Mohon tunggu...
Dongeng

Asal Usul Pesut Mahakam

10 Februari 2016   19:59 Diperbarui: 10 Februari 2016   20:16 776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada zaman dahulu di rantau mahakam hiduplah keluarga yang berkecukupan dengan dua orang anak. Tetapi kebahagian itu tidak berlanggsung lama. Ketika ibu mereka meninggal dunia karena sakit, kehidupan keluarga mereka pun berubah. Sang ayah menjadi pemurung dan malas untuk bekerja. Ladang mereka pun mulai layu dan kering, dan hasilnya tidak seperti sebelumnya.

Karena hal tersebut anak-anaknya meminta ayahnya untuk bangkit lagi. Namun hati sang ayah tidak bergerak. Karena itu anak-anak meminta sesepuh desa untuk menasehati sang ayah. Tetapi hasilnya pun sama, ayah tetap sedih.

Keadaan ini berlangsung cukup lama, sampai suatu hari diadakan pesna adat karena melimpahnya panen para warga, yang menampilkan berbagai pertunjukan seperti  menanri dan adu ketangkasan. Di antara banyaknya penampil ada seorang gadis yang begitu cantik sehingga mengundang banyak perhatian. Bahkan sang ayah pun sampai ingin melihatnya.

Di malam ketujuh, hari terakhir pesta adat. Sang ayah meihat gadis itu menari dengan sungguh-sungguh. Terpikatlah hati sang ayah kepada gadis tersebut. Terlebih ketika gadis itu memandang pandangan ke penonton. Gayung pun bersambut. Rupanya gadis tersebut membalas perasaan sang ayah.

Keduanya saling bertemu dan saling menyukai satu sama lain. Mereka merencanakan untuk menikah dan keduanya menemui para sesepuh untuk meminta restu. Juga meminta restu dengan anak-anak ayah. Mereka semua merestui akan perikahan ayah bersama gadis tersebut. Pesta pernikahan pu di gelar secara besar-besaran. Selesai accara tersebut berakhirlah kehidupan ayah yang muram menjadi kebahagiaan. Perlahan-lahan mereka membangun kembali semua yang rusak.

Namun istri baru sang ayah sangat kejam kepada anak-anak. Dia selalu memberi makan dari sisa makan sang ayah. Di hanya itu dia menyuruh anak-anak mencari kayu bakar tiga kali lipat lebih banyak dari kemarin, jika tidak mereka akan di laporkan kepada sang ayah. Karena diancam anak-anak pun menuruti pperintah tersebut.

Ketika mencari kayu bakar, mereka pun tersest karena terlalu  dalamnya mereka mencari kayu di hutan. Dan mereka baru bisa pulang pada sore hari. Sesampa di rumah mereka di kejutkan karena se-isi rumah kosong bahkan sang ayah bersama ibu tirinya pun hilang.

Keesokan harinya anak-anak menukar kayu bakar yang mereka cari dengan makanan untuk perjalanan mencari orang tua mereka. Perjalanan dua hari dua malam sudah mereka tempuh namun tidak membuahkan hasil hal tersebut membuat mereka patah semangat. Tapi di tengah perjalanan mereka menemukan rumah yang mengeluarkan asap.

Rupanya yang menempati rumah tersebut ialah seorang kakek tua. Mereka bertanya kepada kakek tersebut barangkali dia tau akan hal tersebut. Dan kakek tersebut mengatakan jika ada seorang pria dan wanita yang menyebrang sungai tersebut.

Dan benar saja ketika mereka sampai di sebrang sungai. Mereka menemukan rumah baru, tetapi ketika mereka memasuki rumah tersebut tidak ada siapa-siapa. Mereka hanya menemukan prabotan rumah. Di dapur mereka menemukan bubur yang masih panas, karena lapar sang kakak pun memakan duluan bubur tersebut dan di lanjutkan oleh adiknya hingga tandas. Tapi karena bubur yang mereka makan masih panas, naiklah suhu tubuh mereka.

Karena kepanasan, mereka berlarian mencari air tetapi tidak menemukan air sedikitpun di dalam rumah tersebut. Mereka keluar rumah bertujuan ke bibir sungai. Bahkan merekka memeluk phon pisang yang mereka lewati. Alhasil pohon pisang tersebut layu. Dan mereka meneburkan diri ke dalam sungai.

Bersaam dengan kejadian itu sang ayah dan ibu tiri datang. Mereka terkejut ada mandau milik anaknya dan bubur yang sudah habis. Ketika sang ayah dan ibu tiri keluar dr rumah, mereka lebih terkejut kan melihat pohon-pohon pisang yang layu. Mereka menyusuri pohon tersebut dan akhirnya berujung di sebuah sungai. Dan mereka menemukan dua ekor hewan aneh yang menyemburkan air dari kepalanya.

Pikiran sang ayah pun melayang hingga pingsan. Saat tersadar dia tidak menemukan istrinya di sampingnya rupanya istrnya sudah menghilang secara gaib. Barulah ayah teringat jika istrinya bukanlah manusia itulah mengapa sang istri tidak mau menceritakan asalnya.

Nilai yang terkandung ;

Nilai moral : jangan rakus, dan bersabarlah terbukti dari kalimat “Di dapur mereka menemukan bubur yang masih panas, karena lapar sang kakak pun memakan duluan bubur tersebut dan di lanjutkan oleh adiknya hingga tandas.”

Jangan melakukan kejahatan pada anak-anak walapun mereka keluarga

“Namun istri baru sang ayah sangat kejam kepada anak-anak. Dia selalu memberi makan dari sisa makan sang ayah.”

Nilai agama : perayalah kepada tuhan dan berdoalah untu di beri pasangan yang baik, di cerita tersebut sang ayah mendapat istri yang ternyata bukan manusia. Mungkin di karenakan sang ayah yang sudah menjadi malas melakukan berbagai hal seteah ditinnggalkan oleh istri lamanya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Jalan Braga Bandung, Ketika Bebas Kendaraan!

7 bulan yang lalu
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun