Mohon tunggu...
Nalis Syifa
Nalis Syifa Mohon Tunggu... -

saya suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasa dan Kita

30 Agustus 2012   14:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:07 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahasa Indonesia dan Kita

Bahasa merupakan suatu keterampilan berkomunikasi. Bahasa bisa disebut sebagai ekspresi buah pikiran, perasaan, dan ungkapan hati. Seseorang sudah diajarkan oleh kedua orang tuanya sejak kecil. Ia lama-lama bisa menguasai bahasa secara tidak disadari. Ia mampu berkomunikasi dengan orang lain. Sehingga Ia mampu bercerita, bertanya, menjawab, dan menyampaikan sesuatu. Kedua orang tua dan lingkungan berperan penting dalam penguasan bahasa seseorang sejak kecil.

Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu yang mengalami perubahan. Banyak kata asing diserap. Banyak orang Indonesia juga sering bersosialisasi dengan negara lain. Penggunaan bahasa Indonesia didunia kerja membuat kolonial Belanda perhatian pada bahasa itu.Penambahan kosakata juga terjadi seiring waktu berjalan. Semua itu menyebabkan bahasa Indonesia tumbuh dan berbeda sedikit dari bahasa asalnya, bahasa Melayu. Bahasa Indonesia berkembang pesat seiring waktu berjalan.

Bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi Negara Indonesia. Bahasa Indonesia dipakai di instalasi pemerintah, kantor-kantor, dan dunia pendidikan. Bahasa Indonesia menjadi bahasa berkomunikasi antar suku di Indonesia. Mereka menggunakan bahasa daerah jika berkomunikasi dengan sedaerah. Dalam dunia pendidikan, para guru ditekan berbahasa Indonesia ketika mengajar. Dalam instalasi swasta pun, para pekerja diwajibkan berbahasa Indonesia sebagai bahasa resmi perusahaan. Bahasa Indonesia dipakai oleh banyak orang dari sabang sampai merauke.

Bahasa Indonesia bisa disebut bahasa pemersatu. Kedaulatan Negara Indonesiaa sangat besar dan luas, paling luas di antara negara-negara ASEAN. Populasi penduduk Indonesia termasuk terbesar di dunia. Indonesia terdiri dari banyak pulau, suku, dan bahasa daerah. Kepadatan jumlah penduduk bertambah pesat setiap tahun. Mereka bisa dipersatukan oleh bahasa resmi negara, yaitu bahasa Indonesia.

Ikrar ketiga Sumpah Pemuda tahun 1928 berbunyi “, Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.” Sudah tertulis dibenak anak-anak bangsa bahwa bahasa Indonesia menjadi pemersatu mereka. Ketika setiap orang dalam suku tertentu bertemu dengan orang dari suku lain, mereka berdua dapat menjalin komunikasi dengan bahasa Indonesia. Mereka menjalin keakraban sebagai satu bangsa, satu nasib, satu seperjuangan, hidup dalam satu ikatan persaudaraan sebangsa. Perbedaan bahasa daerah tidak menjadi prioritas untuk mendiskriminasikan bahasa lain, begitu pula perbedaan ras dan suku. Mereka disatukan dalam kesatuan Negara Indonesia. Salah satunya melalui bahasa Indonesia.

Kita hidup di zaman modern, zaman tekhnologi. Arus globalisasi sangat tinggi. Semuanya serba modern. Gedung-gedung pencakar langit didirikan. Dahulu orang membajak sawah dengan kerbau atau lembu. Sekarang orang sudah memakai teknologi untuk membajak sawah. Bukan hanya membajak sawah, semua kebutuhan dilayani sangat memuaskan oleh tekhnologi. Setiap negara bersaing dalam bidang apa pun. Mereka mencetak barang lalu mengekspor kenegara lain. Setiap negara berusaha menambah arus pendapatan dan mengurangi passiva. Salah satu alternatif meningkat anggaran devisa adalah mengekspor hasil alam atau olah manusia ke negara lain. Setiap negara melakukan hal itu.

Negara Indonesia mempunyai hasil alam melimpah, juga sumber daya manusia cukup memadahi. Bahasa Indonesia tentu berperan penting dalam memajukan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia berperan sebagai pemersatu semua kalangan bangsa Indonesia. Misalnya, di Jawa hasil pertanian sangat melimpah, di antaranya tanaman tebu. Para petani tebu dapat menjual hasil pertanian ke pabrik gula atau kertas. Dan pabrik banyak bertebaran di kota-kota besar. Mereka bisa bernegoisasi dengan para pengusaha gula dan kertas. Jika mereka antara mereka berbeda suku dan bahasa daerah, bahasa Indonesia menjadi alternatif tepat. Bahasa Indonesia memudahkan mereka dalam urusan segala hal. Para cendikiawan dari berbagai suku dipertemukan, lalu bernegoisasi memikirkan kepentingan bangsa. Mereka dipersatukan oleh ikatan senasib seperjuangan, satu tanah air. Meskipun pada hakekat, mereka juga berbeda suku, bahasa daerah, ras. Hal itu dapat ditepis dengan menyadari bahwa mereka bersatu dalam sebuah negeri bernama Indonesia. Semboyan Bhineka Tunggal Ika sudah tertanam kuat dibenak anak-anak bangsa. Dan bahasa Indonesia menjadi perantara yang membuat mereka tersadar, bahwa mereka itu satu ikatan.

Biodata Singkat:

Nama:Nalis Syifa’

TTL : Demak, 29 Januari 1991

Alamat : Ds. Kenduren, Wedung, Demak

No Hp : 085225098038

Fb : Nalis El Azzamy

Email: ichwannavis@ymail.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun