuk dijadikan aspek dasar dalam metodologi penelitian terkait. Ketersediaan data dalam jumlah yang sangat besar dan pengolahan yang cepat, sangat dibutuhkan karena dapat menjadi alat yang bermanfaat untuk membuat suatu kebijakan pada cakupan masyarakat luas. Walaupun pengolahan data dalam jumlah yang besar masih sangat minim dipergunakan terutama di Indonesia. Banyak tantangan yang dihadapi dalam mengolah data yang besar, dalam proses pengambilan data, pengumpulan data, ketersediaan data, akses data, dan kerahasiaan data yang sering kali masih bocor. Hal inilah yang harus diubah, dalam epidemiologi kemampuan mengolah data yang besar serta proses yang cepat sangat dibutuhkan dengan tetap menjaga kerahasiaan data dan akses data yang sejalur dari daerah ke kantor pusat.

Berbicara mengenai masalah data, kurang adil rasanya jika tidak membandingkan dengan negara maju, salah satunya adalah Amerika Serikat, dimana pengumpulan data dari daerah ke pusat yang cukup teratur dan aman. Informasi kasus di Amerika Serikat, dikumpulkan melalui beberapa tahapan, yaitu proses pelaporan data, pengumpulan data, dan analisis data penyakit. Berikut adalah tahapan secara terperinci:

 

Ketika tahapan tracing dilakukan oleh tenaga kesehatan kepada masyarakat, tempat pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, penyedia layanan kesehatan, dan laboratorium kesehatan melaporkan kasus ke departemen kesehatan negara bagian masing-masing sebagaimana di atur pada Undang-undang pelaporan penyakit negara bagian. Lalu departemen kesehatan negara bagian akan melaporkan data kasus penyakit yang sudah teridentifikasi kepada CDC (Center for Disease Control and Prevention). Tahap terakhir dimana CDC melaporkan kasus penyakit yang sudah mengalami proses pengidentifikasian kepada WHO (World Health Organization) seperti yang sudah ada dalam kesepakatan peraturan kesehatan internasional. Untuk kalangan masyarakat, CDC juga memberikan data pada web data.cdc.gov.

 

Di Indonesia, langkah-langkah dalam pengambilan data tersebut, memang mirip dengan yang digunakan oleh negara Amerika Serikat, tetapi kenyataannya masih banyak data yang tidak sesuai dengan kenyataannya. Dalam hal pencatatan, msialnya data terkait COVID-19, data Amerika Serikat sendiri walaupun tidak akurat 100%, tetapi sudah dapat menggambarkan bagaimana kondisi pandemi di negara tersebut. Di Indonesia, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa angka COVID-19 di Indonesia diperkirakan 3-4 kali lipat lebih banyak dari yang ter-input pada data pusat.

 

Epidemiologi dengan segala aspeknya, seharusnya dapat memprediksi hal tersebut, karena dari kurang lebih 270 juta penduduk Indonesia, tidak mungkin dalam waktu dekat, proses peng-input-an dan penyimpulan data dapat dilakukan. Begitu pula dengan penyakit menular lainnya, epidemiologi dapat menggambarkan kondisi pada suatu daerah tersebut secara terperinci. (Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, 2019)

 

Mengapa hal tersebut terlihat begitu penting? Apakah kedepannya hal tersebut menjadi urgensi permasalahan kesehatan di Indonesia? Jawabannya adalah iya, sebab semakin lama peradaban di negara Indonesia berjalan, maka akan semakin banyak populasi yang pada akhirnya menghasilkan suatu data yang besar. Tentu dengan sistem pencatatan dan pelaporan yang jelas dari tingkat paling bawah, yaitu RT/RW hingga masuk ke data pusat. Jika jumlah data tersebut dapat didapatkan dan dikelola dengan baik, maka penyusunan strategi untuk mencegah penyakit menular dan penyakit tidak menular bisa lebih efektif. Pemahaman ini sangat penting, sebab dapat menjadi dasar pemikiran rasional untuk mencegah atau mengintervensi perkembangan penyakit.

 

Lalu apakah kedepannya epidemiologi tetap dibutuhkan dan menjadi salah satu faktor penting dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045 pada bidang kesehatan? Seperti yang kita tahu, bahwa Indonesia Emas 2045 mengangkat tujuan mulia, yaitu pencegahan dan pengendalian penyakit yang responsif. Epidemiologi diharapkan dapat menjadi jawaban untuk bisa mengendalikan penyakit agar tidak menjadi masalah serius di Indonesia yang dapat menurunkan angka harapan hidup masyarakat. (Bappenas, 2019)

 

Manfaat epidemiologi dapat dirasakan ketika fasilitas dan jaminan kesehatan nasional tertata dan berkelanjutan dengan tersruktur. Lalu apa saja manfaatnya? Epidemiologi tentunya dapat menilai derajat kesehatan masyarakat di Indonesia atau yang biasa kita kenal dengan menggambarkan status kesehatan populasi di Indonesia. Hal ini bisa mengetahui di daerah mana saja yang rawan terkena penyakit menular, populasi mana yang berisiko lebih tinggi, dan hal lainnya. Saat sudah mengetahui penggambaran dari status kesehatan, maka dapat mengambil keputusan sebagai individu. Misalnya, ketika orang memutuskan untuk tidak lagi merokok karena melihat gambaran perokok yang rentan terkena penyakit paru.

 

Epidemiologi juga dapat membantu tenaga kesehatan lainnya dalam melengkapi gambaran klinis. Ahli epidemiologi dapat berkontribusi untuk memberikan pemahaman kepada tenaga kesehatan lainnya tentang gambaran klinis dan riwayat ilmiah penyakit. Lalu, fokus epidemiologi untuk mencari penyebab, dan outcome penyakit pada individu/kelompok. Tujuannya adalah untuk dapat mengidentifikasi penyebab sehingga dapat mengambil tindakan kesehatan masyarakat yang tepat. Selain itu, epidemiologi juga bertujuan untuk mengevaluasi kualitas dari kebijakan tersebut, apakah efektif dan efisien terutama dalam pelayanan kesehatan, misalnya perawatan medis, promosi kesehatan, upaya preventif, dan pelayanan kesehatan masyarakat sehingga terwujudnya visi kesehatan masyarakat, yaitu menaikkan angka harapan hidup manusia terutama di Indonesia.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, D. (2019) Kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi. Edited by R. Fauzi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

 

Bappenas (2019) Visi Indonesia Emas 2045. Jakarta. Available at: https://www.bappenas.go.id/files/Visi Indonesia 2045/Ringkasan Eksekutif Visi Indonesia 2045_Final.pdf.

 

https://www.ui.ac.id/analisis-big-data-untuk-intervensi-kesehatan-masyarakat/ Diakses pada tanggal 24 November 2021

 

https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5825106/kemenkes-jumlah-orang-positif-corona-4-kali-lipat-lebih-tinggi-dari-angka-resmi Diakses pada tanggal 25 November 2021

 

https://algorit.ma/blog/data-science/data-science-health-technology/ Diakses pada tanggal 24 November 2021

 

https://www.dqlab.id/ketahui-penerapan-data-science-dalam-bidang-kesehatan Diakses pada tanggal 24 November 2021

 

https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/images/case-surveillance.jpg?noicon Diakses pada tanggal 24 November 2021

 

https://covid.cdc.gov/covid-data-tracker/#datatracker-home Diakses pada tangal 24 November 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun